The Past

1.9K 382 38
                                    

Seulgi memasuki kamar, menutup pintu sebelum jatuh duduk di lantai. Tubuhnya bersandar pada pintu dengan tatapan mata lurus ke depan. Seulgi tertawa kecil, menertawai takdir yang seolah mempermainkannya.

Kenapa? Kenapa pria itu harus kembali muncul di hadapannya. Takdir seperti apa yang sedang dia jalani saat ini.

"Maafkan aku, ayah." Seulgi bersimpuh di bawah kaki ayahnya memohon ampun untuk kesalahan yang ia perbuat.

"Kau telah mencoreng nama baik keluarga kita. Kenapa aku harus punya anak sepertimu."

"Tidak ada jalan lain, jika kau masih mau tinggal di sini maka gugurkan anak itu."

"Tidak, Ma. Aku tak ingin menambah dosa lagi, aku mau mempertahankan anak ini."

PLAKK

"Dasar anak tidak tau di untung. Pergi kau!"

Ingatan masa lalu berputar bak film dalam kepala Seulgi. Lima tahun lamanya dia bertahan hingga sampai sejauh ini. Seulgi hanya punya satu tujuan dan alasan mengapa mengurungkan niat untuk mengakhiri hidupnya di masa lalu yaitu sebuah kehidupan yang layak bersama Jiseul, dan ketika ia berpikir semua akan berjalan baik seperti hari -hari sebelumnya. Pria yang telah menyebabkan hidupnya hancur kembali lagi.

Dering ponsel Seulgi menyadarkan wanita itu. Ia merongoh saku blazernya lalu menghapus kasar wajahnya, mencoba menampilkan senyum terbaik sebelum mengangkat panggilan video dari malaikat kecilnya. 

"Sayang, belum tidur ya?" suara Seulgi terdengar serak.

"Mom, do you crying?" tanya Jiseul khawatir. Seulgi menggeleng cepat. 

"Dont lie! Tell me who made my Mom sad?"

"Tidak ada, sayang. Sekarang jawab Mommy kenapa Jiseul belum tidur?"

"Jiseul bermimpi buruk, ada paman jahat yang mau merebut Mom dari Jiseul."

"Itu cuma mimpi, sayang. Sekarang Jiseul tidur ya."

Jiseul terlihat cemberut dengan bibir melengkung dia membalas, "Ya sudah Jiseul tidur sekarang ya. Love you, Mom."

"Love you too." balas Seulgi mengakhiri panggilan video Jiseul.

----

Beberapa pelayan perempuan terlihat memasuki kamar di mana Yerim di sekap. Masing-masing dari mereka membawa berbagai macam peralatan juga beberapa potong gaun untuk Yerim yang menyambut jajaran pelayan itu dengan tatapan binggung. 

"Kalian mau apa?" 

"Kami di perintahkan oleh Tuan muda Jeon untuk mempersiapkan keperluan Nona."

Yerim beranjak dari tempat tidur. Borgol di tangannya telah di lepas namun percuma saja kalau dia tetap di kunci di kamar. Huh, benar-benar menyebalkan.

"Apa semua ini untukku?" tanya Yerim.

"Ya, nona. Tuan muda menyiapkan ini semua untuk anda." Seru pelayan di samping kiri Yerim ketika Yerim mengulurkan tangan memilah gaun.

"Nona bisa memilih gaun manapun yang di inginkan, jika tidak sesuai maka kami akan mengantinya." sambung pelayan lain.

"Tolong di ganti. Ini bukan seleraku."

"Baik, Nona." 

Jejeran gaun lain pun di bawa masuk ke kamar. Para pelayan berdiri menunggu respon Yerim namun sekali lagi gadis berperawakan kecil itu melakukan protes sebagai bentuk kekesalannya akibat terus terkurung di sana.

Mau tak mau, para pelayan menuruti kemauan Yerim. Dengan penuh kesabaran mereka keluar kemudian membawa masuk semua gaun yang tersedia.

"Nona, bagaimana? Tuan muda telah menunggu." seru salah seorang pelayan wanita menunduk dengan wajah lelah berharap sang nona setidaknya akan menyukai salah satu gaun terakhir yang di bawa masuk ke dalam kamar.

Pretty Little LiarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang