Action#20

21 4 2
                                    

"Ugh," Fiya menutupi mulutnya saat merasakan perutnya terasa penuh tiba-tiba.

Zaky menghela nafas lagi. Sudah sekitar lima kali mereka berhenti di jalan, gara-gara gadis itu merasa mual dan turun di pom bensin untuk menumpang kamar mandi.

"Mual? Atau kebelet berak?" tanya Zaky memelankan mobilnya dan berhenti di pinggir jalan.

"Gue nggak kebelet berak beg___ugh," gadis itu kembali menutup mulutnya.

"Gue bilang juga apa? Jangan kebanyakan minum cola! Lu nggak mau dengerin. Akhirnya gini, kan?" Zaky memberikan plastik kepada Fiya.

"Enghh, nggak-nggak," Fiya menolak plastik itu. Ia menurunkan kaca mobil dan menghirup udara luar beberapa kali.

Zaky menatap gadis itu. Wajah Fiya pucat. Laki-laki itu mencari sesuatu di tasnya dan mengambil botol air mineral.

"Nih, minum!" suruhnya memberikan satu obat dan menyodorkan botol berisi air.

Fiya menoleh dan menerima botol itu begitu saja. Ia langsung meneguk air di botol tadi sampai habis setengah beserta obatnya.

"Udah mendingan belum?" tanya Zaky.

Fiya mengangguk. "Udah,"

"Jalan lagi?"

Dan gadis itu kembali mengangguk.

Zaky pun menjalankan mobilnya lagi. Fiya membenarkan posisi duduknya.

"Fi, lu mau denger cerita nggak?" tanya Zaky.

"Cerita apa?"

"Ya terserah. Lu mau gue cerita tentang apa?"

"Lu nanya atau nyuruh, sih?" decak gadis itu.

Zaky terkekeh. "Ya kali gue mau nyeritain kancil nyolong timun,"

"Hmm," Fiya bergumam. "Kalo gitu bilang ke gue! Kenapa lu suka dirubungin cewek. Kemarin lu kan udah nanya ke gue. Sekarang giliran gue,"

Cowok itu melirihkan musik yang mengalun di mobil. "Soal itu, ya"

"Hm,"

"Tapi jangan ngetawain atau apalah!"

"Iya. Gue janji bakal diem. Gue kalo kebanyakan ngomong juga ngerasa mual,"

"Hmm. Gue sebenernya nggak terlalu suka jadi pusat perhatian kayak gitu,"

"Bohong,"

"Katanya bakal diem," protes Zaky menoleh ke gadis itu.

"Lanjut!"

"Gue serius tau? Lu tau kan, kalo mama gue udah nggak ada. Pas itu gue masih kecil banget. Tiap malem gue mesti nangis nyariin mama," Zaky terkekeh pelan. Sedangkan Fiya serius menyimak ucapan cowok itu.

"Gegara papa jarang di rumah dulu, bang Vikry juga sering keluar buat les, buat belajar kelompok, buat bimbingan, gue di rumah cuma sama pembantu. Gue jadi kek kurang perhatian. Pas kecil, gue sering main ke rumah tetangga. Terus pas gue ngelakuin hal yang menurut mereka bagus, mereka pasti muji gue. Makanya, gue jadi kebiasaan. Termasuk pas di dekolah, cewek-cewek jadi merhatiin gue kalo gue senyum, atau apalah yang bikin mereka suka,"

Ia menghentikan ceritanya, membuat kegaduhan sore diluar mobil terdengar sampai ke dalam.

"Ah, gue jadi ngelantur ya?" kekeh Zaky menoleh ke Fiya. "Udah tidur?" gumamnya saat melihat Fiya sudah terpejam.

"Di depan gue,"

"Lah, belum tidur? Gue kir___" 

"Di depan gue, lu nggak usah gitu! Gue___"

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang