20. Perjodohan.

3.4K 436 0
                                    

Vomentnya tetap yah kak😊😊

Alana dan Ahnli telah memasuki kediaman yang terasa sepi itu. Mereka jelas melihat pria yang duduk di tepi ranjang sembari memegang kepalanya. Alana mengambil mangkuk keramik yang berada di atas nampan yang di bawa Leola. Mangkuk itu berisi air minum yang sengaja di bawa oleh Leola. Alana berjalan menghampiri pria itu.

"Ini, minumlah! Pasti kau lelah 'kan?" Alana menyodorkan mangkuk itu pas di depan wajah Chuna.

Chuna menatap mangkuk itu dan menggambilnya, ia meneguk sampai kandas. "Terimakasih." ucapnya singkat.

Alana mengangguk, gadis itu berjalan ke arah jendela yang setengah terbuka itu. Menarik gorden dan membuka jendela. Alana tersenyum kecil saat melihat sebuah anting yang jatuh tak jauh dari kaki meja riasnya. Menggambilnya dan memasukan nya kedalam laci.

"Pangeran anda di perintahkan oleh Yang Mulia untuk segera kembali ke Istana." ucap Jisang.

"Yah cepat sekali." Ahnli mendengus kesal.

"Maaf Putri, tandu anda sudah di sediakan di depan gerbang Istana." lanjut Jisang.

"Yah-yah, kak aku pulang yah. Kalau ada waktu lagi aku akan mengunjungimu." Ahnli memeluk Alana. Alana mengusap punggung Ahnli.
"Jaga dirimu baik-baik Putri." Alana mengurai pelukan mereka.

******

Alana gadis itu mengantar Ahnli sampai gerbang Istana. Ia melambaikan tanganya saat tandu yang di naiki oleh Ahnli pergi, itu sudah menjadi kebiasaanya saat berada di dunianya. Alana bergegas kembali ke kediaamanya, ia mau mengecek sesuatu benda yang menarik.

Tapi itu di urungkan saat kakaknya Putra Mahkota Wang Ja menghambat jalan nya. Alana menghela nafas panjang. "Yhak...Bodoh, tak bisa 'kah kau itu minggir? Beri aku jalan!" ucap Alana dengan sabar, ia berusaha menahan amarahnya.

"Kau di panggil Ayah ke perjamuan." ucap Wang Ja sambil menoyor kepala Alana.

"Katakan kepada Ayahmu itu, aku tak bisa, ada hal penting yang harus ku periksa, jadi menyingkirlah." ujar Alana melewati Wang Ja.

Wang Ja melotot dan mengang saat mendengar balasan dari Adiknya Alana. Dengan cepat, ia mencengkal tangan Alana.
"Dasar gadis bodoh, kau kira Ayah apa hah? Beraninya kau?" tekan Wang Ja.

"Hello...Presiden aja gak gitu, mereka itu buat keputusan dengan adanya musyawarah, lah ini? Main maksa aja." Alana menghempaskan tangan Wang Ja.

"Presiden? Siapa dia?" tanya Wang Ja.

"Manusia lah. Minggir, nanti gue bakal datang." ucap Alana finish.

"Alana sekarang!! Gue? Bahasa apa itu lagi?"

"Bahasa gaul!!" Alana berbalik dan berjalan ke arah ruang perjamuan, tak lupa kakinya ia hentak-hentakan.

Segera Wang Ja berlari menyusul Alana.

"Putri Mahkota memasuki ruangan!" teriak seorang kasim.

Alana menatap malas ke arah kasim itu, sudah di nasehati agar tidak berteriak di sebelahnya. Eh tetap nekat teriak, Alana berjalan dengan anggun dan tak lupa menggusap telinganya. Leola berbisik "Putri beri hormat kepada Yang Mulia"

"Hah?" Alana ikut menjawab dengan bisikan juga.

Kepalanya di paksa oleh sebuah tangan untuk menunduk, itu tangan Wang Ja. Alana memukul perut Wang Ja, pria itu tersenyum kecil saat melihat beberapa orang yang ada di sana menatap ia dan adiknya.

Alana kembali mengulangi dan ia membungkukan badanya dengan sopan. "Maaf ayah, leherku pegal jadi beginilah." ucap Alana tak segan.

Seona membelalakan matanya saat mendengar itu. "Apa kau bilang putri? Beraninya kau bilang itu kepada Yang Mulia?" bentak Seona.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang