CHAPTER 41

9 2 3
                                    

“Apa yang mau lo omongin?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Apa yang mau lo omongin?”

Kristina terkekeh begitu mendengar pertanyaan Amara yang merujuk langsung pada inti pertemuannya, padahal Amara baru tiba di tempat janjian bersama Kristina. Amara sempat bingung mengapa Kristina tiba-tiba ingin bertemu dengannya. Namun, Amara bisa menilai bahwa pertemuan ini sangatlah penting bagi Kristina.

“Mau pesan makan dulu?” Kristina menawarkan, tetapi langsung dibalas gelengan oleh Amara. “Minum?”

“Sori, gue nggak punya waktu banyak, Na. Bentar lagi gue ada pemotretan. Gue setuju kita ketemuan di sini karena lokasinya nggak jauh dari tempat gue.” Amara menjelaskan. “Jadi, langsung ke intinya aja. Apa yang lo mau?”

Ah, Kristina lupa kalau Amara adalah model profesional yang sangat sibuk.

“Oke. Sebelumnya, gue minta maaf karena udah ganggu waktu lo, Kak,” ucap Kristina tulus. “Lo masih suka sama Kak Arya?”

Mendengar pertanyaan itu membuat Amara terdiam sejenak, dia terkejut. Sebenarnya apa yang akan Kristina utarakan padanya kali ini? “Mau gue suka sama Arya atau enggak tetep lo yang jadi pemenangnya, Na,” balas Amara. “Why?”

“Cuma nanya.”

“Jadi, lo pengin ketemu gue cuma mau nanya itu?” tanya Amara.

“Salah satunya itu.” Kristina tersenyum sekilas. “Gue seneng kalau lo suka sama Kak Arya—”

Kristina menggantung kalimatnya, membuat Amara meragukan kewarasan gadis itu. Perempuan mana yang rela ketika kekasihnya disukai orang lain? Mungkin cuma Kristina.

“Jadi, gue bisa lega kalau emang gue harus pergi dari hidup Kak Arya.” Kristina menarik napas panjang. “Dokter ngevonis gue nggak bisa bertahan kalau nggak segera operasi.”

Amara syok mendengar penjelasan Kristina. “Arya tahu soal ini?” tanyanya.

“Ck. Kalau Kak Arya tahu ngapain gue cerita ke lo, Kak,” ujar Kristina. “Untuk saat ini yang tahu cuma lo sama bokap gue doang. Gue nggak mau cerita ke yang lain, apalagi ke Kak Arya. Gue nggak mau buat Kak Arya kepikiran.”

Amara mengangguk beberapa kali, paham. “Terus gue? Kenapa lo cerita ke gue? Lo nggak takut gue bakal bocorin ini ke Arya? Lo tahu kan kalau gue sama Arya sahabatan?”

Kristina mengangguk. “Karena lo sahabat Kak Arya makanya gue cerita. Gue yakin, lo juga nggak bakal bocorin ke Kak Arya soal ini. You know selain gue yang nggak mau Kak Arya kepikiran, lo juga sama. Kita itu sama-sama nggak pengin nambah beban pikiran orang yang kita suka.”

Amara terkekeh menanggapi ucapan Kristina barusan. Meskipun keduanya punya kesamaan dalam hal itu, tetapi Arya menempatkan keduanya dalam ruang yang berbeda. Kristina sebagai pacar, sedangkan Amara hanya sebatas sahabat. Tidak lebih.

“Jadi sekarang mau lo apa?” tanya Amara.

Kristina menghela berat. Rupanya Amara bukan tipikal orang yang suka basa-basi karena sedari tadi obrolan mereka terkesan sangat formal dan merujuk pada inti.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang