Losing

1.9K 357 63
                                    

Sejak kecelakaan yang di alami oleh Yoongi. Pria itu hingga kini belum sadar setelah berhasil melewati masa kritis hingga membuat Wendy di liputi rasa bersalah karena dirinya lah yang menyebabkan Yoongi tertabrak mobil.

Sepanjang waktu, Wendy selalu menyempatkan diri mengunjungi pria yang tak kunjung membuka matanya. Yoongi seolah lebih nyaman tidur lama di bandingkan harus bangun. Wendy mengenal betul tabiat pria itu yang menyukai tidur dari pada harus bermain game atau menghabiskan waktu bersama teman-temannya di luar. Sebuah kebiasaan yang sering menjadi alasan perdebatan panjang keduanya karena Wendy sangat sudah mengajak Yoongi bermain di luar ketika pria itu sedang tidur.

"Dokter, apakah belum ada perubahan?" tanya Wendy pada dokter yang rutin memeriksa keadaan Yoongi.

"Hari ini masih sama dengan kemarin. Kita berdoa saja, Nona semoga pacar anda bisa segera sadar." jelas dokter tersenyum meski Wendy telah membantah berulang-ulang akan tetapi dia tetap saja di anggap sebagai pacar yang tengah menanti kekasihnya melewati masa kritis.

"Terima kasih, dokter tapi sekali lagi dia bukan pacar saya."

Sang dokter tidak membalas, ia hanya tersenyum menatap Wendy sebelum berpamitan keluar untuk melanjutkan tugasnya memeriksa pasien di ruangan lain.

Sepeninggalnya sang dokter. Wendy kembali duduk di samping Yoongi. Ia tak henti bahkan tidak mengenal lelah menjaga pria itu. Untuk kali pertama Wendy mengesampingkan egonya. Rasa marahnya sedikit memudar setidaknya untuk saat ini.

Drrttt

"Aku sedang di rumah sakit menjengguk temanku. Ada apa?"

"Benarkah? Aku belum mengeceknya. Terakhir aku memegang black seminggu yang lalu."  jelas Wendy. Black adalah sebutan untuk komputer khusus yang di gunakannya saat tengah dalam sebuah misi, "Nanti saja, Jisoo. Coba kau hubungi Seulgi, aku akan menyusul kalian nanti." tutup Wendy mengakhiri pembicaraan.

Wendy menyimpan ponselnya, mendudukkan diri di atas bangsal rumah sakit samping Yoongi. Tangannya terulur mengenggam erat tangan pria yang menempati ruang tersendiri di hatinya bahkan hingga kini perasaannya terhadap Yoongi tak pernah berubah meski berkali-kali Wendy menyangkali hatinya.

"Bangunlah, aku tidak mau kamu pergi, Kak." lirih Wendy terpejam.

Sementara itu di waktu yang sama namun di tempat berbeda, Seulgi mendatangi Sunny di panti asuhan. Ia tidak tau harus kemana lagi.

Sunny datang menghampiri Seulgi di ruangan kerja miliknya sembari membawakan segelas air hangat untuk wanita itu. Tubuh Seulgi bergetar, terlihat gelisah di setiap tarikan nafas. Sunny lah saksi apa yang telah di hadapi Seulgi selama ini. Seulgi telah berhasil melewati masa-masa sulitnya, dan menjadi seorang wanita tangguh yang membesarkan putranya sendiri akan tetapi malam ini Sunny merasa seperti melihat kembali Seulgi yang dia temukan beberapa tahun lalu sendirian dan nampak begitu hancur di jalanan.

"Dia sudah tau, Kak lalu aku harus apa?" racau Seulgi.

"Jiseul tidak akan meninggalkanmu, Seul. Kau tenang saja." ucap Sunny mencoba menenangkan Seulgi.

"Aku takut dia akan merebut Jiseul dariku."

"Tidak akan, dia tidak akan melakukan hal itu."

"Aku harus segera membawa Jiseul pergi. Mungkin saja dia mengikutiku."

"Seulgi tenangkanlah dirimu." pinta Sunny.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Sunny hendak beranjak untuk membukakan pintu namun Seulgi menahannya.

"Itu bisa saja dia, Kak."

"Kalau begitu biarkan aku mengeceknya. Kamu tunggulah di sini."

"Tapi, Kak."

Pretty Little LiarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang