CHAPTER 38

12 3 2
                                    

Lima bulan sudah berlalu, Arya mengingkari janjinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lima bulan sudah berlalu, Arya mengingkari janjinya. Arya mengatakan kalau dia akan secepatnya ke Jakarta ketika Kristina sembuh apa pun kesibukannya di Jepang. Namun kali ini, jangankan ke Jakarta, membalas pesannya saja tidak.

"Lin, lo sering teleponan sama Kak Arya?" Kristina bertanya ketika bertemu dengan Linda di koridor sepulang sekolah. Tidak mendapat jawaban Kristina kembali bersuara, "Kak Arya udah lama nggak pernah balas chat gue."

"Mending lo lupain, deh, abang gue," ujar Linda seraya mempercepat langkahnya. "Dia ketemu cinta pertamanya di Jepang. Terus mereka milih ngejalanin hubungan serius."

"Lo bercanda, kan, Lin?" tanya Kristina. "Kak Arya nggak pernah ngomong itu ke gue."

"Bang Arya emang nggak pernah ngomong. Tapi harusnya lo lebih peka kalau Bang Arya nggak pernah ngasih kabar berarti lo itu nggak penting buat dia. Udahlah, lupain Bang Arya. Masih banyak cowok yang lebih di luar sana. Relain Bang Arya bahagia sama cinta pertamanya."

Linda mempercepat langkah seusai mengatakan itu, tetapi sebelum itu Kristina menangkap Linda mengangkat telepon dari seseorang. Dia tidak sengaja mendengar respons Linda yang sedikit mencurigakan. Raut wajahnya yang cemas membuat Kristina berniat mengikuti diam-diam.

Kristina menaiki taksi mengikuti Linda, dia tidak tahu ke mana tujuan gadis itu. Intinya, Kristina merasa ada yang Linda sembunyikan darinya, kemungkinan juga berkaitan dengan Arya yang hilang kabar.

Taksi yang ditumpangi Linda berhenti di salah satu rumah sakit di Jakarta. Seusai membayar taksinya Kristina kembali mengikuti Linda yang melangkah tergesa-gesa. Kristina juga sempat bersembunyi di balik tembok begitu Linda merasakan ada yang mengikutinya.

Kristina keluar dari persembunyiannya begitu Linda memasuki kamar rumah sakit. Entah siapa yang Linda jenguk, tetapi yang jelas rasa penasaran membuat Kristina ikut masuk ke kamar tersebut tanpa permisi.

Tatapan Kristina lurus ke arah seseorang yang terbaring di atas brangkar. Mendadak jantungnya berpacu cepat, kakinya pun ikut kaku ketika tahu bahwa semua orang di ruangan itu sangat familier untuknya.

Mereka masih belum menyadari kehadiran Kristina yang sedari tadi menyimak obrolannya. Di ruangan itu ada Marsya, Linda, dan lelaki berprofesi dokter yang sedang menjelaskan soal penyakit pasiennya itu adalah Akbar. Dia sempat mendengar kalau pasien itu harus segera mendapat donor hati secepatnya.

"Donor hati?" Kistina berujar refleks, otomatis Marsya, Linda dan Akbar yang ada di sana terkejut.

"Kristina?"

"Sejak kapan lo di sini? Lo ngikutin gue?" tanya Linda.

Alih-alih mengindahkan, gadis itu justru mendekati Arya yang terbaring. Kristina menutup mulutnya begitu melihat tubuh Arya terbaring lemah di brangkar. Tangisnya pecah.

"Kak Arya sakit apa?" tanya Kristina.

Akbar, Marsya, dan Linda saling menatap, seolah memberi instruksi agar salah satu dari mereka menjelaskan yang sebenarnya. Marsya maju, lalu menjelaskan pelan-pelan kepada Kristina.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang