Langit mulai gelap, isi kastil pun sudah mulai sepi, para pelayan pulang ke rumah masing-masing, hanya tersisa para bangsawan, kerabat dekat serta penjaga.
Kedua anak kembar itu mengendap-endap masuk ke ruangan musik. Takut dimarahi karena belum tidur padahal jarum jam sudah menunjuk ke angka sepuluh.
Seakan sudah ditakdirkan untuk bermain musik, saudara kembar tersebut memainkan alunan lagu-lagu yang mereka pelajari sendiri dengan indah.
Terimakasih kepada ibu mereka yang merupakan seorang penyanyi, menurunkan gen pintar bermusik dan bernyanyi.
Jake pandai bermain biola, Jay pandai memainkan piano. Keduanya pandai bernyanyi.
Sunghoon baru selesai mengajak Asahi berkeliling, mengajak temannya itu untuk tau lebih dalam tentang dunia luar yang akan dia pimpin suatu hari nanti, saat mereka mendengar melodi indah dari ruang musik.
"Kamu harus tau, disana ada apa, disini ada apa, mana ada raja yang tidak tau wilayah kekuasaannya." Jelas Sunghoon.
Asahi menggeleng, "Lihat saja, akhirnya diantara kedua anak itu yang akan dipilih jadi raja."
Sunghoon berdecih, "Mana mungkin, mereka itu saudara kembar, ada dua, tidak etis memperebutkan takhta. Lagipula semuanya lebih tau kamu, aku tidak yakin ada orang yang akan menunduk saat bertemu kedua anak itu."
Kadang Asahi heran, temannya yang satu ini jadi banyak bicara hanya saat bersama dengannya, karena dulu mereka dikenal sebagai 'Si Hemat Senyum dan Si Hemat Bicara', sampai-sampai beberapa guru yang mengajar takut melempar lelucon, "Coba kita lihat nanti." Ujar Asahi
"Hey, suara apa itu?" Tanya Sunghoon, menghentikan langkahnya
"Piano." Jawab Asahi Singkat.
Asahi tidak berpikir dirinya sebodoh itu bukan? "Tau, siapa yang memainkannya?" Tanya Sunghoon lagi.
"Seharusnya jam segini semua orang sudah pulang."
"Jadi?"
"Hantu?" Tebak Asahi.
Sunghoon menepuk bahu Asahi, "Aku bukan orang yang penakut, hantu itu tidak ada."
"Sepertinya anak kembar itu." Tebak Asahi lagi.
Sunghoon mengerutkan keningnya, "Hm?"
"Aku tau mereka pintar memainkan alat musik, poin lebih untuk mereka."
"Wajar, ibunya penyanyi."
"Penyanyi sialan itu." Maki Asahi sambil menarik Sunghoon agar bergegas menuju ruangan musik.
Dibukanya pintu megah itu lebar-lebar, membuat kedua anak yang masih asyik bermain dengan alat musik terperangah.
"Sengaja mencari perhatian?" Tanya Asahi dengan suara cukup lantang, menghasilkan gema di ruangan sepi itu.
"Hey, jangan begitu." Bisik Sunghoon, tidak mau membuat Asahi malu.
"Tidak punya telinga? Aku bicara pada kalian." Ucap Asahi lagi
Jay bangkit dari tempat duduk, menutup piano itu seperti semula, meminta Jake untuk membereskan biolanya, "Maaf, kami akan kembali ke kamar sekarang." Ucap Jay
"Pasti diajarkan ibu kalian, agar tau bagaimana cara merebut takhta." Ujar Asahi dingin, mendapatkan respon yang kurang baik dari Sunghoon berupa pukulan di pantat.
"Jangan bicara seperti itu." Ucap Jay, mata Jake yang ada di belakangnya sudah berkaca-kaca.
"Kenapa?" Tanya Asahi, kagum dengan keberanian Jay menjawab ucapan dirinya.
"Jika tidak bisa menghormati ibu kami sebagai selir raja, maka tolong hormati dia sebagai manusia." Ucap Jay dingin
"Kalau aku tidak mau?" Tantang Asahi
"Lalu hormatilah Ratu karena masih bertahan dengan Raja, Kakak satu-satunya alasan mereka masih bersama." Ucap Jay
Bukan hanya Sunghoon, Asahi pun termangu dibuat Jay. Anak itu segera menarik tangan kembarannya untuk pergi dari ruangan itu.
Tau temannya naik pitam akibat ucapan Jay, Sunghoon menahan Asahi agar tidak melakukan hal yang tidak diinginkan.
"Sudah... sudah.." Ucap Sunghoon menenangkan Asahi.
"Mereka itu anak yang tidak tau diuntung!" Ungkap Asahi berapi-api.
"Lalu bedanya denganmu?" Ucap Sunghoon.
"Maksud?" Tanya Asahi terkejut dengan pertanyaan Sunghoon yang lebih menyerupai pernyataan.
"Kamu dan mereka, umur kalian terpaut jauh, tidak baik memarahi mereka seperti itu. Lagipula Jay ada benarnya, semua ini juga bukan salah mereka." Ucap Sunghoon
Asahi memutar matanya malas, "Kenapa kamu membela mereka?"
"Jake menangis."
"Lalu?"
"Aku tidak suka."