CHAPTER 36

15 3 0
                                    

Mengapa ditakdirkan bertemu jika untuk berpisah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengapa ditakdirkan bertemu jika untuk berpisah?

Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benak Kristina ketika dia sedang menghabiskan waktu bersama Arya sebelum berangkat ke Jepang. Otaknya seolah tidak bisa memikirkan apa pun selain Arya yang akan berangkat besok pagi.

Kristina tidak boleh egois dan memaksa Arya untuk mengurungkan niatnya. Bagaimanapun Arya berhak memilih kampus impiannya, dan Kristina tidak mau jika hubungan menjadi penghambat masa depan yang sudah diimpikan Arya sejak lama.

Kristina menoleh pada Arya yang mendorong kursi rodanya mengelilingi pasar malam yang dipenuhi banyak orang serta beragam permainan. Capit boneka, pukul buaya, lempar cincin, kolam bebek dan yang lainnya sudah mereka mainkan. Arya juga mendapat banyak boneka karena memenangkan beberapa permainan tersebut.

Tidak lupa mereka membeli gula kapas untuk dimakan berdua, bahkan mereka tidak menyadari ada Bapak Pelukis yang mengabadikan momen romantisnya. Arya hanya perlu membayar dua puluh ribu untuk memiliki lukisan tersebut, lalu diberikan pada Kristina.

"Kenapa?" tanya Arya ketika melihat Kristina melamun entah memikirkan apa. "Ada masalah?"

"Nggak bisa diundur lagi, ya, Kak?"

"Apanya?"

"Berangkat ke Jepang-nya nggak bisa diundur lagi?" tanya Kristina dan langsung mendapat respons gelengan. "Aku takut kita nggak bisa ketemu lagi setelah perpisahan ini, Kak."

"Kita pasti bisa ketemu lagi. Kan aku udah bilang setiap empat bulan sekali aku bakalan pulang ke Jakarta." Arya mencoba menenangkan Kristina. "Tapi aku pengin kamu ngabulin permintaan aku."

"Apa?"

"Kalau aku balik ke Jakarta, aku pengin ngelihat kamu udah bisa jalan lagi. Aku pengin ngabisin waktu ketika aku di Jakarta buat jalan-jalan sama kamu." Arya menarik napas panjang. "Pada saat aku kembali ke Jakarta aku juga mau jujur satu hal sama kamu."

Kening Kristina mengeryit. "Jujur? Soal apa?"

"Ada, deh."

"Ish."

"Kalau kamu pengin tahu, kabulin dulu permintaan aku."

Kristina diam, berpikir kejujuran apa yang akan diutarakan Arya nantinya. Hubungan keduanya memang sudah terjalin hampir tiga bulan, tetapi Arya belum pernah bercerita tentang dirinya, bahkan ketika Kristina bertanya Arya hanya merespon kelak Kristina akan tahu semuanya.

"Kak?" panggil Kristina, tetapi Arya hanya berdeham. "Kemaren teman aku cerita, dia LDR sama pacarnya. Terus dia nggak sengaja lihat akun IG pacarnya yang baru, dan di IG pacarnya itu ada foto bareng cewek lain. Kata temenku, fotonya itu dekat banget. Kayak nggak bi-"

"Tunggu-tunggu." Arya memotong. "Ini kenapa tiba-tiba kamu cerita soal teman kamu ke aku? Na, kamu tenang aja, aku nggak bakalan kayak gitu kok. Nggak bakal ada orang yang bisa gantiin kamu. Percaya, deh, sama aku."

"Aku cuma takut aja Kak Arya-"

Arya mendaratkan telunjuk di mulut Kristina. "Nggak usah mikir yang enggak-enggak ih. Kan hari ini kita mau senang-senang, Na. Kamu mau es krim nggak?" tanya Arya begitu ekor matanya menangkap anak kecil sedang menikmati es krim.

Kristina mengangguk. Setelah itu, Arya mendorong kursi roda Kristina untuk mencari penjual es krim. Arya tidak lupa mentraktir beberapa pengamen cilik di pasar malam yang sedari tadi memperhatikan ketika Kristina menikmati es krimnya.

"Kak Tina makannya es krimnya kayak anak kecil," celetuk Mika, bocah tujuh tahunan yang tertawa melihat sudut bibir Kristina terdapat sisa-sisa es krim. "Masa belepotan gitu."

Kristina refleks mengusap mulutnya, lalu tertawa. "Loh, iya, Kakak sampai nggak nyadar loh. Enak banget soalnya," ujarnya. "Kalian mau nambah lagi nggak?"

"Mau!" Salah satu bocah laki-laki bertubuh gempal menyahut bersemangat, dia adalah bocah paling kecil di antara keempat pengamen tersebut.

"Koko. Udah jangan banyak-banyak."

"Kan barusan ditawarin sama Kak Tina. Nggak boleh tau nolak rezeki."

Kristina tertawa. "Iya, Koko bener. Nggak baik nolak rezeki. Pokoknya kalian berempat harus nambah es krimnya. Tenang, Kak Tina sama Kak Arya yang traktir."

"Yeee!!"

Keempat pengamen cilik itu bersorak, mengucap terima kasih. Selain makan es krim bersama, mereka bercerita, bernyanyi, bahkan tertawa bersama. Sementara itu, Arya tersenyum melihat Kristina bisa tertawa selepas itu. Kemudian dia memejamkan mata sejenak, dia hanya berharap bisa hidup lebih lama lagi di dunia.

"Kak Arya sini!"

***

Seperti yang sudah Arya sampaikan kalau dia akan melanjutkan pendidikan di Jepang. Namun, kali ini Kristina jauh lebih sedih karena tidak bisa mengantar Arya ke bandara dan melihat pacarnya untuk yang terakhir kalinya, dia harus mengikuti ujian kenaikan kelas. Kristina bahkan sudah ditegur guru tiga kali karena kepergok melamun.

"Na, lo ada penghapus nggak?" Icha, teman sebangku Kristina di ujian kali ini yang berasal dari kelas XI IPS 1 berbisik. Namun, Kristina yang tidak merespons membuatnya kembali bersuara, "Na?"

"Iya. Kenapa, Cha?"

"Lo ada penghapus? Pinjam dong."

"Oh, ada. Ini."

Kristina menyerahkan benda yang diminta Icha, lalu mencoba untuk menghilangkan pikiran tentang Arya dan mengerjakan lembaran soal ujiannya. Namun, semua itu tidaklah mudah, dia benar-benar tidak bisa fokus pada ujian hari ini, bahkan materi-materi yang sudah dipelajari mendadak lenyap begitu saja dari otaknya.

Waktu berputar tanpa terasa dan ujian mata pelajaran pertama telah usai. Kristina buru-buru mengambil gawai yang dikumpulkan di meja guru, lalu mengecek apakah ada pesan dari Arya. Gadis itu tersenyum begitu mendapati Arya mengirimkan dua pesan suara berdurasi satu menit.

"Na, aku udah sampai bandara. Kamu yang bener ujiannya, jangan mikirin aku terus." Tawa Arya terdengar di akhir pesan suara itu. Kemudian Kristina berlanjut ke pesan selanjutnya. "Pokoknya kamu harus fokus sama ujian hari ini. Jangan sampai nilai kamu turun gara-gara mikirin aku. I love you."

Kristina tersenyum, dia kemudian mengirim balasan. Perpisahan bukanlah hal yang diinginkan setiap pasangan, tetapi kadang salah satu harus menurunkan egonya agar tercipta hubungan yang langgeng.

Sepertinya Kristina harus menyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Arya dan Ical adalah dua orang yang berbeda. Arya tidak mungkin pergi tanpa kembali seperti sahabat kecilnya.

BERSAMBUNG

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang