CHAPTER 25

27 9 20
                                    

“Nggak punya Ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nggak punya Ibu... nggak punya Ibu... nggak punya Ibu....!”

Gadis mungil berseragam merah-putih menangis ketika beberapa bocah lelaki menyorak diiringi tepukan berirama. Mulut gadis itu melebar sehingga gigi ompongnya tampak jelas. Jika dinilai dari ejekannya, Si Gadis belum pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu.

“Hei!”

Lelaki berusia delapan tahunan menghampiri gadis yang menangis. Rambut lelaki itu tampak seperti mangkuk dibalik, pipi tembam yang sepaket dengan tubuh gempal seolah membuatnya kesulitan menghampiri Si Gadis. Namun, itu tidak membuat Si Gempal menyerah untuk terus berlari.

“Kamu nggak apa-apa?” Si Gempal bertanya kepada gadis yang masih menutup wajah dengan telapak tangan. Kemudian, dia melirik beberapa bocah lelaki yang saling berbisik. “Kalian ngapain dia?” tanya Si Gempal.

“Enggak. Kita nggak ngapa-ngapain dia.” Salah satu dari mereka menyahut. “Ya, kan? Dianya aja yang cengeng. Nggak diapa-apain udah nangis.”

“Kita pergi aja, yuk!” Bocah rambut kribo mengajak dua temannya. “Daripada kita dituduh ngapa-ngapain dia.”

“Ayok!”

Bocah yang mengejek Si Gadis telah enyah dari sana, tetapi tangis gadis itu belum berhenti sehingga Si Gempal mendekat dan mengelus puncak kepalanya untuk menenangkan.

“Udah. Jangan nangis lagi. Mereka udah pergi, kok,” katanya.

“....”

“Kita duduk di sana, yuk!” ajak Si Gempal seraya menunjuk dua anak tangga di tiang bendera. Sementara itu, Si Gadis hanya mengangguk tanpa menjawab sehingga Si Gempal menarik pelan lengannya.

“Udah. Jangan nangis lagi,” ujar Si Gempal seraya menghapus jejak air mata di pipi Si Gadis. “Sekarang, kamu cerita sama aku... tadi kamu diapain sama mereka?”

Si Gadis tidak menjawab.

“Mainan kamu diambil sama mereka? Mereka malakin kamu? Kalau enggak... terus apa, dong?”

“....”

“Kamu cerita aja ke aku... nggak apa-apa. Aku nggak bakalan bilang siapa-siapa, kok. Kamu nggak percaya sama aku?” tanya Si Gempal. Kemudian, dia mengulurkan kelingkingnya. “Janji, deh, aku nggak bakalan bilang siapa-siapa.”

Si Gadis menerima kelingking bocah gempal di hadapannya, dia lantas tersenyum dan mulai bercerita setelah menghapus jejak air mata di pipi. “Mereka ngejek aku karena aku nggak punya mama,” adunya.

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang