CHAPTER 3

67 32 82
                                    

“Lo lagi nyari siapa, Na?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lo lagi nyari siapa, Na?”

Pertanyaan dari gadis berambut sebahu yang baru saja masuk ke ruang jurnalistik, membuat Kristina terperanjat. Kristina tidak langsung menjawab si penanya, dia masih fokus pada tujuan utama berada di sini, yakni mencari sosok bernama Arya Syahrizal Haqiqi.

Dia mendapat informasi lengkap dari Mbak Sari bahwasanya pemuda bernama Arya adalah anggota jurnalistik. Bodohnya, dia lupa menanyakan Arya kelas berapa.

“Luv, gue mau nanya dong,” kata Kristina pada siswi kebanggaan SMA Singgasana karena berhasil menciptakan puluhan novel di usia yang masih terbilang sangat muda, Luvita.

“Nanya apa?”

“Di ekskul jurnalistik ada yang namanya Arya Syahrizal Haqiqi nggak?”

“Itu siapa? Gue nggak pernah denger,” balas Luvita, keningnya mengernyit. “Tapi, bentar-bentar. Tadi, lo bilang siapa? Namanya Arya, kan?”

Kristina mengangguk antusias.

“Di sini ada, sih, yang namanya Arya, tapi gue nggak tahu pasti siapa nama panjangnya.” Luvita meneliti ruangan yang hanya menyisakan beberapa orang. “Tapi kayaknya Kak Arya-nya udah keluar, deh. Coba lo cek ke kelasnya, siapa tahu Kak Arya ada di sana.”

By the way, dia kelas berapa?” tanya Kristina.

“XII Bahasa 2.”

“Kalau gitu gue pergi dulu, ya, Luv. Biasa, mau nemuin masa depan gue!” Kristina berkata dengan antusiasme tinggi. Dia meninggalkan Luvita lalu kembali menatap gadis itu karena melupakan sesuatu. Gadis jurusan IPS itu berteriak kencang hingga mengundang perhatian siswa-siswi lain, “LUVITA! MAKASIH INFONYA!”

Kristina benar-benar seperti mendapat durian runtuh saat mendapat informasi lain mengenai Arya. Meskipun informasi dari Luvita masih belum jelas apakah Arya yang Luvita maksud dan yang dicarinya adalah orang yang sama, tetapi ada kemungkinan kalau Arya adalah siswa kelas XII Bahasa 2.

Sayangnya, perjalanan Kristina menuju kelas XII Bahasa 2 tidak semulus suasana hatinya karena kini ada yang menahan pergelangan tangannya dari belakang. Aksi yang dilakukan oleh si penahan membuatnya berdecak sambil menoleh untuk mengetahui siapa pelakunya.

Menepis kasar tangan Reksa agar melepaskan cekalannya detik ini juga.
“Lepasin!” seru Kristina karena Reksa masih belum melepas cekalan di tangannya. Reksa justru semakin memperkuat alih-alih melepaskan. “Lepasin!”

“Tina, please kasih gue waktu buat ngomong.”

“Reksa, lepas!” Sama sekali tidak peduli dengan apa yang Reksa katakan, gadis itu terus menarik lengannya secara paksa sehingga Reksa pasrah melepas cekalannya karena tidak ingin membuat gadis di hadapannya terluka.

Reksa kembali menahan pergelangan tangan Kristina karena gadis itu mengabaikan alih-alih menanggapi. “Na, jangan pergi dulu! Gue mau ngomong,” kata Reksa, membuat Kristina kembali menatap wajah yang tampak tengik di matanya.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang