3. Knight

1.2K 188 17
                                    

Asahi mungkin memulai harinya tepat saat matahari terbit. Namun tidak dengan Sunghoon, anak itu selalu memulai harinya sebelum matahari memunculkan semburat oranyenya.

Apapun, dia melakukan apa saja untuk melewati matahari terbit. Entah berolahraga, memberi pakan ternak, menyiram tanaman, bahkan membaca buku di perpustakaan.

Sunghoon anak yang rajin. Terlihat sejak kecil dari bagaimana dia selalu duduk di depan pintu kamar Asahi karena empunya kamar belum bangun. Segan untuk masuk karena perbedaan strata.




"Kamu masuk saja ke kamarku, daripada menunggu diluar..." Ucap Asahi kecil setelah melihat Sunghoon kecil duduk termenung di depan pintu kamarnya.

Sunghoon kecil menggeleng, "Kata ayahku, itu tidak sopan, tidak boleh. Aku bisa menunggu disini."

Asahi kecil hanya mengangguk, membiarkan Sunghoon melakukan apa yang dia suka. Setelahnya kedua anak itu akan berputar di sekitar kastil sembari menunggu guru datang.


Sunghoon seharusnya belajar di sekolah biasa, namun Asahi selalu menarik tangan anak itu saat ia hendak pergi ke sekolah, Asahi bilang sekolahnya sepi karena cuman ada dia sendiri. Akhirnya Sunghoon menemani Asahi sekolah sejak kelas 2.

Alasan lain Sunghoon lulus sekolah jauh lebih cepat dibanding anak seumurannya. Sudah sekolah kerajaan, mengikuti kelas Asahi yang lebih tua darinya pula.

Persahabatan itu terjaga sampai sekarang, meski Sunghoon masih terasa ganjal dengan perbedaan strata yang terpaut, meski sekarang derajat Sunghoon remaja jauh lebih tinggi dari Sunghoon kecil.
































"Wah... kudanya tinggi." Ucap seorang anak membangunkan Sunghoon dari lamunan

"Siapa kamu?" Tanya Sunghoon, bukannya apa, ruangan itu gelap.

"Jake, aku Jake." Ucap anak itu, mengulurkan tangannya kepada Sunghoon, menghidupkan lentera yang dia bawa sebagai penerang.

"Ah, Jake? Sedang apa disini?" Tanya Sunghoon masih tidak menjabat tangan Jake.


"Jake." Ulangnya, memberi kode minta dibalas jabatan tangannya

"Ah, maaf. Sunghoon." Ucap Sunghoon sembari menjabat tangan Jake

"Aku tidur cepat, jadi bangunnya lebih cepat juga."

"Disini kotor, ayo keluar."

"Tidak, siapa bilang?" Tanya Jake, terkekeh sedikit mengingat bagaimana Asahi pernah melontarkan pertanyaan itu padanya.

"Aku yang bilang, mari." Sunghoon menarik tangan Jake yang lebih kecil darinya.















Langit sudah mulai biru, cerah sekali, tidak tertutup awan, namun matahari masih malu untuk muncul.

"Wah, putih sekali..." Ucap Jake mengelus tangan Sunghoon yang tertaut di lengannya.

Sunghoon langsung menarik tangannya dari genggaman Jake, "Tidak juga..."

"Teman Kak Asahi ya?"

"Iya.. tau darimana?" Pertanyaan bodoh.

"Pernah lihat kalian pergi bersama saat hari pertama aku disini."

"Kembaranmu mana?"

"Sedang mengurus proyek sekolah."

"Kamu tidak?"

"Sudah selesai, aku cari yang paling mudah, dia cari yang paling susah. Bukan salahku."




"Siapa guru kalian?"

"Bang Yedam."

Sunghoon menghentikan langkahnya, nama yang betul-betul familiar, terlihat matanya menerawang, Jake bertanya apakah Sunghoon kenal pada Yedam, "Anak itu sering kesini, daridulu." Jelas Sunghoon tiba-tiba.

"'Anak itu?'"

"Yedam, seharusnya kami satu angkatan, tapi aku lebih pintar jadi lulus lebih dulu." Kelakar Sunghoon.

"Hah? Kakak lebih pintar?" Tanya Jake, tidak berniat merendahkan Sunghoon. Hanya saja, Yedam adalah gurunya.

"Iya, tidak percaya?"

"Tidak."














Sunghoon tertawa mengelus surai lembut Jake, "Kamu lucu." Ucap Sunghoon

"Iya, kan? Kenapa Kak Asahi tidak suka dengan Jay dan aku ya?" Kelakar Jake, berhasil membentuk senyum indah di bibir Sunghoon.


Sunghoon tau kenapa, cuma tidak mau menjawab karena pasti jawabannya menyakitkan dan tidak dimengerti Jake.



























Sunghoon mengantar Jake kembali ke kamarnya, hapal betul karena ini kamar yang sama dengan yang dulu ditempati Asahi, lokasinya indah sekali untuk melihat matahari terbit.

Melihat sekilas ke dalam kamar yang sudah dibagi dua, untuk menyesuaikan anak kembar itu.

"Jay, ini Kak Sunghoon." Ucap Jake menahan pintu dan menahan tangan Sunghoon untuk pergi.

Jay menoleh sekilas, wajah anak itu pucat, bukan pucat seperti Sunghoon, namun pucat karena kelelahan. Sunghoon masuk ke kamar anak itu, melihat baik-baik wajah anak kecil satunya.



"Kamu kelelahan, belum tidur dari semalam?" Tanya Sunghoon kepada Jay

"Belum..." Jawab Jay mengalihkan perhatiannya pada Sunghoon.

Sunghoon menyodorkan air mineral yang ada di sisi meja belajar, "Tidur sekarang. Nanti aku yang bilang kepada Yedam jika kamu kurang enak badan."



"Kenapa?" Tanya Jake, bingung kenapa Jay harus tidur.

"Jay nanti bisa sakit. Kamu juga, kalau waktunya tidur, ya tidur. Mengerti?" Tanya Sunghoon menyamakan tingginya dengan Jake, lalu mengantar Jay ke ranjangnya, menyelimuti anak itu.




















"Wah, Kak Sunghoon hebat.." Ucap Jake saat melihat Jay terlelap dengan cepat.

"Itu tandanya lelah."

"Kalau aku?" Tanya Jake berjinjit, menyodorkan wajahnya kepada Sunghoon.

"Matamu segar."

"Tidak, coba lihat lagi."



Sunghoon memajukan wajahnya, meneliti apa yang ada di wajah Jake, bukannya sesuatu yang aneh seperti tanda kelelahan, Sunghoon malah mendapat kecupan, "Hah?" Tanya Sunghoon.

Wajah Jake ceria sekali, "Kak Sunghoon keren! Pantas jadi pemimpin pasukan perang, bahasa kerennya... ksatria?"













Ah, sial, baru sekali itu Sunghoon dipuji. Pipi pucat Sunghoon dengan mudah menunjukkan semu merah tanda malu yang lucu, membuat Jake makin gemas dengannya.

Sunghoon angkat kaki sesegera mungkin saat kokokan ayam terdengar, meninggalkan Jake yang senyumnya ceria bukan main.

BreakthroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang