14. Reason

688 118 21
                                    

Sepanjang perjalanan kembali menuju kastil, tidak ada yang bicara. Hening sekali. Bahkan Jake tidak mengucapkan sepatah kata pun, bersender kepada Jay yang juga tidak berbicara sama sekali.















Asahi sibuk berkutat dengan pikirannya, hanya bisa melirik Sunghoon dan Yedam bergantian. Mana pangeran itu tau kedua temannya mempunyai masa lalu yang begitu dalam?

Asahi kira Yedam hanya mengalami sindrom rakyat jelata alias iri kepada Sunghoon yang kini stratanya jauh diatas Yedam.















































"Karena dia awal mulanya, Hoon. Harusnya aku yang bertanya, kenapa?" Ucap Yedam dengan nada menyeramkan, membuat kedua anak kembar yang berusaha melepas sepatu dengan alas besi mereka bertatapan.

"Dia siapa?" Tanya Asahi.

"Hoon, jawab." Pinta Yedam.

"Sialan, Bang Yedam." Umpat Sunghoon lagi.




"Aku minta jawab, bukan mengumpat." Desak Yedam.

"Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Doyoung, Kim Doyoung, teman baik Yedam." Jawab Sunghoon.

"Itu saja?" Tanya Asahi memiringkan kepalanya.


Yedam menggeleng, "Namanya bahkan baru permulaan... Coba ceritakan apa yang perwira gagah sepertimu lakukan pada anak kecil tidak berdaya itu, Hoon." Perintah Yedam.

"Jangan bawa pangkatku, dulu kita semua sama saja, pengantar koran yang lemah." Ucap Sunghoon.

Yedam mengangguk, "Ah, baiklah, jadi apa yang terjadi dengan Kim Doyoung si pengantar koran yang lemah?"

"Bermain disini lalu jatuh." Jawab Sunghoon singkat.











"Jatuh?" Tanya Yedam sarkastik, "Dia tidak jatuh, ada yang mendorongnya." Sambungnya.

"Siapa yang mendorongnya? Aku? Jadi kamu menyalahkan aku? Dia jelas-jelas jatuh sendiri!"

"Taruhlah dia terjatuh, apa alasanmu tidak membantunya?"

Tangan Sunghoon gemetar, "A-aku tidak tahan dingin."





Yedam tertawa, "Tidak tahan dingin kamu bilang? Siapa yang melompati bebatuan dan terjun ke sungai bebas saat musim dingin nyaris datang? Siapa yang memakan es krim saat musim dingin? Siapa yang memberikan jaketnya secara sukarela pada orang lain saat temperatur ada di bawah nol derajat celsius? Kamu. Itu semua kamu lakukan. Tapi kenapa kamu bahkan tidak menjulurkan tanganmu saat itu?" Ucap Yedam, nyaris jatuh air matanya.


Air mata Sunghoon juga hampir terjun bebas dari matanya yang indah, "Aku sudah melakukannya, aku sudah menjulurkan tanganku, aku sudah mencari apapun yang bisa menariknya, tapi dia tidak kembali. Dia tidak mau kembali." Jelas Sunghoon.


"Kamu tau apa yang paling menyakitkan? Hari itu adalah hari dimana aku dan Doyoung harusnya pergi berkencan." Ucap Yedam menimbulkan perasaan terkejut dari semua orang, "Sekarang kalian tau, anak-anak, kenapa aku selalu menyuruh kalian untuk tidak egois dan berbuat baik pada semua orang?" Sambung Yedam menatap Jay dan Jake dengan tulus.


Jake memeluk Yedam, "Aku tau ini pasti berat untuk Kakak, tapi Kakak selalu menutupinya sampai hari ini. Terima kasih karena sudah ada disini Kak, nanti kucarikan pacar lagi." Ucap Jake mengundang tawa haru dari Yedam.

"Mari pulang, cuacanya mendung." Ucap Jay menyudahi segalanya, karena sedari tadi dia melihat tidak ada pergerakan dari Asahi yang biasanya bijak itu.





























Sungguh, Jay merasa seperti pahlawan hari ini. Dia bahkan menarik tangan Asahi masuk ke kereta. Sepertinya benar, saudara tirinya itu sedang mengalami malfungsi otak.

Jake duduk disebelah Yedam sepanjang perjalanan, menggenggam tangan guru kesayangannya. Sesekali diliriknya Sunghoon yang wajahnya sangat sedih. Bingung mau mengatakan apa saat sudah sampai nanti, takut kalau yang dia katakan akan memperburuk suasana hati Sunghoon atau malah mengubah keadaannya dengan Sunghoon.





Sebenarnya Jay cukup kesal, tak sampai bermain setengah jam, namun sudah harus kembali ke kastil. Ini definisi dari tua di jalan.





























Sesampainya di kastil, semuanya bahkan terlalu canggung untuk berterima kasih dan mengatakan sampai jumpa.


Asahi mengatakan akan mengantar Yedam sampai ke gerbang kastil, "Maafkan aku." Ucap Asahi datar, tidak benar-benar bermaksud untuk meminta maaf.

"Salahku, semuanya jadi berantakan karena aku, maaf ya." Ucap Yedam.

"Tidak akan kumaafkan kalau kamu tidak senyum sekarang juga." Perintah Asahi, membuat Yedam buru-buru membuat wajah bahagia yang palsu.

"Maaf." Ucap Yedam sambil tersenyum

Sudut bibir Asahi terangkat, "Kumaafkan, sampai jumpa."

Yedam melihat senyum Asahi lagi, rasanya ingin menyusul Doyoung saja, "Y-ya, sampai jumpa." Jawab Yedam melambaikan tangannya.

"Ah, Bang Yedam!" Teriak Asahi saat Yedam sudah mulai jauh, "Hubungi aku kalau butuh pengganti Doyoung!"











































Jake meninggalkan Jay yang mengatakan akan pergi ke kamar duluan, beralih mengejar Sunghoon saat Yedam sudah pergi, "Kak Sunghoon!"

Sunghoon menoleh, "Ya? Apa kamu juga kecewa padaku, Jake?"

Jake mengangguk, "Sedikit." Ucapnya menggandeng tangan Sunghoon, mengajak yang lebih tua pergi, "Tapi aku tau kakak punya alasan dibalik semua itu."

"Terima kasih." Ucap Sunghoon

Jake menengadah, dilihatnya senyum manis Sunghoon, "Untuk?"

"Semuanya, tapi kata-kata yang barusan kamu ucapkan akan membekas disini." Ucap Sunghoon sambil menunjuk dadanya, Sunghoon kemudian menyamakan tingginya dengan Jake, "Jake, kamu mau ikut kalau aku ajak pergi jauh?"

BreakthroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang