CHAPTER 27

29 9 7
                                    

“Pak, tadi Non Tina histeris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pak, tadi Non Tina histeris.”

Akbar baru saja keluar dari mobil, tetapi asisten rumah tangganya sudah menyambut dengan aduan tidak mengenakan mengenai putri kesayangannya sehingga ekspresi lelaki itu mendadak cemas.

“Histeris? Ada apa, Bi? Kok bisa Tina histeris?” tanya Akbar.

“Tadi Non Tina itu lagi terapi jalan sama Dokter Rumi di taman belakang. Terus, Ibu Sukma, guru sekolahnya Non Tina ke sini sama dua murid cewek. Mereka bilang pengin ketemu Non Tina. Ya udah, Bibi bawa aja mereka ke belakang buat ketemu Non Tina,” adu Sumi. “Nah, pas Non Tina ngelihat mereka, Non Tina-nya langsung teriak-teriak, Pak.”

“Kenapa Bibi nggak hubungi saya?” Akbar menekuk tiga jarinya hingga menyisakan kelingking dan telunjuk, lalu ditempelkan ke telinga seperti orang sedang menelepon. “Kan saya udah bilang kalau ada apa-apa sama Tina... Bibi langsung hubungi saya.”

“Saya udah coba hubungi Bapak, tapi nomor Bapak nggak aktif.”

Akbar lantas memijat pelipisnya. “Terus, sekarang kondisi Tina gimana, Bi? Dia ada di mana sekarang?” tanyanya panik.

Alhamdulillah... Non Tina udah nggak apa-apa, Pak. Sekarang, Non Tina lagi di kamarnya sama Dokter Rumi.”

“Bibi tolong taruh tas saya ke kamar, ya.” Akbar menyerahkan tas kerjanya pada Sumi. “Saya mau temui Tina. Saya mau ngecek kondisinya.”

“Baik, Pak,” balas Sumi seraya menerima tas majikannya.

Akbar melangkah menuju kamar tamu yang beberapa waktu ini ditempati Kristina karena kamar gadis itu terletak di lantai dua. “Rumi, keadaan anak saya gimana?” tanya Akbar pada kawan se-profesinya yang baru saja keluar dari kamar Kristina.

“Kristina udah nggak apa-apa, kok. Sekarang, dia sedang istirahat. Kamu nggak perlu khawatir, Bar.” Rumi membalas.

Akbar membuka pintu kamar putrinya, dia hanya ingin memastikan apakah Kristina baik-baik saja. Lelaki itu lantas mengembuskan napas lega ketika menangkap Kristina sudah terlelap. Tidak ingin mengganggu, Akbar segera menutup pintunya kembali.

“Sebenarnya, kejadiannya gimana, Rum?” tanya Akbar. “Kok bisa Kristina histeris?”

Yang ditanya tidak langsung menjawab. Wanita itu cukup lama bergeming untuk mengingat-ingat insiden yang terjadi di taman belakang beberapa jam yang lalu.

“Untuk hari ini kayaknya udah cukup, deh. Terapinya kita lanjut besok lagi.” Rumi berujar, tetapi tidak digubris oleh Kristina yang sedang melamun entah memikirkan apa. “Tina Sayang, kamu kenapa?”

Kristina menoleh. “Hem?”

“Ada yang kamu pikirin? Saya perhatiin, dari tadi kamu ngelamun. Mikirin apa?” tanyanya. Rumi bertanya bukan karena kepo, melainkan sebagai wujud kepedulian seorang dokter pada pasiennya. “Kamu ada masalah?”

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang