24. Cincin giok.

2.9K 386 3
                                    

Hallo semuanya
Apa kabar?
Baik, amin yah.
Update lagi...Yuk budayakan VOMENT.
Terimakasih.
Lanjut👇

Sudah dua hari Alana tidak melihat Sooa. Alana mengetuk meja dengan jari telunjuk, sekarang ia sedang berada di taman, menikmati udara dan harum bunga. Sejuk dan rindang di lengkapi dengan secangkir teh dan juga buah jambu yang ia ambil sendiri dari pohon buah itu. Alana merogoh kain hanboknya, ia mengangkat benda yang berwarna hijau tosca itu. Ia menatap intes dan memperhatikan desain cincin itu. Cincin yang bagus tapi ia lupa, cincin siapa ini? Kenapa bisa ada di laci riasnya. Alana memakai cincin itu di jari manisnya dan pas.

Cincin itu terkena pantulan sinar matahari dan berkilau. Ia mencium cincin itu. "Cincin keberuntungan? Hahaha...Yah semoga saja." gumam Alana.

"Leola."

"Yah putri?"

"Ayo temani aku ke pasar. Ada yang mau ku beli." Alana berdiri.

"Putri anda tidak di izinkan keluar Istana."

"Memang. Kita kabur, lewat dari belakang bersama beberapa dayang." bisik Alana.

"Tapi putri~" Alana tidak memperdulikan ocehan Leola. Gadis itu sudah pergi meninggalkan Leola. Leola menyusul Alana tak lupa memanggil nama putrinya itu.

Alana mengambil baju dayang yang sedang di jemur di belakang dapur. Terkekeh kecil saat tindakan bidohnya di lihat oleh kepala koki. Tapi Alana menutup mulut sang kepala koki ketika, lelaki itu mau meneriaki namanya. Alana mengambil tusuk kondenya dan memberi kode jika kepala koki itu bersuara ia tak segan menusuk tusuk konde itu ke leher lelaki itu. Kepala koki yang melihat itu kincep dan hanya diam.

Leola menarik tangan Alana saat beberapa dayang berjalan ke arah mereka mau menggambil pakaian yang mereka jemur tadi. Beberapa obrolan yang membyat Alana sungguh penasaran dengan itu. Mereka juga melihat dayang setia Sooa yang bernama Jimni tampak khawatir di sana.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaan putri Sooa, Jimni?"

"Putri Sooa tidak baik. Tubuhnya apalagi bagian wajah dan juga lehernya terdapat banyaknsekali bintik merah."

"Bintik merah? Aku pernah mendengar itu, katanya penyakit itu adalah ramuan yang terbuat da-.."

"Sssst...Jangan katakan. Nanti ada orang yang dengar bagaimana?"

"Kenapa? Apakah putri Sooa mau mencelakai putri Jina lagi?"

"Sssst...Mulutmu bodoh."

Alana dan Leola saling bertatapan dari balik tungku besar yang ada di belakang dapur itu. Alana menatap menyalang ke arah dua dayang yang membicarakan dirinya dan juga Sooa. "Ular itu. Sampai kapan ia akan mencelakaiku? Kualat dia...Sebentar aku akan bermain-main denganya." Alana tersenyum menyeringai.

*****

"Yah Leola kita akan berbelanja apa kali ini?" gumam Alana. Tangan gadis itu meraih gelang giok yang cantik.

Mereka berdua telah berada di tengah keramaian pasar tradisional dan sekarang hari rabu. Biasanya para masyarakat berbelanja kebanyakan adalah pada hari rabu. Alana dan Leola pergi berdua saja tidak pakai pengawal dan pengawal tampan gadis itu tidak ikut. Jisang, pria itu berhasil mereka tipu dengan alasan. Alana menyuruh Jisang untuk tidak masuk kedalam kediaman karena ia dan Leola akan luluran itulah alasanya.

Leola menyentuh cincin perak dan terdapat berlian di tengah-tengah benda itu. Alana melirik Leola, gadis itu sepertinya menginginkan cincin yang di sentuhnya. Alana menyenggol lengan Leola. Leola tersenyum tipis dan mundur satu langkah. Alana mengambil cincin yang berada di dalam kotak itu dan menarik tangan Leola. Leola tersentak saat tanganya di tarik dan Alana telah menyemat cincin itu di jari manisnya.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang