Epilog

28 6 0
                                    

Tujuh tahun kemudian

Seorang wanita berjalan dengan tangan hape di telinga dan mata yang terus menatap jam tangannya.

"Iya, aku udah disini. Kamu dimana?" tanyanya pada orang di telepon.

"Kereta? Kereta yang mana ya ampun, Zaky?"

Fiya menoleh ke kanan dan kiri mencari letak Zaky. Perempuan itu sedang ada di stasiun untuk menjemput Zaky. Tapi, laki-laki itu belum juga menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Zak? Loh, malah dimat___"

"Disini," Zaky memeluk Fiya dari belakang.

Fiya membalikkan badan menghadap laki-laki itu.

"Ah, aku nungguin lama tau,"

"Maap, deh. Tadi tiba-tiba ada kerjaan," cengir Fiya. Ia menatap Zaky. "Tadi nggak dipepetin cewek kan?"

"Nggak, sayang," jawab Zaky mencubit pipi perempuan itu. Ia menggandeng tangan Fiya, mulai berjalan. "Ayo ke rumah!"

Fiya mengangguk. "Capek?" tanyanya.

"Nggak, tuh. Lupain capek! Aku udah nggak ketemu sama istri aku ini satu bulan penuh, satu hari abis nikah. Terus sekarang, kangen udah numpuk. Kerjaan aku di luar udah selesai. Jadi, aku mau habisin waktu terus sama kamu mulai sekarang. Pokoknya, nggak bakal mau lagi kalo disuruh papa kerja di luar kota gitu," protes Zaky.

"Iyain deh, iyain. Biar seneng," kekeh Fiya.

"Sini udah dingin, ya?"

"Kan udah malem, Zak,"

Zaky melirik Fiya. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Fiya. "Gimana kalo malem ini? Kita dulu malam pertama langsung tidur pulas, kan? Paginya aku juga langsunh kerja di luar kota. Jadi, nanti malem mau? Papa juga pasti pengin cepet punya cuc___"

Fiya membungkam mulut Zaky dengan tangannya. Wajahnya sudah memerah mendengar kalimat suaminya itu. "Ngomong apaan sih, di tempat rame gini?"

Zaky menurunkan tangan Fiya dari mulutnya dan menggandengnya erat. "Oke, tangan kamu udah diamanin. Kamu nggak bisa kabur nanti," tawa Zaky.

"Apaan?"

Cincin di jari keduanya tampak berkilau. Dan dengan bergandengan tangan, mereka berjalan bersama.

Action
-Tamat-

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang