CHAPTER 35

12 2 3
                                    

Setelah tiga tahun berperang dengan teori dan praktik di SMA Singgasana akhirnya murid kelas dua belas dinyatakan lulus seratus persen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tiga tahun berperang dengan teori dan praktik di SMA Singgasana akhirnya murid kelas dua belas dinyatakan lulus seratus persen. Hal itu jelas membuat angkatan tertua yang kini sedang memakai toga bersorak gembira seraya melempar topi toga ke udara, mereka juga tidak lupa mengabadikan momen yang tidak bisa terulang kembali itu.

Kelulusan kali ini memberikan kenangan mendalam untuk Arya lantaran kepala sekolah menyebut namanya sebagai siswa lulusan terbaik dari jurusan Bahasa di SMA Singgasana. Arya segera menghampiri teman-temannya setelah selesai berbincang dengan kepala sekolah serta beberapa dosen dari Universitas yang menghadiri acara tersebut.

Namun, kala Arya hendak menghampiri teman-temannya ekor matanya menangkap Kristina yang sedang berbincang dengan Irenia, membuatnya berputar haluan menghampiri sang pacar.

“Oke-oke. Nanti kita ngobrol, ya, Na. Gue ke sana dulu,” pamit Irenia pada Kristina, kemudian menatap Arya. “By the way, selamat, ya, Ar. Lo berhasil jadi lulusan terbaik di jurusan Bahasa.”

“Makasih,” balas Arya.

“Gue duluan, ya, Ar, Na. Bye.”

Bye.”

Arya tersenyum ketika melihat Kristina melambaikan tangan pada Irenia. Ekspresi ceria Kristina seolah membuatnya tampak imut yang memberikan efek candu bagi Arya.

“Buat Kak Arya,” kata Kristina seraya menyerahkan buket bunga pada pacarnya. “Selamat, ya, akhirnya Kak Arya berhasil jadi lulusan terbaik sekaligus jadi pacar terbaik buat aku.”

Arya tersenyum, tangannya kemudian mengelus kepala Kristina. “Makasih, ya, Na.”

“Makasih doang, nih? Nggak ada tambahannya?”

“Tambahan? Apa?”

“Itu....” Kristina menggerakkan dua telunjuk untuk saling bersentuhan. Namun, Arya yang sama sekali tidak paham hanya mengerjapkan mata seraya bertanya tanpa suara. “Ini loh.”

Pemuda itu baru paham ketika Kristina menempelkan telunjuk pada pipi disertai bibir mecucu. “Enggak. Gue nggak mau,” tolak Arya.

“Kenapa?” Kristina memancing.

“Nggak apa-apa.”

Kristina mendengkus. “Ya udah kalau nggak mau yang lain, deh. Gimana kalau satu pelukan. Lihat tuh Kak Erlan sama Gempita,” tambahnya.

Otomotis netra Arya langsung beralih ke Erlan dan Gempita yang sedang berpelukan. “Enggak, Na.”

“Satu doang.”

“Enggak.”

“Ish.”

“Oke. Satu doang.” Arya memutuskan karena Kristina cemberut. “Tapi kamu harus ikutin cara aku, ya,” katanya, langsung diiyakan Kristina.

Arya melebarkan telapak tangannya menghadap Kristina sembari memberi aba-aba agar gadis itu juga melakukan hal serupa. Dia kemudian menempelkan telapak tangannya pada telapak tangan Kristina, sementara Kristina terus berkedip bingung.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang