Sorry

1.7K 214 56
                                    

Seulgi memandang putranya yang tengah terlelap di sebuah kamar luas yang di rancang seolah tempat itu telah di siapkan sejak lama untuk di tempati oleh Jiseul. Ya, Jiseul telah di pulangkan ke rumah Jimin setelah melewati beberapa proses dari rumah sakit. Beberapa suster ikut di boyong ke rumah besar nan luas milik Jimin. Mungkin terlihat berlebihan namun Jimin hanya ingin melakukan yang terbaik untuk putra semata wayangnya..

Seulgi yang telah menunda waktu untuk menyusul teman-temannya demi memastikan Jiseul berada dalam keadaan baik nampak gelisah. Sesaat setelah suster pamit keluar seusai mengatur infus di pergelangan tangan Jiseul, Seulgi berjalan mendekati jendela, memandang lurus ke luar. 

Sejenak ia terdiam, menikmati pemandangan taman di samping halaman rumah Jimin yang sepertinya terawat dengan baik sebelum menangkap sesuatu melalui pendengarannya. 

"Kak, apa kau di sana?" Seulgi bertanya ketika mendengar suara melalui blackpearl.

"Seulgi, apa yang harus ku lakukan?" suara Irene terdengar putus asa cukup mengejutkan Seulgi yang selama ini tak pernah melihat sisi lemah Irene.

"Ada apa, Kak, mengapa bicara begitu, Apa yang terjadi?"

"Jisoo dan Yerim. Mereka di sandera."

"Di sandera?" ulang Seulgi tak paham. Mungkinkah dia telah melewatkan sesuatu yang besar hanya dalam kurun waktu kurang dari 24jam.

"Pria itu, dia mengejarku sampai ke sini, Seulgi dan dia menangkap Jisoo dan Yerim untuk mengancam diriku agar kembali padanya."

"Oh tidak ini gawat." balas Seulgi menggeleng, "Tunggu, aku akan segera ke sana, Kak."

Setelah mengatakan hal itu, Seulgi membalikkan badan, hendak bergegas pergi menyusul Irene dan lainnya akan tetapi saat akan melangkah, Seulgi melihat sepasang mata tajam memandanginya, membuat tubuh Seulgi membeku.

"Ji-min, sejak kapan kau di sana?" gumam Seulgi memanggil nama Jimin.

Jimin mendekat sedang Seulgi tak bergeming sedikitpun dari tempatnya, "Siapa yang bicara denganmi barusan?"

Seakan tersadar, Seulgi menggeleng lalu dengan langkah cepat beranjak pergi akan tetapi Jimin tidak tinggal diam, ia mencegah Seulgi dengan menahan pergelangan tangan wanita itu.

"Aku harus pergi."

"Apa pertanyaanku terlalu sulit?"

"Please biarkan aku pergi, ku tidak bisa menjawab pertanyaanmu sekarang," balas Seulgi menarik diri tapi jeratan Jimin terlalu kuat untuknya.

"Kang Seulgi, aku tidak akan mengulang kata-kata ku dua kali." balas Jimin tegas.

"Aku ingin menemui temanku."

"Apa temanmu lebih penting dari anak kita?"

Diam. Seulgi sama sekali tak dapat membantah meski dia menginginkannya. Ia menoleh ke arah di mana Jiseul terbaring lemah tak berdaya. Seketika rasa bersalah menyelimuti hati Seulgi kala dia mengingat bahwa anaknya seperti ini juga tak lepas dari ulahnya sendiri. Tak terhitung beberapa kali ia meninggalkan Jiseul karena pekerjaannya, dan tak hanya itu, ia membahayakan nyawa Jiseul padahal sebagai ibu dia harusnya memberikan perlindungan tapi apa yang terjadi.

Seulgi memejamkan mata. Dia ingin tetap tinggal tapi teman-temannya membutuhkan bantuannya. Mereka telah bekerja sama cukup lama.

"Aku punya pekerjaan yang harus ku selesaikan." jawab Seulgi.

"Teman, pekerjaan. Ck! Sebenarnya apa yang coba kau tutupi dariku. Apa kau tidak khawatir dengan keadaan putra kita hah!"

"Setidaknya aku tau anakku akan aman di rumah ayahnya tapi temanku, mereka membutuhkanku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pretty Little LiarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang