Action#19

22 5 0
                                    

Sudah sepuluh hari sejak ulangan dimulai. Dan kini, akan diumumkan muris siapa saja yang akan melakukan remidi dan mapel akan mereka remidi.

Di tempatnya duduk, Fiya tengah menyiapkan jantung dan telinganya untuk mendengar siapa saja sekelas yang akan melakukan remidi. Satu persatu nama yang nilainya di bawah kkm mulai di bacakan. Biasanya, Fiya sudah bisa menebak kalau ia pasti akan melakukan remidi di satu pelajaran, apalagi kalau bukan matematika.

Namun, kali ini gadis itu dag-dig-dug sendiri menanti namanya akan dibaca atau tidak.

Di sebelahnya, Aldy sudah menghela nafas lega karena namanya tidak dibacakan. Cowok itu menoleh ke arah Fiya sambil mengangkat-angkat kedua alisnya.

"Fizahra," 

Fiya langsung menatap ke depan dengan tatapan tak percaya karena namanya tidak disebut. "Yes, gue nggak remidi matematika," sorak gadis itu spontan.

Seluruh isi kelas menertawakan gadis itu. 

"Iya, kamu nggak remidi. Duduk dulu! Biar bapak bacain yang remidi," ucap guru di depan.

Fiya kembali duduk dengan cengiran di bibirnya. Kakinya bergerak terus tak bisa diam di bangkunya. Ia ingin berlari keluar dan memberi tahu hal itu kepada seseorang.

Selesai guru itu membacakan nama, Fiya langsung berdiri dan berlari keluar.

"Fi? Kemana?" tanya Aldy. Tapi percuma. Gadis itu sudah menghilang di ambang pintu. 

Fiya berlari dengan senyum sumringah di wajahnya. Ia berlari menuju kantin, tanpa mempedulikan tatapan mata yang menoleh ke arahnya.

Ia sudah bilang kepada orang itu kalau hari ini kalau hari ini akan dibacakan siapa yang akan melakukan remidi. Dan orang itu menjawab kalau ia akan di kantin kalau mencarinya untuk mendengar berita darinya.

Fiya berhenti dengan nafas tidak teratur. Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari orang yang dicarinya.

"Itu dia," ucapnya lalu melanjutkan larinya menghampiri seseorang yang sedang duduk di salah satu kursi kantin.

"ZAKY," Fiya merangkul leher cowok yang dipanggilnya itu dengan bersemangat.

Karan, Vian, Indra, Ardi bahkan Zaky kaget mendengar suara Fiya barusan. Sampai-sampai, minuman yang dipegang Vian jatuh ke lantai.

Karan melirik ke arah Zaky yang tangannya masih di udara dengan kentang masih di tangan dan wajah merona.

Zaky menoleh ke arah gadis itu. "Kenapa? Kaget tau?"

Fiya melepaskan tangannya dan memasang senyum lebarnya. "Gue nggak remidi matematika,"

"Beneran?" Zaky ikut tersenyum lebar mendengar hal itu. Fiya mengangguk.

"Fi, lu nggak mau meluk dia lagi? Dia seneng tuh keknya," tanya Karan sambil melirik Zaky.

"Hm?" Fiya mengangkat kedua alis, bertanya maksud Karan barusan.

"Iya tuh, Fi. Mukanya kek abis makan cabe seember," saut Ardi sambil terkekeh.

"Kek gini, Fi" imbuh Indra menunjuk gelasnya yang berisi jus semangka.

"Sembarangan," sangkal Zaky membuat temannya itu tertawa. Fiya ikut duduk dengan kelima orang itu. Ia menduduki kursi kosong yang ada di dekat Vian dan Ardi. Semenjak kejadian pertengkarannya dengan kakak kelasnya kemarin, ia mulai akrab dengan teman-teman Zaky. 

"Main apa lu?" tanya Fiya pada Vian sambil mencodongkan badannya ke samping mencoba melihat apa yang dimainkan cowok itu.

Vian memasang raut wajah tak suka dan menjauhkan ponselnya dengan mencodongkan badannya ke samping juga. 

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang