16. Deep Talk

695 115 8
                                    

Sinar bulan terlihat jelas dari jendela kamar Jay dan Jake. Cukup terang namun, Jay masih memerlukan bantuan lampu untuk menyelesaikan proyeknya.

Kedua anak itu diam di kamar setelah insiden yang membuat mereka agak tercengang, tidak pernah tau bahwa dua orang yang cukup dekat dengan mereka punya masa lalu rumit.

Maklum, mereka tidak pernah punya pengalaman menjual koran lalu dipromosikan ke strata yang lebih tinggi.

Kalau Yedam bilang, dari lahir, hidup mereka sudah terjamin.
















"Jay, kalau aku pergi bagaimana?" Tanya Jake.

"Ya, kamu tidak ada disini." Jawab Jay masih fokus dengan proyeknya.

"Aku serius."

Jay mengalihkan pandangannya, "Kenapa bertanya begitu?"

Jake kikuk ditatap Jay dengan serius, "Y-ya, siapa tau aku pergi."

"Maksudmu, mati?"

Jake melempar Jay dengan bantal, "Bukan! Kamu menyumpahi aku mati?!"

"Ya, untuk apa kamu pergi kalau bukan karena mati? Lagi pula, tidak ada yang tau ajal sampai mana."

"Jangan terlalu serius, Jay. Maksudku, kalau aku pergi dengan Ka--- uhm, y-ya, intinya kalau aku pergi jauh, bagaimana?"

"Kemana Sunghoon mengajakmu?" Ucap Jay mendengar nada dan kalimag berbelit yang dilontarkan kembarannya.

Jake membulatkan matanya, "Hah?"

"Aku tidak bodoh, dari matamu saja aku paham siapa yang mengajakmu sampai susah payah bertanya seperti ini."

"Terlalu jelas, ya?"

"Iya, kadang sampai kamu menyebut namanya dalam tidur."

Jake terkejut, "Ah? Yang benar?"

"Untuk apa aku berbohong?"

"Jay... aku harus bagaimana?!" Ucap Jake sambil membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya yang dilukis pemandangan penuh bintang.

"Ya... tidak tau juga. Pergi saja kalau mau. Aku tidak akan ikut." Jawab Jay, setelahnya dia melangkahkan kakinya keluar kamar.

"Mau kemana?"

"Ke perpustakaan. Berdebu, kamu di kamar saja."






























Perpustakaan yang dimaksud Jay adalah kamar Asahi.

Tidak sepenuhnya salah, ada banyak sekali buku disana.


"Kenapa?" Tanya Asahi jutek saat melihat Jay di muka pintu kamarnya.

"Temanmu, Sunghoon, minta dia untuk tidak bertanya yang macam-macam kepada Jake."

Asahi penasaran, "Memangnya Sunghoon bertanya apa?"

Jay menatap Asahi malas, "Kamu akan senang kalau mendengarnya."

"Kenapa begitu?" Tanya Asahi masih tidak mengerti.

"Kamu pikir aku tidak tau kalau kamu tau kelemahanku dan Jake? Apa yang kamu rencanakan? Apakah mengajak kami ke sungai beku adalah awal perbuatan baikmu pada kami?" Jelas Jay sambil meninggalkan kamar Asahi.





Asahi mengedipkan matanya berkali-kali, terkejut sekaligus kagum, "Pikiranmu luar biasa, Jay." Ungkap Asahi.

Asahi pikir Jay terlalu banyak menduga-duga. Pikirannya berlalu jauh melampaui apa yang Asahi rencanakan.

Persis seperti rusa yang terburu-buru karena takut dimangsa singa. Jay terlalu terburu-buru menyimpulkan segalanya.































✨✨✨
a/n

Ayo pastikan jangan ada satu chapter pun yang tertinggal, diingat-ingat lagi detailnya ya! Atau mungkin bisa banget dibaca lagi kalau agak lupa karena authornya kelamaan update :") huhu maaf ya umur emang belasan tapi kesehatan aku seperti orang kepala tujuh ㅠㅠ.

Sehat selalu teman-teman, jangan seperti aku yang jompo ini! <33

BreakthroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang