CHAPTER 1

130 34 110
                                    

“Kita putus!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kita putus!”

Kalimat perpisahan itu keluar dari mulut pemuda yang duduk di bangku restoran bintang lima membuat gadis bernama Kristina Putri Maheswari menganga. Tidak mengerti apa yang ada di pikiran sang kekasih, Reksa Prasetya.

Hubungannya dengan Reksa bisa dibilang baik-baik saja, tidak ada masalah, dan tidak ada pertengkaran. Tidak heran jika Kristina syok mendengar Reksa mengucap kalimat perpisahan itu.

“Putus?” Mengucap kalimat itu, lalu menatap dalam netra Reksa. “Kenapa?” tanya Kristina.

Yang diajak bicara justru menyengir, seakan bisa menebak bahwa kekasih yang baru bermetamorfosis menjadi mantan membutuhkan alasan mengapa hubungan yang telah berjalan selama hampir satu tahun diakhiri begitu saja.

“Nggak apa-apa, sih. Cuma pengin udahan aja,” jawab Reksa sekenanya.

“Gue butuh alasan yang jelas. Cuma pengin udahan nggak bisa lo jadiin alasan.” Kristina tertawa kecil, lalu kembali bertanya, “Gue ada salah sama lo?”

“Enggak.”

Meski hatinya menjerit, air matanya perlahan menetes, tetapi Kristina ingin tahu mengapa pemuda yang begitu dicintainya mengakhiri hubungan tiba-tiba.

“Terus?”

“Gue ngerasa kalau lo nggak pantes buat gue.” Kata-kata Reksa membuat netra Kristina mendelik seketika. “Selama kita pacaran, gue nggak cocok sama sikap lo yang kekanak-kanakan.”

Netra Kristina yang tadinya mendelik pun berubah ke mode biasa setelah mendengar alasan putusnya berkaitan dengan ke-childish-annya selama ini. Kristina sadar kalau sikapnya cukup kekanak-kanakan, tetapi mengakhiri hubungan karena hal itu masih belum dia terima. Toh, itu tidak bisa dijadikan alasan.

“Nggak, Sa. Nggak mungkin! Pasti ada alasan lain, kan, kenapa lo minta putus?” tanya Kristina. “Gue nggak mau putus. Gue sayang sama lo, Sa. Gue janji, gue bakalan berubah, tapi please... jangan putusin gue. Oke?”

Reksa menggeleng. “Nggak ada yang perlu dipertahanin lagi, Na. Selama ini, gue mikirnya lo bakalan berubah, tapi apa? Lo nggak berubah-berubah, kan?”

“Gue nggak mau kita putus, Sa.”

Menggeleng seraya melepaskan cekalan tangan Kristina yang mendarat di lengannya. Pemuda itu lantas berajak dari kursinya dan meninggalkan Kristina begitu saja.

“SA! REKSA! GUE NGGAK MAU PUTUS SAMA LO! REKSA!”

***

“Salah gue apa coba? Kenapa Reksa mutusin gue?”

Entah sudah berapa lama Kristina menopangkan dagu di atas meja. Pandangannya buram karena air mata masih belum berhenti mengaliri pipi bulatnya. Bahkan, kamarnya mendadak berubah menjadi tempat pembuangan sampah karena gumpalan tisu berceceran di mana-mana.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang