CHAPTER 42

9 2 3
                                    

Arya menjalani hari-hari seperti biasa di rumah sakit, meski sejujurnya dia sangat bosan dan ingin segera pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arya menjalani hari-hari seperti biasa di rumah sakit, meski sejujurnya dia sangat bosan dan ingin segera pulang. Jika biasanya Arya mencari udata segar di sekitar rumah sakit di temani Kristina, kini dia sendirian.

Rasanya, sudah tiga hari gadis itu tidak menghubungi Arya sama sekali. Mungkin sibuk atau kelelahan merevisi naskahnya. Arya juga tidak menghubungi duluan karena tidak ingin mengganggu dan membuat pacarnya tidak bisa istirahat.

Pandangan Arya mengarah ke sepasang suami istri yang usianya tidak muda lagi, alias kakek nenek. Terlihat Si Kakek itu dengan telaten menyuapi Si Nenek yang duduk di kursi roda. Romantis. Jauh lebih romantis ketimbang pasangan muda zaman sekarang.

“Kamu harus makan yang banyak, biar cepat sembuh,” kata Si Kakek. Si Kakek kembali menyuapi Si Nenek yang berulang kali menolak. “Satu lagi. Setelah ini udah.”

“Pahit, Kek. Rasanya nggak enak.”

“Iya. Ini terakhir kok,” bujuk Si Kakek.

Tanpa sadar Arya tersenyum. Pemandangan yang indah. Pada dasarnya, yang menjadi teman di masa tua bukanlah anak atau cucu, melainkan pasangan. Dan menua bersama orang yang tepat adalah dambaan setiap orang.

Dia tiba-tiba jadi kepikiran apakah dia bisa menghabiskan masa tua bersama orang yang dicintainya kelak? Apakah masih ada harapan untuk hidup lebih lama lagi? Apakah Tuhan akan memberi Arya kesempatan itu?

“Bang Arya!”

Arya menoleh. Linda memanggilnya, gadis itu tampak bahagia.

“Bang, aku bawa kabar baik buat abang!” Kali ini dia berujar antusias. “Bang Arya tahu nggak, barusan Mama bilang ke aku kalau Mama udah dapat donor hati buat Abang. Jadi, Abang bisa sembuh.”

“Kamu nggak lagi bercanda, kan?” tanya Arya, ragu, orang mana yang mau merelakan organ pentingnya untuk orang lain. “Really?

“Serius!”

Kali ini, Arya tersenyum. Doanya terkabul. Ada harapan untuk hidup lebih lama. Tuhan Maha Baik. Ternyata, Arya masih diberi kesempatan untuk bisa terlepas dari penyakitnya.

***

Arya belum memberi kabar pada Kristina mengenai jadwal operasi transplantasi hati dalam waktu dekat ini, sengaja ingin memberi kejutan jika Arya sudah benar-benar sembuh nanti. Itu juga menjadi alasan Arya semangat mengikuti arahan dan prosedur sebelum menjalani operasi.

Sekitar pukul 13.00 Arya sudah memasuki ruang operasi. Marsya mondar-mandir, pikirannya kalut tidak keruan, tetapi Linda dan Amara dengan sigap menenangkan. Tidak lupa mereka mengingatkan agar Marsya selalu berdoa dan berpikir positif.

Tujuh jam sudah berlalu. Semua anggota keluarga yang menunggu hasilnya berhamburan ke pintu ruang operasi ketika Airin, selaku dokter yang menangani Arya membuka pintu. Beberapa pertanyaan dari pihak keluarga pun mulai keluar.

Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar,” terang Airin.

Semua orang yang mendengar kabar baik tersebut mengucap syukur. Tidak lupa Ardi melakukan sujud syukur, diikuti Marsya, Linda, dan Amara. Tangis bahagia di keluarga itu pun mulai pecah.

***

Beberapa hari pasca operasi kondisi Arya mulai membaik. Bahkan Arya sudah dibolehkan pulang dengan catatan masih harus rutin melakukan pemeriksaan sampai beberapa minggu ke depan.

“Ma,” panggil Arya ketika sedang membantu Marsya mengemasi pakaiannya. “Ngomong-ngomong Mama belum cerita loh ke Abang soal orang yang donorin hatinya buat Abang”

Marsya menghentikan aktivitasnya sejenak untuk berpikir. “Pendonornya minta identitasnya dirahasiain, tapi kamu pasti bakal tahu nanti, Mama yakin.”

“Abang kenal sama orangnya?” tanya Arya. “Atau mungkin Abang pernah ketemu sama keluarga dia gitu? Terus kenapa dia bersedia donorin hatinya buat Abang?”

“Nanti kamu pasti tahu sendiri. Kamu lanjutin, ya, Mama mau ngurus administrasi dulu.” Marsya menolak untuk menjelaskan. “Bentar lagi Papa sama Linda ke sini. Tadi Mama telepon mereka lagi di jalan.”

Arya hanya bisa mengangguk.

BERSAMBUNG

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang