Action#6

30 8 0
                                    

"Zaky sialan, Zaky sialan, Zaky sialan," gumam Fiya mengetukkan sepatunya berulang kali dengan tempo berirama ke tanah. Gadis itu berangkat pagi buta hanya untuk mencegat pria yang tengah digumamkannya sejak tadi untuk membalas perbuatan cowok itu semalam.

"Liat aja. Bakal gue bales. Liat aja,"

Sudah pukul setengah 7 tepat. Dan sudah banyak pula murid-murid yang melewati gerbang sekolah itu. Ia tak mengindahkan beberapa tatapan yang tertuju padanya karena tingkah abstraknya itu.

"Mana sih tuh cowok? Pegel badan gue berdiri terus," keluhnya lalu menyandarkan badannya di pintu gerbang.

Terdengar suara sepatu yang bergesekan dengan tanah mendekat ke arahnya. Gadis itu menoleh dengan kening berkerut.

Tampak, tiga orang laki-laki berseragam sama dengan seragam sekolahnya, berhenti tepat di depannya.

"Lu Fiya?" tanya laki-laki yang berdiri di tengah dengan wajah datar.

"I___iya. Gue. Napa?" jawabnya.

Cowok itu maju satu langkah mendekati Fiya dengan tetap mempertahankan wajah datarnya. Sedangkan dua cowok lainnya cuma mengamati sambil cengar-cengir sendiri.

"Kita perlu bicara," ucap cowok itu.

"Bicara ya bicara aja! Lagian ini kita lagi bicara. Ngomong aja. Susahnya dimana?" jawab Fiya agak kesal saat didekati orang asing seperti itu. Apalagi moodnya dalam keadaan tidak bagus saat ini.

"Gue mau bicara penting sama lu,"

Fiya mengerutkan kening saat cowok itu mendekat terus ke arahnya hingga jarak mereka cuma tersisa beberapa senti saja.

Ia terdiam sebentar dan mengamati wajah laki-laki di depannya itu. "Aneh," gumamnya. Ia berniat ingin pergi dari sana hingga saat kedua tangan laki-laki tadi mendarat di pintu gerbang dengan posisi kepalanya yang berada di tengah.

"Kayaknya gue suka sama lu,"

Suasana disana tiba-tiba menjadi sunyi. Cowok tadi menatap Fiya serius. Sedangkan Fiya menatap cowok tadi dengan ekspresi tak terbaca.

"Huek,"

"Huek?" celetuk suara salah satu laki-laki yang ikut kesana tadi.

"Woy. Ini Vian bilang suka ke lu loh," saut yang satunya.

Fiya menoleh ke kedua pria itu. "Lu siapa? Gue nggak kenal," komentarnya pedas dengan memasang wajah seolah berbicara 'pengin muntah'.

Ia menepis tangan cowok di depannya itu, ingin pergi dari sana. Tapi, laki-laki tadi memegang tangannya, sehingga membuat langkahnya terhenti.

"Nggak sopan," Fiya melepaskan kasar tangan cowok itu dan menginjak kakinya. Kelihatan dari raut wajah cowok itu injakan Fiya barusan cukup keras.

"Gini ya. Siapa nama lu gue nggak tau. Gue juga nggak peduli. Apaan sih, lu? Dateng-dateng nggak jelas terus bilang suka-suka. Bawa gerombolan lagi. Apa? Mau sok jadi badboy? Gue kasih tau dari awal. Nggak cocok tau nggak? Apalagi kalian," toleh Fiya pada dua teman pemuda itu. "Dateng sambil cengar-cengir. Otak kalian beres nggak sih? Udah sampe sini cilep doang. Dasar! Bukan cowok. Mending kalian bertiga potong aja kelamin kalian. Terus pake rok ke sekolah sambil pake make up. Dih bikin naik darah aja," murka gadis itu.

Saat berbalik ingin pergi dari tempat itu, lagi-lagi tangannya dicekal. Namun bukan oleh pria tadi, melainkan oleh temannya.

"Woy. Deng___"

"Dasar. Nggak sopan," Fiya menabok tangan itu keras.

"ADUH!" ringis cowok tadi langsung melepaskan tangannya dan memegangi tangannya yang sudah berubah menjadi merah.

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang