9. Makan Malam.

4.9K 652 5
                                    

Update lagi, kasih VOMENT!!!!!!

Alana dan Leola sekarang berada didepan sebuah pintu perak dan Leola membuka pintu itu dibantu oleh seorang prajurit. Kasim yang berada di samping pintu mengumumkan kedatangan Alana. Alana yang tidak terbiasa dengan itu terkejut mendengar teriakan kasim. Alana berhenti dihadapan kasim dan tak lupa menggarut telinganya yang masih berdegup.

"Hay pak, tak bisakah kau itu tidak berteriak? Lama-lama saya nengel pak." Alana.

"Maafkan saya putri." ucap kasim itu ketakutan.

"Yah-yah, lain kali jangan seperti itu." Alana menepuk bahu kasim itu dan tersenyum dibalik cadarnya. Sentuhan dibahunya berasal dari Leola yang mengisyaratkan untuk masuk kedalam. Alana berdehem dan mengangguk, kemudian melangkah memasuki ruangan, dimana mereka akan menikmati acara makan malam.

"Putriku?" suara bariton dari seorang pria yang memakai baju merah. Alana masih diam ditempat dan menatap pria itu.

"Kemarilah sayang." panggilnya.

Alana mendekat dengan canggung, semua orang menatapnya dan Alana hanya cuek saja. Sekarang Alana sudah berada disamping pria baju merah.

"Perkenalkan ini putriku, Jina. Namanya Wang Jina!" tekanya.

"Aku bukan putrimu tuan." ucap Alana yang masih dapat didengar oleh semua orang yang ada di ruangan itu.

"Kau putriku sayang. Kemarilah, kenapa kau menutupi wajah cantikmu dengan cadar?"

"Aaa..."

Alana mendekat tapi sebuah suara yang terdengar menyebalkan membuat ia berhenti dan langsung menghampiri pria itu.

"Jangan Ayah, kau bisa terluka dia sangat buas!"

Plak...

Alana dengan berani memukul kepala Putra Mahkota. Semua terdiam, kecuali Kaisar mereka, pria nomor satu di kerajaan itu malah tertawa melihat putranya dipukul.

"Kau...Dasar gadis buas."

"Kau dasar pria cerewet."

"Sudah cukup. Mendekatlah, agar mereka dan kakakmu percaya jika kau putriku."

Meski bingung Alana tetap mendekat dan sekarang sudah berada disebelah pria itu. Lelaki paruh baya itu tersenyum dan langsung membuka tali pengingat cadar dan semua orang terpanah dengan kecantikan Alana. Tersenyum menyeringai ke arah Wang Ja, dengan otak cantiknya dan mulut superduper pedasnya ia berucap.

"Kenapa kakakku Wang Ja, kau kaget melihat wajahku? Hahaha...pastinya."

Wang Ja terdiam ditempat, tapi setelah mendengar kata sombong dari Alana, ia mendecih dan membuang pandanganya.

"Lihat dia putriku. Saya masih mengingat ketika ia lahir mempunyai tanda lahir dibawah telinganya."

Alana mengerjap dan tersenyum kepada seluruh orang yang ada disana. Maniknya berhenti disatu orang gadia yang memakai hanbok ungu. Tersenyum manis tapi memiliki makna yang dalam dan berjalan mendekat ke arah gadis itu.

"Ayah dia siapa?"

"Dia, Sooa putri dari selir Seona."

"Oh, adik atau kakak?"

"Dia adikmu."

"Wah adik yah. Hay adik manis." sapa Alana tersenyum lebar, Alana memeluk Sooa dan berbisik disamping telinga Sooa.

"Sooa, kita ketemu lagi."

Sooa terdiam dan tak mengerti maksud dari kata-kata itu, tapi kata bertemu lagi? Apakah ia sudah pernah bertemu dengan Jina? Sooa menepis pikiran itu, ia yakin jika dia salah dengar.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang