CHAPTER 19

28 15 19
                                    

Kristina melangkah setengah berlari di belakang tubuh Arya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kristina melangkah setengah berlari di belakang tubuh Arya. Tampak gamblang bahwa dia kesusahan mengimbangi langkah Arya yang semakin cepat alih-alih melamban. Pemuda itu tidak menoleh sehingga Kristina berpikir bahwa Arya semarah itu padanya.

“Kak Arya marah, ya, sama aku?!”

“Iya, deh, iya. Aku ngaku kalau aku salah. Aku minta maaf. Kak Arya nggak mau maafin aku, ya? Kak Arya nggak mau maafin jodoh Kakak sendiri?”

Kristina menempelkan telunjuk pada dagu yang kesannya seperti sedang mencari ide. “Eumm, sebagai ucapan maaf, nanti aku traktir Kak Arya makan yang buanyakkkk, deh.” Melingkarkan kedua tangan ke atas, lantas kembali berkata, “Biar Kak Arya seneng dan nggak marah lagi sama aku. Kak Arya mau nggak?”

“Mau nggak? Mau nggak?” Nada menyebalkan masuk ke telinga Arya, tetapi pemuda itu justru mempercepat langkah tanpa niat menimpali. “Mau, donggg.... Masa enggak?”

Arya memejamkan mata sejenak sembari menahan pusing yang menjalar di kepalanya. Beberapa hari lalu, gadis genit itu berhenti mengejar setelah Arya mengatakan kalau dia manaruh hati pada Amara. Dia pikir, gadis itu benar-benar pergi jauh dari kehidupannya.

Nyatanya, gadis itu masih mengejar Arya sampai detik ini. Mungkin, kemarin Kristina sedang dirasuki jin sehingga memutuskan untuk hiatus mengejar Arya, dan kembali menjadi pengejar kala jin itu sudah keluar.

“Kak Arya dari tadi mah diem aja. Ih, Kak Arya ngomong dongggg! Aku, kan, udah minta maaf. Kak Arya nggak mau maafin aku, ya?”

Kristina terus-terusan mengoceh sampai tidak menyadari bahwa jarak dengan Arya kian menjauh. Tidak ingin ketinggalan, gadis itu mempercepat langkah.

“Kak Arya! Kata papa aku, nggak baik loh marahan lama-lama, apalagi sampai lebih dari tiga hari. Terus, papa aku juga pernah bilang kalau sesama manusia itu harus saling memaafkan. Allah aja Maha Pengampun, masa Kak Arya yang jadi ciptaan-Nya enggak? Lagian, ya—aduhhh!”

Kristina merintih begitu jidatnya menubruk punggung Arya yang berhenti mendadak.

Arya membalik tubuhnya, menangkap Kristina sedang mengelus-elus jidat secara dramatis. Saking dramatisnya, beberapa orang mungkin mengira kalau jidat gadis itu terbentur benda keras yang bisa menimbulkan gagar otak. Padahal, jidatnya hanya terbentur punggung. Lagi pula, punggung Arya juga tidak sekeras itu.

“Kak Arya kebiasaan, deh, nggak ngasih aba-aba dulu kalau mau berhenti. Senyum dong, Kak. Jangan cemberut terus. Nanti cepat tua, loh,” omelnya. Menempelkan jempol dan telunjuk di sudut bibir, memaksa menyengir. “Senyum itu kayak gini, Kak—eummm.”

“Lo bisa nggak, nggak usah ngikutin gue?” tanya Arya, ada emosi di sana. “Apa lo nggak nyadar, kalau lo itu bawa pengaruh buruk buat gue? Gara-gara lo, gue yang belum pernah dihukum jadi dihukum. Gara-gara lo, urusan penting gue jadi tertunda. Dan gara-gara sikap lo yang sok jadi pahlawan, baju gue jadi basah kayak gini.”

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang