28. Desa yang tersembunyi 1

2.5K 346 220
                                    

Vote+Komen.
Lofyu

Gadis yang memakai hanbok hijau muda dengan benang bersulam emas mempercepat langkahnya. Perasaanya tiba-tiba tidak enak. Ia berjalan dan menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan tanpa mengetuk. Kasim yang bertugas di depan ia bungkam dengan memberi tatapan tajam. Alana celingkukan mencari seseorang, tangan gadis itu memegang dadanya yang terasa sesak dan ia batuk-batuk.

Suara batuk itu mengambil perhatian seorang pria yang bernama Chuna. Pria itu keluar dari ruangan yang Alana ketahui adalah tempat ganti pakaian. Pria itu mengernyit saat melihat Alana berjalan tergesah menghampirinya. Istrinya itu menarik tanganya dan seperti memohon.

"Kau kenapa?" tanya Chuna bingung.

"A-aku...uhuk uhuk!!" Alana memukul pelan dadanya kembali menatap Chuna. Chuna bisa merasakan jika gadis itu dalam keadaan khawatir dan tidak baik.

"Bisa temani aku mencari Jisang dan Leola?" tanya Alana dengan tatapan memohon, tidak biasanya gadis itu bersikap demikian. Jisang? Nama pria itu membuat ia panas dan tak terima, jika Alana mengkhawatirkan pria yang selalu di puji istrinya.

Chuna menggeleng. Alana terdiam dan tanganya perlahan melepas kaitan itu dan menatap kecewa kepada Chuna. Chuna mengedikan bahunya acuh tidak peduli akan ucapan dan permintaan Alana. Alana mengangguk dan mengambil pedang yang ada di atas meja dan berlari keluar kediaman. Chuna melotot saat melihat Alana membawa kabur pedang pemberian kakeknya. Pedang warisan itu tidak boleh rusak dan hilang. Chuna berlari menyusul Alana.

Alana gadis itu mengambil selendang sebagai tudung pelindung wajah dan kepalanya. Ia berlari ke arah kandang kuda dan mengambil kuda gagah warna hitam. Alana tidak buang waktu, gadis itu dengan linghai menaiki kuda dan menunggang kuda. Saat di gerbang para prajurit melarangnya keluar, tapi Alana yang sebal dengan itu semua, menebas kepala para prajurit itu dengan mudah menggunakan pedang yang ia ambil dari kediaman Chuna.
Alana kembali menunggang kuda memasuki hutan lebat yang penuh dengan bahaya.

******

Jari tangan yang penuh dengan debu, dekil, dan kotor itu bergerak. Manik yang tadi tertutup perlahan terbuka dan terdengar ringisan renyah dan bibir kebiruan itu dan wajah pucat itu. Manik itu menatap kosong kepada seorang pria yang terluka. Dengan susah payah ia merangkak mendekati pria yang melindunginya itu.

"Ji-sa-ng." ucap Leola terbata. Leola memangku kepala Jisang yang terluka. Terdapat sobekan di sekitar pipinya dan goresan kayu di sana juga. Leola menepuk pipi pria yang masih pingsan itu. Leola terisak dan jari telunjuknya dengan bergetar mengarahkan ke arah hidup pria itu.

Nafas pria itu terdengar sangat lambat. Leola semakin terisak dan ia merasa bersalah. Ia memegang punggungnya dari belakang saat terasa sakit yang luar biasa. Leola melotot saat melihat tusukan di samping perutnya dan mengeluarkan banyak darah yang sudah mulai kering. Leola merobek kain hanboknya dan melilitkanya di perut pria itu.

"Ma-maaf." ucap Leola dengan suara yang bergetar dan serak. Ia mengedarkan padanganya ke sekitar berharap ada orang yang datang dan melihat mereka. Tapi itu hanya harapan belaka. Leola dengan susah memapah tubuh besar. Meski ia terus terjatuh dalam jarak 3 meter, tapi itu sudah mendingan. Leola akan mencari bantuan segera mungkin, jika Jisang tidak di obati pasti itu akan memperbanyak masalah.

Leola tak percaya jika Sooa, gadis yang terlihat baik, sopan, pintar memiliki sikap yang mengerikan di balik itu semua. Penampilan memang bisa menipu semua orang. Sooa, gadis itu pasti mempunyai hal jahat dan kali ini Leola tidak bisa membantu Alana. Ia harus terlebih dahulu menyelamatkan Jisang.

*******

Chuna mengarahkan anak panahnya ke arah Alana yang melaju menunggang kuda. Gadis itu tidak mengindahkan teriakan panggilan dari Chuna. Karena kesal, pria itu akan menghentikan Alana dengan cara kasar. Anak panah itu melayang dan Alana yang mengetahui jika Chuna akan datang menghalanginya. Gadis itu menghindari tiap tembakan anak panah itu. Chuna yang geram dengan keras kepalanya Alana menembaki anak panah itu dengan bruntal.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang