CHAPTER 15

27 16 41
                                    

“Assalamualaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum... permisi!”

Itu adalah salam ketiga yang telah keluar dari mulut Kristina. Namun, pemilik rumah belum keluar sehingga Kristina menarik kesimpulan bangunan itu sepi penghuni.

“Kayaknya rumah ini nggak ada siapa-siapa, deh,” racaunya sembari menatap parsel apel yang dibawa. “Huh! Rencana ketemu Kak Arya gagal, deh.”

Mendengkus seraya mengentakkan salah satu kaki pada tanah beberapa kali sebagai pelampiasan atas gagalnya acara berjumpa Arya. Saking fokusnya mengentakkan kaki, dia tidak sadar kalau di belakangnya ada perempuan yang berhasil membuat Kristina tersentak dengan satu kali tepukan di bahu.

“Mbak nyari siapa?” tanya perempuan itu, kepala Kristina berputar. “Tina—ternyata kamu, toh. Tante pikir siapa,” lanjutnya disertai senyum semringah setelah menyadari bahwa orang yang dipanggil 'Mbak' adalah Kristina.

“Eh, Tante Marsya,” balas Kristina, mencoba mengatur napas yang tadinya tidak keruan karena sempat mengira sosok di belakangnya adalah penjahat. “Huh.... Tina pikir siapa tadi.”

“Tante ngagetin kamu, ya,” kata Marsya, netranya tidak berhenti menilik Kristina mengatur napas. “Maafin, Tante, ya. Pak Jono mana, sih, masa ada tamu nggak dibukain gerbang. Bi Inah juga. Ck.” Marsya ngedumel—menyalahkan Jono dan Inah—satpam dan asisten rumah tangganya karena tidak membuka gerbang.

Kristina tersenyum lebar, Marsya telah menyelamatkan dirinya yang sempat dilema tidak bertemu Arya seharian penuh. “Nggak apa-apa, kok, Tante,” balasnya. Tangan Marsya mendarat di pundaknya. “Lagian Tina juga belum lama, kok.”

Marsya tersenyum, lantas mengalihkan atensi ke halaman rumah melalui sela-sela gerbang. “Pak Jono! Pak Jono!” Teriakan nyaring itu berhasil membuat lelaki kurus berseragam khas petugas keamanan keluar dari persembunyiannya.

“Iya, Buk.”

“Ke mana aja, sih, Pak? Masa ada tamu gerbangnya nggak dibuka.”

Ngapunten, Buk,” balas Jono. “Tadi saya ke belakang sebentar. Dados mboten semerep wonten tiyang.” Jono membuka gerbang lebar-lebar dan mengarahkan atensi ke Kristina. “Ngapunten, Mbak.”

“Iya. Nggak apa-apa, kok, Pak,” balas Kristina.

“Oke,” balas Marsya, lalu perempuan itu mengacungkan telunjuk lurus dengan hidung dan menggerakkannya sebagai peringatan. “But don't do that again! Okay?”

Mendapati sang majikan melontarkan bahasa inggris, tampang Jono mendadak hewah-heweh lantaran tidak tahu apa maksud ucapan itu. Alhasil, Jono menjawab sebisanya, “Inggih, Buk. Mangga...,” lanjutnya, mempersilakan sang majikan masuk.

Atensi Marsya kontan mengarah ke Kristina setelah merespons ucapan Jono dengan anggukkan singkat. “Tina, ayo masuk,” katanya, Kristina berdeham. “Arya ada di dalam, kamu mau ketemu Arya, kan?” Marsya menebak-nebak.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang