Bulan-28. Keputusan Langit?

76 13 9
                                    

Don't be sider
Happy Reading

***

"Ngapain natap gue gitu?" cerca Bulan kala meilhat tatapan Cla dan Eva secara bersamaan. Bagaimana tidak? Tatapan mereka berdua seolah akan membakar siapa saja yang menatap balik. Detik berikutnya Eva menampol kepala Bulan.

"Bego lu anjing, lama banget lo sadar. gak tau apa? Gue sama mereka lumutan disini, Langit aja tampangnya mau nyelir kalau lo gak sadar," cerca Eva, bisa di lihat matanya kini berkaca kaca kemudian dia memeluk Bulan.

"Dih," delik Langit saat mendengar namanya di bawa bawa.

"Lu tuh keras kepala tau gak?! Kalo udah kek gini juga gue yang khawatir bangsat." maki Eva lagi, kini beralih pada Clarissa.

"Bangsat Bulan. Kenapa lo sampe bisa kecelakaan gini hah?" maki Clarissa sambil menampol bahu Bulan kemudian memeluknya erat,

"Sakit anjing. Lo berdua ngajak gelud apa gimana?" Ia mengusap Bahu dan kepalanya, "rem gue blong,"

"Blong?" tanya Daniel memastikan dan mendapat anggukan dari Bulan.

Bintang menggaruk kepalanya, "bisa lo ceritain inti kenapa lo kayak gini?"

Bulan mengangguk kemudian mulai mencerikan kejadian itu secara singkat, mereka semua mengerutkan dahi bingung.

"Bentar. Tadi lo bilang sempat nepi sebelum mobil lo mogok itu artinya remnya masih berfungsi," tutur Lio dengan raut bingung menatap mereka.

Gavin mengangguk, "lu di keroyok kan? Tiga orang yang ngeroyok terus pas lo kabur ada tambahan satu orang. Kan?"

Mengangguk lagi hal yang di lakukan Bulan, kemudian Daniel menjentikan jarinya, "berarti semasa lo berantem dia udah sabotase mobil lu,"

"Astaga. Ck, itu urusan nanti deh, btw kapan gue balik? Gue bosan disini,"

"Gue panggil dokter dulu," tutur Langit kemudian berlalu.

Eva teringat sesuatu, "ohiya Lan, gue sama mereka ke sekolah sebentar yah? Waktunya udah mepet banget. Lo nanti di temenin Langit, ok bye."

"Sorry gue belum bisa nemenin, nanti pulang gue langsung kesini," ujar Bintang sebelum mereka benar benar pergi

Bulan mengangguk kemudian menatap mereka yang sudah berlalu keluar.

Bulan menatap langit langit ruanganya. Pikiran dan perasaannya berkecamuk memikir kan hal yang sama. Perasaanya sebenarnya pada siapa?

"Langit pacar gue, tapi perasaan gue gak sepenuhnya sayang dan cinta sama dia. Hati gue dari awal terbagi, gue nyaman sama Langit dan gue baru nyadar kalo perasaan cinta gue itu sama Bintang."

Langit mendengar semuanya, Ia tau tentang perasaan Bulan, Ia tersenyum kemudian memilih masuk.

"Makan dulu," ucapnya dengan mangkuk berisi bubur.

Bulan menjulurkan tangannya berniat mengambil mangkuk itu namun tak mendapat respon dari Langit.

"Siniin mangkuknya, biar gue makan,"

Langit, Bulan & Bintang [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang