35. Serangan dadakan.

2.1K 293 9
                                    

Anyeong
Aku update lagi, yuk vote+komen.

Suara tawaan memenuhi sebuah ruangan yang kedap suara itu. Seorang gadis memoles pengwarna bibir khas kerajaan pada bibirnya dan menatap pantulan wajahnya di cermin besar yang ada di hadapanya. Entah capek atau tidak capek gadis itu selalu menyingung senyuman. Otot wajahnya sepertinya sudah terlatih untuk tersenyum.

"Mati saja kau Jina. Tak usah kembali, aku sungguh puas mendengar kabar baik. Chuna akan menjadi milikku Jina." ucap Sooa sambil memangku wajahnya dengan tanganya.

"Sooa, ibu pikir bukan ayahmu melakukan pencurian ini." ujar Seona yang duduk di tepi ranjang Sooa.

"Ck, ibu itu tidak penting. Yang penting kita harus menyelesaikan pembunuhkan itu secepatnya dan mendapatkan alih kerajaan. Aku tak mau tatah itu jatuh kepada Wang Ja." tekan Sooa.

"Kau pikir itu mudah? Itu harus kita diskusikan pada ayahmu. Yah bagus jika gadis jalang itu hilang, tidak mempersulit kita untuk melancarkan aksi." smirik muncul di sudut bibir Seona.

"Kau di Istana saja, ibu akan keluar sebentar lagi. Dan kau alihkan perhatian Wang Ja. Berjagalah kalau kami datang bersama ayahmu dan akan menyerang Istana ini." Seona melenggang pergi meninggalkan kediaman Sooa. Sooa menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan ia menghembuskan nafasnya saat merasakan sensasi yang begitu menyenangkan di hatinya dan gadis itu beragan-agan supaya semua impianya terwujud.

******

"Putri, putri baik-baik saja?" tanya Leola khawatir. Saat mendapat kabar beberapa hari yang lalu, ia selalu memikirkan keadaan tuanya di sana.

Alana mengangguk dan tersenyum simpul menanggapi pertanyaan Leola. Alana mengacak-acak rambut Jina, meski ia orangnya pendek tapi sering sekali ia melalukan hal itu kepada orang yang ia sayangi. Leola menatap asing kepada Liyi.
"Sepertinya aku pernah melihatmu tuan muda." Leola menatap intes Liyi mulai dari bawah sampai atas.

Leola langsung memukul kepala Liyi saat mengingat pria itu. Liyi mengadu kesakitan saat kepalanya perih. Semua gadis yang ia temui selalu saja memukul kepalanya. "Kau pria yang menabrakku waktu itu kan? Dan sama sekali tidak minta maaf malah pergi begitu saja." Leola mendelik tajam Liyi.

Liyi tersenyum kikuk, ia dia menabrak gadis itu, bukanya tidak mau minta maaf tapi, ia lagi di kejar para prajurit di sana. Kondisi dan keadaan tidak memungkin kan untuk meminta maaf. Yang penting ia kabur dan mengindari para serigala ralat prajurit yang mengejarnya.

Alana tak peduli dengan pembicaraan unfaedah ia berjalan memasuki rumah, di mana Jisang di rawat. Alana duduk di kursi kayu dan menatap wajah Jisang. Pria itu perlahan keadaanya sudah membaik, terlihat dari wajahnya yang tidak sepucat terakhir kali ia lihat. Leola tersenyum haru saat melihat dan merasakan kepedulian Alana kepada mereka.

"Putri, Pangeran Chuna di mana?" tanya Leola iseng-iseng mengoda Alana.

Alana tampak berpikir, lalu gadis itu menarik Leola ke tempat sepi dan membisikan suatu hal. Leola tampak syok mendengarnya, tapi Alana ia memiliki tekad yang kuat. "Aku akan menyamar dan mencari tau apa yang sembunyikan desa ini."

"Tapi putri itu sangat berbahaya, cukup aku dan Jisang di obati dengan baik itu sudah berterimakasih sekali." sergah Leola, berusaha untuk mencegah tindakan Alana.

"Tidak Leola, kau cukup diam saja. Oh yah, jika ada yang mencariku. Katakan saja tidak pernah melihatku datang ke sini." ucap Alana dingin.

Leola yang bisa merasakan perubahan Alana, gadis itu mengangguk meski susah. Liyi datang dengan wajah bodohnya. "Jina kau menyamar jadi seorang apa? Dan aku apa?" tanya Liyi sambil menunjuk dirinya.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang