Action#12

24 6 1
                                    

Saat ini, lima orang laki-laki tengah duduk-duduk bergerombol di sebuah ruang kelas.  Dari jam ketiga tadi, mereka berkumpul disana karena jam kelas 12 yang kosong.

"Eh, gue mau nanya dong," celetuk Zaky tiba-tiba, membuat temannya menoleh.

"Hm? Kenapa?" jawab Karan. Asal tahu saja, Karan lah yang mendekati kategori cowok paling waras di kumpulan orang itu. Sisanya, ya gitu deh.

"Cara ngerjain cewek gimana?"

Indra menoleh ke sahabatnya itu. "Ya tinggal dikerjain dong, Zak. Gimana sih?" saut cowok itu.

"Ya maksud gue, caranya kupret," geram cowok itu.

"Ya salah lu sendiri nggak tau. Lu kan cuma tau godain cewek," ejek Indra di kalimat terakhir sambil nyengur kuda.

"Selamat pagi. Lu hari ini cantik ya," saut Ardi seraya memasang senyum dengan nada yang dibuat-buat sambil menepuk pundak Indra.

"Ah, masa sih kak Zak?" jawab Indra berdrama.

"Kalian kalo pacaran cocok deh," kekeh Karan.

Lantas kedua cowok itu saling bertatapan. "Huek. Jijik," ucap mereka berdua langsung membuang muka dan menjauhkan diri.

Sedangkan Vian hanya melirik sebentar dan melanjutkan kegiatannya bermain ponsel. Zaky menghela nafas dan bangkit dari kursi. 

"Udahlah. Mending gue ke kantin kalo gini," ucapnya dan tanpa babibu langsung pergi dari sana.

"Ikutt," serempak duo curut dan langsung mengikuti Zaky.

"Gue juga," saut Karan ikut berdiri. "An, ayo!"

Vian mengangkat wajahnya dengan wajah datarnya. "Gue di kelas," jawabnya. Karena memang mereka tengah berada di kelas Vian.

Karan berdecak dan menarik tangan cowok itu paksa.

"Gue kan udah bilang, gue di kelas," protes Vian.

"Gue trak___"

"Oke," jawab Vian cepat. Ia melepaskan cekalan tangan Karan dan kembali bermain ponsel sambil berjalan.

'Gini amat gue punya temen,' kata hati Karan yang terdalam.

^^^

Di kantin, Fiya sedang menikmati roti bakar kesukaannya dan minuman yang selalu mendampinginya, apalagi kalau bukan cola.

"Fi, kebanyakan minum cola tuh nggak baik tau," nasihat Arfa.

"Hm? Biarin, yang penting enak," jawab simple gadis itu sambil menyedot minum lewat sedotan.

"Lu kalo dibilangin juga," kesal Arfa menyomot satu potong roti bakar milik Fiya.

"Lah, roti gue," cemberutnya memajukan bibir lima centimeter.

Mata Fiya terhenti pada punggung seorang pria yang tak asing.

"Lah itu kan si Zaky," langsung saja ia berdiri.

"Eh? Mau kemana lu Fi?" tanya Arfa kepada gadis yang sudah berjalan menghampiri cowok itu.

"WOY KUPRET," tanpa pikir panjang Fiya menabok punggung cowok itu.

"Aduh!" pekik cowok itu.

Sedetik kemudian, kejadian itu membuat mata Fiya membulat sempurna.

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang