Action#23

19 5 0
                                    

"Hosh, hosh," derap kaki berlari terdengar. Zaky berlari menuju ruang rawat setelah ia tahu dimana ayahnya dirawat.

"PAPA,"

Cowok itu cepat membuka pintu dan memasuki ruangan.

"Eh, copot," apel yang ada di tangan Vikry jatuh dari tangannya itu. Ia langsung menoleh ke arah pintu.

Zaky berlari menghampiri ayahnya. "Papa, gimana keadaan papa? Tadi kata dokter apa? Kok bisa sampe gini?" tanya cowok itu beruntun.

"Pelan-pelan, Zak!" senyum ayahnya itu.

"Zaky khawatir tau,"

"Papa udah nggak papa. Nih buktinya udah sadar,"

Zaky melihat perban yang melilit di kepala laki-laki itu. "Sakit?"

"Nanya apa kamu? Papa ini kuat tau,"

"Lu kesini sama sapa Zak? Fiya mana?"

Zaky menoleh ke arah kakaknya itu. "Ah, diluar kali,"

Vikry berdecak. "Lu tuh. Beliin gue kopi sana!"

"Ck, apaan sih bang? Gue pengen sama pap___"

"Zak, papa juga pengen," senyum Arka.

Zaky mengacak rambutnya dan menghela nafas. "Iya, iya, iya. Papa istirahat!"

Arka mengangguk. Zaky pun beranjak dari sana.

Ceklek

"A___ah,"

Zaky membulatkan mata saat melihat Fiya yang berdiri di depan pintu saat ia membuka pintu.

"Lu, ngap___"

Fiya langsung menarik tangan Zaky agar keluar dari ruangan itu.

"Lu kenapa nggak ikut masuk?" tanya Zaky heran.

"Ya, itu. Lu keknya butuh waktu sama papa lu,"

Zaky tersenyum kecil mendengarnya. "Perhatian amat tunangan gue,"

Fiya balik tersenyum. "Wah, makasih pujiannya,"

"Ahaha, ayo temenin gue beli kopi!"

"Hm,"

Zaky melangkah mendahului gadis itu.

"Aduh!!"

Cowok itu menoleh ke belakang. Satu detik kemudian, tawanya menggelegar saat melihat Fiya tengkurap di lantai.

"Lu, lu ngapain Fi?" tawa Zaky.

Gadis itu langsung berdiri dengan wajah merah padam. "Berisik,"

"Pfftt," tawa salah seorang perawat yang melewati mereka.

Wajah Fiya makin memerah. "Ayo! Katanya mau nyari kopi,"

"Malu neng?"

"Gue injek kaki lu kalo banyak cincong," gadis itu memegangi hidungnya. "Jadi pesek hidung gue,"

Mereka berdua sampai di lemari pendingin minuman di rumah sakit. Zaky segera membeli minuman disana. Sedangkan Fiya menunggu di kursi rumah sakit.

"Nih," ucap Zaky memberikan satu kaleng kopi.

Fiya menerimanya dnengan wajah cemberut. "Sama-sama,"

"Hidung lu merah. Nggak papa?"

"Nggak pap___" ucapan Fiya terpotong saat kepala seseorang menyentuh pundaknya.

Fiya menatap kepala cowok itu. Ia membuang mukanya. "Nangis aja!"

"G___gue, gue takut setengah mati Fi. Gue takut papa ninggalin gue kayak mama. Gue nggak mau orang tua gue pergi,"

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang