13. Wayo?

695 118 14
                                    

Selain menjadi guru, Yedam juga dikenal karena kebolehannya dalam bernyanyi. Memang tidak sepandai ibu Jay dan Jake, namun cukup untuk membuat kedua anak kembar didepannya terpukau.


"Wah, serius, kakak keren sekali." Puji Jay.

"Iya, kami sudah jarang mendengarkan Ibu bernyanyi." Tambah Jake.

"Kenapa?" Tanya Yedam mengalihkan perhatian dari tuts hitam putih didepannya.














"Kan sudah jadi selir raja, tidak perlu bekerja lagi." Jawab Asahi yang muncul entah darimana.

"Lihat kan, dia mulai lagi." Bisik Jay malas kepada Jake, Asahi jelas bisa mendengarnya.






"Hei anak kecil, sehabis ini mari ke sungai beku." Ajak Asahi.

"Sungai beku?" Jake binggung, baru sekali mendengarnya.

"Sungai yang beku, jadi permukaannya es." Jelas Yedam.

"Tapi kan sedang musim panas..." Ucap Jake.

"Sungai itu akan tetap beku. Lagipula daerahnya cukup dingin dibandingkan daerah yang lain." Jelas Yedam lagi.

"Ada yang seperti itu disini?" Tanya Jay.

Yedam mengangguk, "Jangan meremehkan negeri ini, kita pelopor penemunya." Sombong guru yang sebenarnya masuk ke jajaran penemu sungai itu, ya tidak terlalu inti dan penting karena saat itu dia masih muda, tapi yang penting ia turut ambil andil.









Jake ragu, berkali-kali melirik Jay.

"Sunghoon juga ikut." Ucap Asahi lelah melihat Jake melirik Jay terus-terusan. Yedam membulatkan matanya.

Tepat seperti yang Asahi duga, Jake tersenyum riang, "Wah, benarkah? Jay kamu juga ikut, kan?" Ucap Jake merangkul tangan yang lebih tua.

Jay mengangguk, "Hm.. mau bagaimana lagi."












"Boleh aku ikut?" Tanya Yedam membuat ketiga putra mahkota melihat ke arahnya.

"Tentu saja. Alasan aku disini sebenarnya adalah mengajakmu." Ucap Asahi datar, tak tau yang dijawab begitu jantungnya berdetak tak karuan.



























Perjalanan menghabiskan waktu sedikitnya satu per delapan hari untuk sampai ke sungai itu.


Sepanjang perjalanan kedua siswa sekolah itu asyik tidur, Jay bersandar kepada Jake dan Jake bersandar kepada Sunghoon.

Awalnya Jake ingin pergi menaiki kuda Sunghoon, tapi jelas dilarang Yedam. Akhirnya mereka pergi bersama dengan kereta kuda. Bayangkan kalau Jake membangkang dan tetap ingin pergi dengan Sunghoon, mana bisa dia tidur.





























"Dingin..." Ucap Jay, padahal sudah memakai mantel yang cukup tebal.

"Wah, iya, dingin ya..." Ucap Jake mengusapkan kedua tangannya yang kemudian digenggam Sunghoon.

"Bisa tidak?" Tanya Sunghoon memberikan sepatu khusus kepada satu persatu pemuda disana.


Asahi dengan mantap mengangguk, dia dan Sunghoon suka menghabiskan waktu disana, kadang sampai bermalam di penginapan terdekat.





Jay dan Jake tentu menggeleng, benar-benar baru pertama kali mendengar apa itu sungai beku.

Sunghoon tertawa kecil dan menarik tangan kedua anak kembar itu.

"Wah licin..." Ucap Jake kagum.

"Kan ini es." Jawab Jay singkat, tidak bisa banyak bicara karena kakinya juga bergetar takut jatuh.













"Kamu bisa?" Tanya Asahi kepada Yedam

Bukannya menjawab, Yedam malah menunjuk Sunghoon yang sedang menuntun kedua anak kembar itu berjalan di es, "Hoon!!! Aku bisa tidak main disini?" Teriak Yedam.

Sunghoon melengadahkan kepalanya, "Maksudmu?"

"Aku, aku bisa tidak main disini?" Teriak Yedam mengundang rasa penasaran di hati Jake.

"Y-ya mana aku tau... mungkin bisa?" Jawab Sunghoon tak peduli















"Maksudnya?" Tanya Asahi kepada Yedam

"Sunghoon pernah bilang aku tidak usah main disini."

"Kapan?"

"Dulu, saat wahana ini pertama kali dibuat."

"Kenapa?"

Lagi-lagi, Yedam berteriak, "Hoon! Asahi tanya kenapa dulu kamu tidak memperbolehkanku main disini!"








"Kak, ada apa memangnya?" Tanya Jake penasaran, masih setia dengan kedua tangan yang memegang tangan kiri Sunghoon, karena tangan Sunghoon yang kanan digunakan untuk memegang kembarannya.

"Tidak usah dipedulikan." Jawab Sunghoon.

















"Hei! Hoon! Dengar tidak?!" Teriak Yedam lagi

"Dengar! Tidak tau, lupa!" Teriak Sunghoon, menggiring Jay dan Jake kembali ke pinggir sungai.

"Dia bohong." Ucap Yedam kepada Asahi yang wajahnya binggung.

"Memangnya harusnya Sunghoon jawab apa?" Tanya Asahi

"Ya bukan itu jawabannya..."

"Kamu pernah cedera disini?"

"Bukan aku." Jawab Yedam kepada Asahi, "Hoon! Ada yang pernah cedera disini tidak?!" Teriak Yedam lagi.








"Sialan." Umpat Sunghoon mengejutkan kedua anak berdarah biru didepannya, "Mau kamu apa?!" Teriak Sunghoon berapi-api.

"Kenapa marah? Aku cuma bertanya... ada tidak?"

Sunghoon meninggalkan Jay dan Jake dipinggir sungai, berjalan mendekati Yedam, "Kenapa?!"

"Ya... kenapa? Keberatan untuk bercerita?"

"Sialan, kenapa kamu berulah lagi?!"

"Perhatikan bahasamu, prajurit. Aku hanya bertanya... kenapa?"















Asahi berada di tengah kedua pemuda yang tampaknya sudah sejengkal menuju pertumpahan darah ini.

"Coba ceritakan, Hoon, kenapa?" Ucap Asahi

"Tidak ad---"

Yedam memotong pembicaraan Sunghoon, "Tidak ada? Wah, aku tidak menyangka... kamu lupa dengan dia, Hoon?"

Sunghoon membulatkan matanya, "Kenapa kamu harus membawa dia kesini?"

Tangan Yedam terkepal, nada suaranya berubah mengerikan, "Karena dia awal mulanya, Hoon. Harusnya aku yang bertanya, kenapa?"








Jake rasanya ingin menimpuk ketiga orang dewasa yang sedang berseteru di belakangnya. Kenapa terus, tidak pernah menjabarkan alasannya. Jake penasaran.










































✨✨✨
a/n

Halo semuanya! maaf akhir-akhir ini jarang update :(

Aku lagi kurang enak badan semingguan ini, beberapa hari ini malah flu dan lemas banget :(

Kebetulan aku juga tinggal sendirian kan, daripada aku drop dan jatuh sakit mending aku istirahat sebentar huhuhu maaf ya ㅠㅠ

Tungguin aku yaa!!

BreakthroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang