Action#17

19 6 0
                                    

Pagi harinya, Fiya datang ke sekolah sekitar pukul setengah tujuh. Sekolah tampak masih sepi penghuni. Buktinya saja, murid yang sudah datang ke sekolah dan berlalu lalang masih bisa dihitung oleh jari.

Kaki Fiya melangkah melewati lorong-lorong dengan bersenandung kecil. Hingga sampai di depan kelasnya, ia langsung masuk. Dan, belum ada satu pun anak yang datang. Tapi, itu malah membuat Fiya tenang. Ia datang ke sekolah pagi-pagi bukan tanpa alasan. Gadis itu ingin mengulas kembali pekerjaan matematikanya semalam. Karena, kalian pasti tahu sendiri kalau nilai matematika gadis itu selalu di bawah nilai yang harus didapat.

"Oke," gumam Fiya memegang satu pulpen di tangannya dan mulai melihat rangkaian angka di bukunya.

Suara jam dinding yang berjalan tiap detiknya mengisi suara hening di ruangan. Suara gesekan ujung pulpen dan kertas juga bersautan mengisi suara.

Fiya masih fokus menatap bukunya sambil mengerakkan tangannya yang memegang pena. "Akar dua ratus dua puluh lima, dikali seratus dibag___"

"BWAAA,"

"AAAAAA," teriak gadis itu terkejut saat seseorang menepuk pundaknya dan mengagetinya.

"Ahahaha, fokus amat sih," kekeh si pelaku terbahak melihat reaksi Fiya barusan.

Fiya menatap sebal cowok yang tengah tertawa sambil memukul pelan meja yang ada di sampingnya.

"Aldy, gue sikat lu lama-lama," sebalnya.

Aldy tetap melanjutkan tawanya.

"Ketawa aja terus!" ketus Fiya.

Cowok itu pun berpindah tempat ke bangkunya sendiri yang tepat berada di samping Fiya. "Tumben lu berangkat pagi gini?" tanya Aldy.

"Nyari nasi uduk," jawab Fiya asal. Ia kembali menatap bukunya.

Aldy mendekatkan tubuhnya ke bangku Fiya. "Baca apa, sih?" ia mengamati angka-angka di buku Fiya dengan kening berkernyit. "Matematika? Lu belajar matematika? Kesambet apa, Fi?"

"Kenapa, sih? Gue kan belajar mapel yang gue nggak bisa doang. Kok malah nanya kesambet, sih?" sewot gadis itu.

"Iya, iya, iya. Jangan ngegas dulu! Gue nanya doang, elah. Kan biasanya lu kalo mapel matematika bilang 'biarin ajalah! ntar juga bagus sendiri nilainya' gitu,"

"Y___ya kan itu dulu," jawab Fiya tak terima.

"Bilang aja kena mar___"

"Nggak denger, ah," Fiya berdiri dari kursinya dan menabok paha cowok itu. Fiya melewati kaki Aldy dan berjalan menujuu keluar.

"Woy, Fi mau kemana? Nggak belajar lagi?" tanya Aldy berteriak.

"Mau ke toilet," jawab gadis itu.

Aldy terkekeh pelan dan menaruh tas di tempatnya duduk. 

"Woy, Al. Udah nyampe aja lu?" tanya salah seorang laki-laki teman sekelasnya memasuki kelas.

"Yoi," jawab Aldy. "Eh, lu tau nggak pengawas kita hari ini siapa?"

"Cowok pokoknya. Tapi kalo namanya lupa," jawab cowok tadi berjalan ke bangkunya.

"Hmm. Oh, ya," baru saja Aldy berdiri ingin menghampiri temannya itu, sebuah suara dari pintu membuatnya berhenti.

"Fiya," panggil orang itu dari pintu.

Aldy dan temannya serempak menoleh ke asal suara. 

Zaky menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan gadis yang tengah dicarinya. "Fiya mana?" tanyanya.

Action (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang