Extra Part

40 6 2
                                    

"PAPA, ADA KECOAK," teriak seorang anak laki-laki.

"ZAKY, KECOAK,"

Prang Prangg

Terdengar suara pecahan piring setelah teriakan melengking kedua orang itu.

Zaky berlari menuju arah dapur dengan terburu-buru. "Ya ampun, kalian ngapain?"

Fiya dan seorang anak laki-laki menoleh dan langsung mendekat ke arah cowok itu.

"K___kecoak, Zak. Kecoak," ucap Fiya menunjuk pojokan dapur.

"Hii," ujar anak laki-laki yang ikut bersembunyi di belakang Zaky.

"Ya ampun. Itu piringnya pecah gitu," cengang Zaky melihat pemandangan di depannya itu.

"Ya ampun. Berisiknya," seorang anak laki-laki lain berjalan ke arah mereka dengan menekuk wajah.

"Gabrill, tuh kecoak. Adek aku yang manis jangan deket-deket! Nanti kecoaknya terbang ke kamu," ucap anak laki-laki itu berlari ke arah anak yang lebih muda darinya itu.

"Ck. Beneran kakak bukan sih, kamu Gio?" jawab Gabril berjalan menuju pojokan dapur.

Gio bergidik saat melihat Gabril dengan tangan kosong mengambil kecoak tadi.

Gabril memasukkan kecoak ke kantong plastik dan membuangnya ke tempat sampah depan.

"Fiya, Gio," panggil Zaky dengan nada horor.

Fiya dan Gio langsung menelan ludah dan menoleh ke arah laki-laki itu.

"Kalian ini ceroboh banget," Zaky menjewer telinga kedua orang itu.

"Aduh, pa!" ringis Gio.

"Terus, kamu kan anak pertama. Kakaknya Gabril sama Gisel. Kok penakut sama ceroboh gitu, sih?"

"Zaky, jangan narik telinga woy!" ucap Fiya.

"Terus, kamu Fiya. Kamu udah jadi mama dari tiga anak. Masih aja ceroboh," ceramah Zaky.

Fiya mencebikkan bibirnya.

Zaky melepaskan tangannya dan berkacak pinggang di depan mereka.

"Iya deh, iya. Aku beresin," ucap Fiya.

Zaky menghela nafas panjang. "Aku bantuin,"

"Yeay, Gio bebas," girang Gio langsung kabur dari sana.

"Hati-hati! Nanti kena tangan kamu. Apa perlu nyuruh pembantu buat beresin?" ucap Zaky.

"Nggak usah, Zaky. Kan aku yang mecahin,"

"Eits, papa sama papa," panggil seorang gadis menghampiri kedua orang tuanya itu.

"Gisel, jangan deket sini! Nanti kena pecahan piring, loh!" ujar Zaky.

"Piring? Jangan khawatir, papa! Gisel nggak akan biarin muka papa yang mulus ini tergores sedikit pun," ucap Gisel menggombal.

"Tapi, ambilnya pake tangan, sayang. Bukan sama wajah," Fiya menggendong Gisel di sofa bersama Gio dan Gabril. "Three G, kalian duduk disini anteng!"

Fiya kembali ke dapur untuk membantu memunguti pecahan piring karena ulahnya tadi.

"Gio, Gio," panggil Gisel mendekati kakaknya itu yang tengah memakan camilan sampai wajahnya belepotan.

"Iywa?" jawab Gio.

"Mau dengerin gombalan aku hari ini, nggak? Kemarin aku bisa bikin dua cowok satu kelas aku minta aku jadi pacarnya, loh," ucap Gisel. Ternyata kebiasaan Zaky yang suka gombal pada banyak cewek menurun pada Gisel. "Nanti, kalo aku udah gede. Aku mau cari suami sepuluh. Terus bikin anak dua puluh,"

"Gisel, nggak boleh tau gitu! Mana mungkin cowok kamu mau kamu poligami gitu," jawab Gio sok bijaksana.

"Poliandri, bukan poligami," ujar Gabril mengoreksi.

"Gabril, kamu itu adek aku. Jadi, nanti kamu bantuin aku cari pacar yang banyak, ya!" ujar Gisel ganti menghampiri Gabril.

"Nggak mau lah," jawab Gabril menekuk wajahnya.

"Kalian ngomongin apa?" tanya Zaky menghampiri anak-anaknya itu bersama Fiya.

"Papa, Gio mau camilan lagi," ucap Gio menunjukkan bungkus jajannya yang sudah habis.

"Nih anak. Pipi kamu sampe belepotan gitu," ujar Fiya duduk di dekat Gio. Ia melirik Gabril duduk di sofa lain dengan tatapan jahil. "Gabril,"

Gabril menoleh.

"Kamu lap pake tisu wajah Gio, dong!"

Satu detik setelah Fiya mengucapkan itu, wajah Gabril langsung berubah dengan wajah 'mana sudi?' yang malah terkesan lucu di mata Fiya.

Fiya suka melihat wajah Gabril yang seperti itu. Sedangkan saat Zaky melihat itu, ia malah teringat dengan sifat Fiya yang jutek.

"Nanti mama kasih cola, deh,"

Ujung mata cowok itu melirik ke arah mamanya. "Beneran?" tanya Gabril.

'Dia gampang banget bujuknya,' batin Zaky.

Fiya mengangguk.

Gabril turun dari sofa dan mengambil tisu di meja. Anak itu lalu naik ke sofa dekat Gio.

"Ini, lap!" ucap Gio dengan nada memerintah sambil menunjuk pipinya.

"Iya, kak," Gabril tersenyum kesal dan menekan-nekan keras tisu itu di wajah Gio.

Fiya tertawa terbahak melihat hal itu.

"Pa, papa dulu punya pacar berapa?" tanya Gisel pada Zaky.

"Papa? Nggak punya pacar, tuh. Sama mama aja langsung tunangan. Nggak pacaran," jawab Zaky mengelus kepala putrinya itu.

"Serius? Ckckck. Lebih profesional Gisel ternyata,"

Zaky terkekeh mendengarnya. 'Kalo dipikir. Gio sama Gabril punya sifat mirip Fiya. Ya, walau beda. Kalo Gisel? Haha, dia jelas mirip aku banget. Kayaknya tim aku butuh satu tambahan lagi deh, biar seri,'

"Fiya," panggil Zaky pada istrinya yang masih tertawa sambil memotret Gio dan Gabril.

"Haha, apa?"

"Ayo bikin anak lagi!"

"Hah?"

Dan begitulah kehidupan Zaky dan Fiya bersama tiga anak mereka. Apakah akan bertambah satu? Entahlah, terserah Zaky saja.

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang