“Udah sampai, deh.”
Tepat ketika kalimat itu terucap, mobil yang ditumpangi oleh Akbar dan Kristina berhenti di depan gerbang SMA Singgasana. Akbar segera melepas self belt-nya lalu melirik gadis yang termangu di sampingnya.
“Kamu kenapa, Sayang?”
Kristina tampak sedang memikirkan sesuatu. Sementara itu, Akbar segera mendaratkan telapak tangannya ke puncak kepala Kristina ketika tahu apa yang gadis itu pikirkan. Kristina berulang kali mencoba untuk menjalani hari-hari seperti biasa, tetapi itu tidak bisa dilakukan karena kondisinya telah berbeda.
“Pa,” panggilnya setelah cukup lama bergeming. Akbar berdeham sehingga Kristina menatap penuh harap. “Boleh nggak kalau Tina sekolahnya besok aja?”
“Kenapa?” Akbar balik bertanya bukannya menjawab. “Tadi kan kamu udah setuju kalau masuk sekolah hari ini. Kok tiba-tiba jadi berubah pengin masuk besok? Ada apa, Sayang?”
Kristina menggeleng.
“Kalau nggak ada apa-apa, nggak mungkin kamu nggak mau masuk sekolah.”
Menarik napas panjang, Kristina kemudian mengarahkan atensi ke luar jendela yang terbuka. Ekor matanya menangkap beberapa murid lalu-lalang melintasi gerbang sekolah karena bel masuk masih lama berbunyi.
Kristina menunduk takut, wajahnya tidak lagi mengarah ke luar sana. Rasanya, gadis itu ingin mengurung diri di kamar dan membenamkan wajah pada bantal ketimbang muncul di hadapan mereka.
Pikiran Kristina berkelana entah ke mana, merasa tidak sanggup muncul di hadapan mereka dengan kondisi lumpuh seperti ini. Bagaimana jika semua orang mencemoohnya?
Apakah Kristina bisa melawan ejekan-ejekan itu? Apakah ada yang membelanya jika hal itu terjadi? Apakah—ah, tidak mungkin! Arya tidak mungkin membelanya karena pemuda itu jelas tidak mempedulikan dirinya. Kalaupun Arya membela, Kristina yakin kalau pembelaan itu adalah rasa kasihan, bukan peduli.
“Jadi, Papa nggak bolehin Tina masuk sekolah besok, ya?” tanya Kristina. Manik matanya menatap Akbar begitu dalam sehingga lelaki itu cukup mengerti maksud ucapannya.
Lelaki itu tersenyum. “Siapa bilang? Papa ngizinin kok,” balasnya, membuat senyum tercetak di bibir Kristina. Sayangnya, senyuman Kristina mendadak sirna begitu Akbar melanjutkan kalimatnya, “Tapi, kalau masuk sekolahnya ditunda-tunda, kamu bakalan ketinggalan banyak pelajaran dong. Terus, nanti kamu kewalahan ngejar pelajaran yang tertinggal.”
Kristina bergeming. Benar. Apa yang Akbar katakan memang tidak salah. Lagi pula, ini bukan kali pertama Kristina meminta izin untuk menunda masuk sekolah karena gadis itu sempat istirahat selama dua hari setelah pulang dari rumah sakit. Kristina lantas menatap Akbar seraya menggigit bibir bawahnya bingung mau merespons apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KRISTINA [END]
RomancePlease vote this story if you enjoy❤️ Start : Senin, 01 Maret 2021 Republish: Senin, 04 Desember 2023 Finish : Minggu, 03 Maret 2024 Highest rating ever #1 kristina - 10 Maret 2021 #3 linda - 11 Maret 2021 #2 linda - 07 April 2021 #2 reksa - 16 Apr...