CHAPTER 11

26 17 37
                                    

“Lo ngapain di sini?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lo ngapain di sini?”

Kristina tersenyum. Netranya mengarah pada Arya yang tidak berminat membalas tatapannya. Kemudian, gadis itu menguatkan pegangan pada balkon dan menatap langit yang membuat Arya tidak ingin berpaling.

“Kak,” panggil Kristina, tetapi tidak digubris oleh Arya yang berdiri di samping kanan. “Kak Arya ngapain, sih, ngelihatin langit terus dari tadi? Padahal, langit nggak pernah tuh ngelihatin Kak Arya balik. Seharusnya, mata Kak Arya itu digunain buat ngelihatin aku.”

“Kenapa gue harus ngelihatin lo?” tanya Arya, tanpa memalingkan wajah.

“Ya, kan aku ngelihatin Kak Arya terus dari tadi. Seharusnya, Kak Arya ngelihat aku balik dong.” Secara tiba-tiba, Kristina memiringkan kepala agar lebih leluasa melihat wajah Arya. Namun, siapa sangka kalau Arya tersentak karena aksinya itu. “Langit yang nggak pernah ngelihatin Kak Arya aja Kakak lihatin. Masa aku yang udah ngelihat Kak Arya nggak dilihatin juga, sih. Nggak adil tahu, nggak?”

Kristina mengeluh, juga mengentakkan kaki layaknya bocah minta dibelikan mainan oleh ibunya. Sedetik kemudian, Arya melirik gadis itu sekilas, lalu memalingkan wajah ke kanan.

“Emang, siapa yang nyuruh lo ngelihatin gue? Gue nggak nyuruh lo,” katanya dengan gelengan kepala, refleks.

“Nggak ada sih, tapi kan—ah, Kak Arya mah gitu.” Kristina manyun, sebal dengan kata-kata Arya yang apabila dipikir ada benarnya. “Kak Arya mau ke mana? Kak. Ih, jangan tinggalin aku dong! Kak Arya!”

Arya meninggalkan tempat secara tiba-tiba sehingga Kristina ngedumel sendiri. Dia berusaha menyamai langkah Arya, menuruni tangga menuju lantai tiga.

“Kak! Ih, jalannya jangan cepet-cepet dong!” dengkusnya karena kewalahan menyamai langkah Arya.

“Oh iya, setelah ini Kak Arya mau ngajak aku ke mana? Kak Arya mau ngajak aku makan di kantin, ya? Emangnya, aku mau? Aku mau, sih, asalkan Kak Arya mau nyuapin aku kayak adegan di drakor gitu. Eeeummmm....”

Dih, siapa juga yang mau ngajak lo ke kantin? Hati Arya mencibir. Jadi, cewek kok kepedean banget, sih.

“Coba, deh, Kak Arya bayangin kita lagi makan di kantin, ber-du-a. Kak Arya nyuapin aku, terus aku nyuapin balik. Haduuhhh... pasti satu sekolah bakalan geger dan ngelantik kita sebagai pasangan romantis setelah Genta sama Safana.” Gadis itu bermonolog, membayangkan ucapannya. “Aaaaaa... aku jadi nggak sa—aduh!”

Kalimat Kristina berubah menjadi rintihan karena kepalanya terbentur punggung Arya. Hal itu terjadi karena Arya menghentikan langkah mendadak.

“Tuh, kan, nabrak! Kak Arya, sih, nggak ngasih kode dulu kalau mau berhenti!”

Arya menoleh, meskipun posisinya berada di anak tangga lebih rendah dari Kristina, tetapi tubuh Kristina yang mungil membuatnya harus menunduk saat menatap. “Berisik banget, sih, lo! Bisa diem, nggak?”

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang