Daddy

2.1K 336 51
                                    

Jimin membuka kedua matanya perlahan, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang ada dalam kamar tersebut. Pandangan mata Jimin kemudian tertuju ke arah bocah kecil yang duduk bersila di atas ranjang yang sama, tepat di sampingnya sambil memainkan ponselnya.

Sesekali bocah yang ia tau bernama Jiseul itu mengerutkan dahi, membulatkan matanya lucu hingga tak jarang menampakkan wajah kesalnya membuat Jimin tersenyum. Astaga, benar kata Jongin. Bocah ini sangat mirip dengannya dari segala sudut pandang. Garis wajah Jiseul adalah gen dari seorang Park Jimin secara keseluruhan.

Tiba-tiba saja Jiseul mengalihkan perhatian karena merasa di perhatikan, "Paman sudah bangun. Jiseul panggil mama dulu ya." ucap Jiseul hendak turun dari ranjang jika saja Jimin tak menahannya.

"Jangan."

"Tapi mama berpesan kalau paman bangun, Jiseul harus memberitahu mama."

"Kalau begitu tunggulah sebentar saja."

Jimin beranjak bangun, memposisikan dirinya duduk di atas ranjang berhadapan dengan Jiseul.

"Bolehkah paman bertanya sesuatu?"

"Tanya apa?" Jiseul melepas ponsel di tangannya dan fokus menatap Jimin.

"Di mana ayahmu?"

Jiseul terdiam seribu bahasa. Pertanyaan Jimin sangat gampang namun sulit untuk di jawab oleh Jiseul yang hingga detik ini tak mengetahui dimana keberadaan ayahnya, bahkan untuk melihat seperti apa wajah ayahnya pun ia tak tau.

"Ayahku?" ulang Jiseul berpikir, "Jiseul tidak tau dan Jiseul tidak mau tau."

"Mengapa? Bukankah setiap anak menginginkan untuk bertemu ayah mereka?"

Jiseul menggeleng, "Tidak, Paman. Mama saja sudah cukup untuk Jiseul karena bersama Mama, Jiseul bahagia dan Jiseul tidak mau melihat mama bersedih setiap Jiseul bertanya tentang ayah."

Deg..

Jimin terdiam, merasa tertampar oleh pernyataan Jiseul barusan. Secara tidak langsung bocah kecil itu mengatakan bahwa dia tidak membutuhkan ayahnya masih ada atau tidak di dunia ini. Sungguh fakta yang berhasil membuat hati Jimin tersayat. Tidak ada hal apapun yang dapat menyakitinya sampai hari ini datang.

"Kalau begitu-" ucapan Jimin terpotong tatkala kedua matanya tak sengaja menangkap sesuatu melingkari pergelangan tangan Jiseul. Sebuah gelang yang tak asing, Jimin merasa pernah melihatnya.

Jimin meraih tangan Jiseul. Berusaha mengingat kembali di mana dia melihat benda itu hingga pada akhirnya ia berhasil menemukan ingatan tersebut. Tidak salah lagi. Itu adalah gelang yang sama dengan yang di temukan di gudang senjatanya.

"Ini milikmu, nak?"

"Iya, paman. Ini adalah gelang couple."

"Gelang couple dengan siapa?" ulang Jimin.

Jiseul mengangguk, ia yang hendak membuka mulut untuk menjawab teralihkan karena suara pintu yang di buka dari luar.

Clekkk

Pintu kamar terbuka. Seulgi muncul dari balik pintu dengan baju santai lalu melangkah menghampiri ranjang di mana Jimin berada bersama Jiseul.

"Mama, paman sudah sadar." Jiseul memberitahu.

Seulgi mengangguk membalas perkataan Jiseul, "Iya, sayang. Mama melihatnya. Jiseul bisa keluar sebentar tidak! Mama mau bicara dengan paman ini berdua saja."

"Iya, mama." patuh Jiseul menuruni ranjang lalu berlari keluar dan menutup pintunya.

Sepeninggalnya Jiseul. Seulgi beralih memandang Jimin yang belum melepas pandangannya dari arah pintu. Jimin tersenyum penuh arti.

Pretty Little LiarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang