9. After School

846 129 38
                                        

"Baiklah, pelajaran hari ini selesai!" Ujar Yedam riang, sama riangnya dengan Jake yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Walau dia suka dengan cara mengajar Yedam, bukan berarti dia tidak suka waktu pulang sekolah.

"Jay, tidur yang cukup, proyeknya bisa kita kerjakan sama-sama besok." Ucap Yedam mengelus kepala Jay, lain dengan kembarannya yang sudah duduk di sofa, anak itu masih rajin mencatat materi.

























"Hai..."

Yedam nyaris tergelincir ke kolam ikan sangkin terkejutnya, untung tangan Asahi sigap menangkapnya. Persis bak adegan opera sabun dimana pemeran utama sedang berusaha mendapatkan hati yang dicinta.

"Ah, hai..." Balas Yedam, kembali berdiri tegak.

"Kaget ya?"

"Lumayan..."



"Habis ini ada rencana?"

Yedam menggeleng, "Kecuali membuat poster untuk adik---"

"Mereka bukan adikku." Sanggah Asahi cepat.

"Ah, maaf, selain membuat poster untuk Jay dan Jake, tidak ada rencana lain."

"Mau aku bantu membuat poster?"

"Hah?"

"Membuat poster agak sulit bukan?"

"Hanya perlu digambar."

"Kebetulan aku pintar menggambar, ayo." Ajak Asahi sambil menarik tangan Yedam begitu saja, apalagi yang bisa Yedam lakukan selain menurut?



























Entah kemana Yedam dibawa, tapi tempatnya masih di dalam kastil, seperti perpustakaan tapi tidak banyak buku. Hanya ada alat melukis yang banyak, sangat banyak.

"Tempat apa ini?" Tanya Yedam

"Ruang kerjaku? Anggaplah begitu." Balas Asahi sambil membersihkan kursi yang akan mereka duduki, "Maaf berdebu."

"Ah, tidak apa, sudah biasa."

"Hm?"

"S-sudah biasa dengan debu maksudnya."



Asahi memberikan selembar kertas dan seperangkat alat tulis dan lukis kepada Yedam, "Apa temanya?" Tanya Asahi

"Kebersihan lingkungan."

Asahi terkekeh, "Lucu sekali, bukannya mereka sudah setingkat sekolah atas?"

Yedam mengangguk, "Kurikulumnya..."

"Naikkan lagi kurikulum untuk mereka, kamu bisa merancang kurikulummu sendiri, akan kusampaikan kepada yang bersangkutan."

"Tidak per---"


"Perlu, itu perlu. Mereka anak Raja, meski bukan adikku. Anak yang mirip anjing kecil itu terlalu santai, bisa-bisanya dia bermain setelah pulang sekolah." Ucap Asahi menunjuk ke jendela luar, terdengar jelas suara Jake yang berteriak senang.

"Tapi Jay sudah belajar keras."

"Mereka ada dua, keduanya harus belajar sama kerasnya."




"Namun nilai Jake juga bagus, nilai kebahasaan dan ilmu pastinya lebih baik daripada Jay."

"Dengarkan aku, turuti saja. Kamu mau menjadi kepala sekolah bukan? Anggap ini sebagai batu loncatan." Paksa Asahi, wajahnya tetap tenang dengan tangan sibuk menggambar.

"K-kenapa?" Tanya Yedam takut.

Asahi menolehkan wajahnya ke arah Yedam, "Mereka tidak pantas mendapat takhta dengan kelakuan yang seperti itu."



"Bukan. Kenapa kamu berpikir begitu terhadapku?" Tanya Yedam lagi, dia bisa merasakan jantungnya hendak meloncat keluar, begitupun Asahi yang dapat mendengar detak jantung Yedam dari jarak yang cukup jauh.

Asahi memegang rahang Yedam, "Karena itu mimpimu satu-satunya, untuk menaikkan stratamu." Ucap Asahi, "Normalkan detak jantungmu sebelum terlepas dari tempatnya." Lanjut Asahi kembali meletakkan fokusnya pada poster.






Yedam memang pintar, namun dia tidak merasa pernah diajarkan untuk menormalkan detak jantung. Sial sekali, bisa-bisanya jantung itu berdetak begitu kencang untuk Hamada Asahi, Yedam tau dia akan merasa bersalah setelah ini.













✨✨✨
a/n

Mau tanya dong... teman-teman fandomnya apa aja nih?

Dikarenakan hubungan yang cukup hangat diantara dua belah fandom yang aku sayangi ini, aku agak takut ada yang merasa terganggu (μ_μ). Enggak terganggu kan ya?

Segitu aja semuanyaa, terimakasih~~ sehat selalu kalian! <33

BreakthroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang