Action#10

28 7 1
                                    

Vikry dan Arka tengah duduk di ruang keluarga. Lelaki paruh baya itu tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya sedangkan anak sulungnya itu cengar-cengir sendiri bermain handphone.

"Kamu dari tadi papa perhatiin, ngapain sih senyum-senyum sendiri gitu?" tanya Arka pada akhirnya karena merasa penasaran.

Vikry mendongakkan wajahnya menatap Arka tanpa menghilangkan cengiran di wajahnya. "Ehehe. Liat meme yang dikirim Fiya pa," kekehnya menunjukkan layar ponselnya.

"Fiya? Kamu punya nomernya?"

"Punya, dong," bangganya.

"Hmm. Omong-omong adek kamu mana ya, belum pulang-pulang jam segini?"

Derap langkah kaki terdengar mendekat ke arah ruangan itu.

"Lah, pantes diucapin salam nggak ada yang jawab," kata seorang cowok yang baru saja dibicarakan.

"Nah, tuh anaknya," jawab Vikry kembali menatap layar ponsel.

"Darimana aja kamu? Mau malem baru pulang," tanya Arka.

Zaky menggaruk belakang kepalanya. "Dari rumah Karan sama anak-anak,"

Arka menggeleng pelan. "Mending pulang dulu, baru main,"

"Iya d___"

"PFFT. AHAHAHAHAHAHAHA," tawa Vikry tiba-tiba.

Arka dan Zaky serempak menoleh ke arah cowok itu.

"Coba liat nih meme deh, Zak. Gue jamin ngakak," tawa cowok itu.

Zaky mengernyitkan kening bingung dan mendekat ke arah kakaknya itu untuk melihat hal yang ditertawakannya.

"Nih, lu coba liat!" Vikry menunjukkan sebuah meme disana. Zaky melihatnya dan ikut tertawa.

"Apaan coba?" kekehnya.

"Ya kan? Si Fiya kocak emang,"

"Heh? Dari Fiya?"

"Hm," 

"Lu sering chattan sama dia?" selidiknya.

"Hmm, mayan sih. Anaknya asik," jawab Vikry sibuk mengetik sebuah pesan tanpa menatap Zaky.

"Emangnya kamu jarang chattan?" tanya Arka.

"Dia? Punya nomornya aja kagak," saut Vikry.

Arka langsung menoleh ke arah Zaky dengan mata melebar. "Kamu nggak punya nomor tunangan kamu sendiri?"

"A___ah, nggak punya. Zaky kan belom min___"

Lelaki itu langsung menyaut ponsel Vikry dan memberikannya pada Zaky. 

"Sekarang cepet salin nomornya! Nggak ada alasan kamu nggak punya nomornya lagi, kan?"

"Papa," protes pemilik ponsel.

"Eh, tapi pa. Kenapa juga Zaky punya nomornya? Mau Zaky buat ap___"

"Buat apa?" tanya horror Arka.

"Zaky salin," sambarnya.

Cowok itu mengambil ponsel milik Vikry. Ia menekan tombol power di sisi kanan ponsel. Tatapannya berubah menjadi datar saat melihat wallpaper abangnya itu. Ia menoleh ke arah Vikry. Yang dilihat langsung membuang muka ke arah lain.

"Cepet salin aja!" ucap Vikry.

Zaky menghela nafas dan mencari kontak disana. Jarinya bergulir mencari nama Fiya disana, lalu menyalin nomor itu dan mengirimkannya pada kontaknya.

"Nih," Zaky melempar benda pipih itu ke arah Vikry.

Cowok itu langsung menoleh cepat dan untungnya ia tepat waktu menangkap ponselnya. "Woy bocah, hape orang ini,"

"Udah, pa. Zaky ke kamar dulu, ya," ucapnya pada Arka.

"Hm," jawab Arka.

Zaky pun beranjak dari sana dan menuju ke kamarnya. Ia meletakkan tas ranselnya di kursi belajar dan beranjak membuka lemari di pojok kamar.

'Baju, baju. Yang mana enaknya? 'pikir Zaky menelusuri isi lemari. 

"Sip, kaos aja," ia pun mengambil sebuah kaos pendek berwarna navy disana, menyambar handuk dan membawanya ke kamar mandi.

Lima menit, sepuluh menit, dan lima belas menit pun berlalu. Cowok itu keluar sudah dengan menggunakan kaos dan celana selutut. Zaky melangkah menuju ranjang dan merebahkan dirinya di atas kasur empuk itu.

"Enaknya udah ngerjain tugas," hela nafas cowok itu sambil membuka ponselnya. Satu notifikasi chat dari Vikry muncul di antara beberapa deretan chat disana.

"Papa maksa banget," jarinya bergerak menurun melihat chat yang lain. Ada dari Ardi, Karan dan beberapa nomor tidak dikenal disana.

'Hmm, cewek-cewek lagi, ya? ' batinnya. 

"Oke kita lihat profil cewek itu," sebuah senyum mengembang di wajah cowok itu. Ia pun membuka room chat dari Vikry yang mengirim nomor disana. Langsung saja, ia menyimpan nomor itu.

Fiyaaa

"Bentar, bentar. Keknya kurang menarik begini,"

Zaky kembali merubah nama kontak gadis itu.

Tunangan

Ia tersenyum puas melihatnya. "Lebih bagus gini,"

Zaky memencet info kontak Fiya dan melihat profilnya. Ia langsung mengerutkan kening saat melihat foto profil gadis itu. "Nggak dikasih foto profil?"

Ia berganti melihat info profil. Tertera disana kalimat 'Berada di antariksa'. Dan kebetulannya, disana terlihat kalo Fiya sedang online.

"Langsung chat aja lah," 

^^^

Fiya tengah menyeruput susu kotak di tangannya. "Ah, enak," puasnya.

Tring

Bunyi hape gadis itu. Layar ponselnya menyala menampilkan sebuah notifikasi disana. 

"Hm?" gumamnya mengambil benda pipih itu. "Siapa juga ini? Keknya gue nggak pernah ngasih nomor gue sembarangan,"

+628**********
Woy

Siapa? G knl

+628**********
Tunangan sendiri, lupa?

Mata Fiya membulat sempurna. "Hah? Si Zaky tai?"

Dapet drmn lu no gw?

+628**********
Kenapa w harus kasi tau?

"Terserah!" Fiya mengetik dengan cepat pesan di ponselnya.

Terserah

+628**********
Well, jgn lupa besok lu belajar matematika sama gw 

Tau kali

Gadis itu menaruh hapenya di atas bantal dan melanjutkan acara menyerupu nikmat susu kotaknya. "Bawaan emosi gue kalo ngomong sama dia," gumam Fiya. 

^^^

Kembali ke kamar Zaky, cowok itu tengah nyengir kuda di kamarnya. Ia menaruh ponselnya di kasur dan menutup matanya dengan sebelah tangan. Baru saja akan terlelap, pikirannya terbang ke kejadian tadi siang di sekolah.

"Gila," ucapnya langsung bangkit dan duduk dengan wajah merah. "Gila, gila, gila," ia teringat saat dengan tak sengaja Fiya menyentuh itunya.

"AAAAAAA," teriak Zaky malu sendiri mengingatnya. 

"WOY, UDAH MALEM," saut Vikry berteriak dari luar.

"GOBLOK,"

"Anjer, malah ngatain," gerutu Vikry.

Zaky kembali merebahkan tubuhnya dan memiringkan badan menghadap kanan, mencoba membuang jauh-jauh ingatan tadi dari memori otaknya.

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang