Urgent

1.4K 241 34
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan ya guys
Yang masih bocil mundur dikit sayang, mainnya kejauhan. Skip bagian ini ya manis..

Dor..

Dor..

Dua tembakan berturut-turut mengenai sasaran dengan tepat. Pistol retro yang di gunakan terlihat mengeluarkan gempulan asap ketika dua orang penjaga jatuh di bawah kaki sang tuan muda yang nampak tak puas dari wajahnya.

Hal tersebut membuat para pengawal yang tersisa atau bisa di bilang selamat dari amukan sang tuan muda tenang. Mereka tau akibat kelalaian dengan membiarkan tahanan berharga tuan muda mereka kabur sudah merupakan bencana besar.

"Tidak berguna." desis Vincent dengan sorot mata tajam, "Buang mereka!" titahnya berbalik pergi lalu melenggang masuk ke dalam mobil.

"Tuan, aku sudah menemukan lokasi terakhir nona Irene." Seru asisten pribadi Vincent memberitahu. Macbook hitam tak pernah lepas dari tangannya.

"Kita ke sana sekarang."

----

Misi telah selesai. Kini kelima member Balckvelvet berkumpul di markas untuk merayakan kesuksesan mereka tapi itu tak berlangsung lama karena Yerim meminta ijin untuk pergi dengan alasan mempunyai urusan penting yang kemudian di susul oleh Jisoo. Keduanya beralasan bahwa hal tersebut sangatlah penting dan tak bisa di tunda.

Kini markas Blackvelvet hanya tersisa Irene, Seulgi dan juga Wendy. Seulgi berdiri, hendak menuju kamar menyusul Jiseul yang di tinggal tidur tadi sebelum menjalankan misi bersama Blackvelvet tiba-tiba saja mendapatkan sebuah pesan dari nomor yang tak di kenal.

Aku di depan markas.
Apa Jiseul sudah tidur?

Seulgi tak perlu menebak siapa yang mengiriminya pesan seperti itu. Dengusan kesal keluar dari bibir Seulgi berhasil menarik perhatian Irene dan Wendy.

"Kau kenapa, Seul?" tanya Wendy

"Aku keluar sebentar." bukannya menjawab. Seulgi malah melenggang pergi begitu saja.

Sesampainya di luar. Tebakan Seulgi tak meleset sedikitpun, ia meluhat Jimin sudah berdiri di depan mobil sportnya di depan gerbang markas.

"Kenapa lagi kau ke sini?" desis Seulgi menghampiri Jimin. Ia melirik ke arah cctv terpasang dengan kesal karena ulah nekat Jimin sudah pasti akan menimbulkan masalah.

"Menagih janji," jawab Jimin memperhatikan Seulgi. Ia tersenyum kecil, berdiri tegap lalu melayangkan ciuman secepat kilat di bibir Seulgi, "Maaf, sayang. Aku memang sengaja melakukannya." bisiknya tepat di bibir Seulgi, memberitahu bahwa dia tak berkeinginan untuk menemui Seulgi secara diam-diam.

"Pergi dari sini!" usir Seulgi memandang nyalang ke arah Jimin.

Bukannya pergi. Jimin malah duduk bersandar di bagian depan mobilnya sembari melipat tangan di depan dada seolah menantang Seulgi.

"Ck! Kau benar-benar ya!"

"Kau lupa atau pura-pura lupa hm? Ku pikir kau tak lupa kalau aku tidak akan pergi sebelum mendapat apa yang ku mau."

Seulgi memutar bola mata malas, "Terserah kau saja." desis Seulgi hendak berbalik masuk ke dalam namun Jimin dengan cepat menariknya kembali lalu memeluk tubuh Seulgi dari belakang.

"Maaf." lirih Jimin hampir tak terdengar. Ia bukanlah pria yang akan dengan gampang meminta maaf pada siapapun sampai hari ini datang.

Seulgi terdiam di tempatnya. Ia tak membalas perkataan Jimin. Jika boleh jujur hatinya sangat sakit saat ini apalagi saat mengingat perkataan Jimin beberapa waktu lalu. Apapun yang di lakukan pria itu selalu berakhir menyakitinya. Apakah pantas untuk Seulgi memberinya maaf tanpa harus merasa ketakutan akan kembali merasakan sakit.

Pretty Little LiarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang