CHAPTER 7

38 21 69
                                    

Suara khas piring beradu dengan meja terdengar saat Kristina meletakkan makan siangnya tanpa meminta izin kepada Arya yang menempati meja tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara khas piring beradu dengan meja terdengar saat Kristina meletakkan makan siangnya tanpa meminta izin kepada Arya yang menempati meja tersebut. Dia kemudian menggeser kursi plastik, dan lagi-lagi dia tidak meminta izin terlebih dahulu.

Detik selanjutnya, Kristina menyangga dagu dengan kedua tangan, netranya menatap Arya dengan sudut bibir tertarik ke samping. Sementara itu, kedua netra Arya melirik Kristina yang semakin melebarkan senyum karena berhasil menangkap Arya meliriknya diam-diam.

Pemuda itu mengalihkan atensi ke buku dan mencoba fokus pada dunianya sendiri. Namun, Arya gagal fokus semenjak kehadiran sosok yang terus menatap dan tersenyum tanpa henti. Gadis itu terkesan seperti parasit di mata Arya.

“Siapa yang ngizinin lo duduk di sini?” tanyanya setelah menghela napas kasar tanpa menatap lawan bicara.

“Aku udah tahu kok kalau Kak Arya nggak bakalan ngizinin aku duduk di sini. Makanya, aku nggak izin dulu,” jawab Kristina sekenanya, lengkap dengan senyum tidak pernah absen kala berhadapan dengan pemuda itu.

“....”

“Kak Arya jahat banget tahu nggak sama aku,” ucap Kristina, nadanya sarat akan kedramatisan.

Arya menaikkan alisnya.

“Kak Arya tahu nggak kalau semalam aku nungguin chat dari Kak Arya sampai jam dua belas. Udah mirip sama Cinderella, kan? Nih, lihat, mata aku sampai kayak gini.”

Arya menghela napas panjang setelah mendengar ocehan Kristina yang dirasa mengganggu ketenangannya. Refleks, pemuda itu melirik gadis yang menggunakan dua telunjuknya untuk menarik kedua pipi ke bawah sehingga membuat netranya melebar paksa.

“Kak, aku makan di sini nggak apa-apa, kan? Eh, kok aku aneh, ya, ngapain aku minta izin segala. Toh, Kak Arya pasti bakal kasih izin, kan, ya?” tanyanya seraya mengangkat sendok dan garpu. “Eum, Kak Arya nggak makan?”

“Enggak.”

“Kenapa?” tanya Kristina yang kontan mendapat dehaman singkat dari Arya. Hal tersebut membuat Kristina kicep dengan atensi dipalingkan ke samping. “Galak banget, untung sayang...,” gumamnya.

“Apa?” tanya Arya.

“Hem...?” Kristina sudah seperti maneken hidup mendengar pertanyaan Arya. Dia menoleh, menatap Arya takut-takut diiringi detak jantung tidak beraturan. “Eng-enggak, kok, aku nggak ngomong,” balasnya.

Suasana mendadak hening karena Kristina tidak lagi berkicau. Gadis itu mengarahkan atensi ke samping, dan mendapati sepasang kekasih yang sering mengundang keirian kaum hawa tengah bermesraan tanpa mempedulikan nasib orang di sekitarnya.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang