"Jisoo." panggil Namjoon menahan lengan Jisoo yang hendak masuk ke dalam gedung apartement milik perempuan itu.
"Apa." balas Jisoo galak.
Kekesalannya kepada Namjoon masih besar. Jisoo tak dapat memaafkan siapapun yang dengan berani menghalangi jalannya meski itu Namjoon sendiri.
"Kau marah padaku?" tanya Namjoon lembut.
"Memang aku siapa sampai punya hak untuk marah padamu."
"Kau punya hak, Jisoo untuk apapun yang berkaitan denganku sama halnya dengan larangan karena ketidaksukaanku atas apa yang kau lakukan tadi."
Namjoon menarik Jisoo mendekat padanya, "Maaf, mungkin sikapku membuatmu kesal tapi aku tidak bermaksud mempermalukanmu. Aku hanya ingin melindungimu. Itu saja."
"Ck!" decak Jisoo. Tidak! Dia tak akan dengan mudah luluh pada perkataan Namjoon. Bagi Jisoo semua lelaki bahkan ayahnya pun sama saja.
Melihat ketidaksukaan pada raut rajah Jisoo membuat Namjoon menghela nafas berat sebisa mungkin bersabar menghadapi Jisoo yang jauh berbeda dengan banyak perempuan di luar sana. Salah satu alasan mengapa Namjoon menaruh hati sejak awal pertemuan.
"Terserah kau mau percaya atau tidak tapi tolong jangan bertindak gegabah seperti tadi karena aku akan sangat khawatir." Ucap Namjoon melepaskan tangan Jisoo lalu melangkah pergi.
Sepeninggalnya Namjoon. Jisoo menoleh, menatap mobil pak dosennya yang mulai menjauhinya. Jisoo menghela nafas, ia takut akan kalah pada perasaan yang paling ia takuti yaitu cinta.
----
Jungkook berjalan lebih dulu di ikuti Yerim di belakang. Keduanya melenggang memasuki mobil yang pintunya secara khusus di bukakan untuk mereka. Sepanjang perjalanan hanya keheningan lah yang menyelimuti kedua insan tersebut. Yerim yang sibuk melihat keluar dan Jungkook sibuk dengan macbooknya.
Yerim melepas pandangannya dari luar, menoleh sekilas memandang Jungkook. Dalam hati ia harusnya merasa senang karena usaha membuat pria itu kesal berhasil dan mungkin hanya tinggal selangkah lagi agar bisa pulang tapi entah mengapa hatinya menjadi tak tenang.
Kepala Yerim kembali menengok ke arah luar. Tepat saat itu juga Jungkook menoleh, bergantian memandang gadis di sampingnya dengan ekspresi yang sulit untuk di baca sebelum kembali hanyut dalam dunia bisnisnya.
Sesampainya di Mansion. Yerim keluar duluan bahkan ketika pintu belum di bukakan untuknya. Dengan angkuh Yerim melangkah memasuki ruang utama Mansion di susul Jungkook.
"Kau mau pulang kan? Aku akan menyuruh asistenku menyiapkannya." seru Jungkook tiba-tiba membuat Yerim memberhentikan langkah kakinya, berbalik menatap Jungkook. Sungguh Yerim sangat terkejut mendengar kabar ini. Yerim membuka mulut hendak membalasnya akan tetapi Jungkook malah berjalan pergi melewatinya.
Yerim menyentuh bagian dadanya di mana jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat. Ini harusnya menjadi kabar bahagia namun mengapa hatinya menimbulkan reaksi berbeda.
----
Seulgi menghela nafas panjang, membuangnya kasar. Hari ini ia adalah hari pertama ia bekerja. Seulgi memejamkan kedua matanya, ia harus memiliki pekerjaan normal jauh dari bahaya demi keselamatannya juga masa depan Jiseul akan tetapi untuk terjebak di perusahaan di mana Jimin memiliki pengaruh besar di dalamnya bukanlah kemauan Seulgi.
Tatapan mata tajam Seulgi tertuju pada Jimin yang duduk di ruang presdir. Dia membutuhkan pekerjaan ini. Ia sudah lelah berjalan ke sana kemari demi mencari perusahaan yang mau menerima dirinya yang kekurangan dokumen pendukung untuk mendapat pekerjaan dengan gaji layak. Hanya saja, Jimin adalah investor besar di perusahaan tempat ia bekerja dan sialnya dia baru mengetahuinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Little Liars
Fiksi PenggemarBlackpearl adalah sebutan untuk kelima gadis yang selama ini menjalani hidup sesuai aturan mereka. Berbohong, menipu dan mencuri menjadi keahlian. Kehidupan masa lalu yang kelam telah membentuk kelimanya hingga menjadi kumpulan wanita kuat.. Bae Ir...