Bulan-32. Kabar menggemparKan dari Sang ketua Geng

86 11 27
                                    

Don't be sider
Happy Reading

*****

"Dok! Dokter! tolong! anak saya dok!" teriak wanita paruh bayah sambil menangis melihat wajah sang anak yang baru saja menghembuskan nafas terakhir setelah memberikan sepucuk surat untuk seseorang.

Nampak Dokter yang di panggil dengan buru-buru membuka pintu dan langsung memeriksa kembali keadaan anak itu.

Dokter tiba-tiba merubah raut wajahnya menjadi sedih, "Maaf Nyonya, tapi nyawa Anak Anda tidak bisa terselamatkan. ini akibat kanker ginjal yang belum sepenuhnya sembuh bertabrakan dengan kanker otak yang Ia biarkan, kankernya sudah menyebar keseluruh tubuh,"

"GAK! ANAK SAYA MASIH HIDUP! ANDA PASTI BOHONG! NAK BANGUN BILANG KE MEREKA KALAU KAMU MASIH HIDUP!"

guncangan demi guncangan mendarat di tubuh anak itu, namun tak mendapatkan hasil yang di harapkan. dokter tadi berlalu pergi memberikan ruang kepada suami istri dan anak itu.

nampak pria paruh baya mendekat dan menarik istrinya, "sudah Bun, Anak kita udah tenang. dia pasti gak suka liat kamu nangis gini,"

"Gak Yah! anak kita masih hidup anak kita masih hidup kan? aku gak mau kehilangan dia... dia anak satu-satunya yang paling aku sayang..BERI TAHU AKU KALAU DIA MASIH HIDUP MAS!"

racau wanita itu sambil menggeleng dan memukul dada suaminya, tak banyak yang di lakukan sang suami dengan air mata pula yang sudah mengalir. Ia hanya memeluk dan menyalurkan kekuatan kepada istrinya.

"sudah Sayang, kita balik indo sekarang persiapkan semuanya. kamu tenang biar dia gak sedih, Yah?"

wanita itu terus menggeleng namun tetap menurut dengan di bawah sang suami mengurus kepulangan mereka.

****

ini sudah seminggu setelah Langit pergi tanpa kabar, mereka semua berkumpul di rumah Bulan bahkan Salsa sekalipun dan juga Khansa.

"kita nyari nomer yang bisa di hubungin kemana lagi? siasia terus kita nyari info tentang kepergian Langit," tutur Eva cemas sembari menggigit kukunya khawatir.

"tenang Va, lo duduk dulu kita bicarain dan pikirin dengan kepala dingin,"

belum sempat Eva membuka suara. suara ponsel Daniel bergetar, terlihat nomer itu adalah nomer telfon rumah Langit.

"siapa Nil?"

"keknya orang rumah Langit yang nelfon, gue angkat bentar."

"hallo?"

"Ha-llo Den, ini b-enar dengan Den Da-niel?"

"iya saya sendiri, kenapa yah Bi? tumben nelfon? apa ada info tentang Langit?"

"Ng-anu Den, I-ya ada. A-den sama teman-teman Ad-en disuruh Nyonya kesini,"

"Bi? bibi baik baik aja kan? koo bicaranya gagap gitu? yaudah saya sama mereka segera kesana,"

tut tut tut

Langit, Bulan & Bintang [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang