CHAPTER 31

16 4 9
                                    

Nasihat Akbar berhasil membuka pikiran Kristina sehingga dia memutuskan untuk keluar dan menemui Arya yang terlelap di kursi teras rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nasihat Akbar berhasil membuka pikiran Kristina sehingga dia memutuskan untuk keluar dan menemui Arya yang terlelap di kursi teras rumahnya. Gadis itu lantas menggunakan kedua tangan untuk menggerakkan kursi rodanya sehingga posisinya menjadi selaras dengan kursi yang Arya duduki.

Kristina menarik napas panjang, membuat Arya seketika terjaga dari tidur singkatnya. “Kak Arya kenapa masih di sini?” tanyanya. “Ini udah malam, papa sama mama Kak Arya pasti khawatir di rumah.”

Arya mengucek kedua netranya seraya bangkit dari tempat duduknya, lalu mengambil posisi berhadapan dengan Kristina. Pemuda itu meraih telapak tangan Kristina tiba-tiba.

“Na, gue nggak tahu udah keberapa kalinya gue ngomong ini ke lo. Tapi intinya, gue minta maaf. Oke, iya, lo bener. Kata maaf emang nggak bisa balikin semuanya—”

Kristina tiba-tiba mendaratkan telunjuknya di bibir Arya, dia menggeleng pelan sebagai isyarat Arya dilarang berbicara. Tidak lama, Kristina menggerakkan kursi rodanya sehingga menghadirkan jarak di antara mereka.

Kristina menarik napas panjang, tatapannya mengarah ke langit. “Aku pikir, dengan cara aku ngediemin Kak Arya... aku bakalan ngerasa lebih baik,” ujarnya, lantas tersenyum miris. “Nyatanya, enggak. Semuanya sama aja.”

“Aku justru ngerasa nggak enak waktu ngediemin Kak Arya, nyalahin Kak Arya, bahkan aku juga ngerasa kesiksa pas bilang kalau Kak Arya yang udah bikin aku lumpuh.” Kristina menoleh, menatap Arya sejenak. “Kak Arya tahu kenapa?”

Pemuda itu hanya menggeleng. Kemudian, dia tersenyum singkat karena Kristina tidak lagi menggunakan aksen lo-gue kala berbicara, yang artinya kemarahan gadis itu sudah mereda. Mungkin.

“Dari awal, aku yang memulai. Aku yang datang ke hidup Kak Arya dan ngebuat Kak Arya terganggu. Aku terlalu kepedean kalau suatu saat Kak Arya bisa suka sama aku.” Kristina tersenyum. “Mungkin, apa yang aku alami sekarang adalah teguran.”

“Teguran?” tanya Arya, dia menghampiri Kristina dan melakukan hal sama, yakni mengarahkan pandangan ke langit. “Maksud lo?”

Kristina menoleh ke samping, memperhatikan tubuh tinggi Arya yang berdiri di dekatnya. “Ya, teguran karena aku udah bikin Kak Arya nggak nyaman, nggak tenang, nggak—tapi Kak Arya tenang aja... mulai sekarang aku nggak akan maksa Kak Arya buat suka sama aku.”

Untuk pertama kalinya Kristina dibuat terkejut oleh Arya yang tiba-tiba membungkuk di depannya dan memegang kedua bahunya, secara otomatis membuat keduanya beradu tatap cukup lama.

“Yang udah lewat nggak perlu dibahas lagi.” Arya memberi saran. “Yang terpenting sekarang, gue pengin ngelihat Kristina yang dulu. Gue pengin ngelihat Kristina yang ceria.”

Mendengarnya, Kristina tersenyum miris.

“Aku nggak yakin kalau Kristina ceria bisa kembali setelah apa yang terjadi sama dia. Aku nggak yakin kalau Kristina masih bisa ceria menghadapi kondisinya yang sekarang,” ujarnya.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang