43. Gadis menyeramkan.

3.1K 304 1
                                    

Yuhuu update lagi, yuk yuk votenya dan komen tentunya.

Seseorang mengetuk pintu dari luar. Chuna mengalihkan perhatianya ke arah pintu. "Masuklah." pintah Chuna.

Kemudian tak lama munculah Jisang bersamaan dengan Wang Ja. Wang Ja berjalan dengan langkah besarnya menuju ranjang Alana. Pria itu mengusap pucuk kepala milik adiknya itu. Jisang, berbeda dengan satu pria ini. Pria itu malah memberi kode kepada bayangan Jina supaya jangan dulu memasuki tubuh Alana. Tapi Jina tidak peduli. Gadis itu menjulurkan lidahnya saat Jisang memberi pelototan kepadanya.

"Yhak!!!" teriak Jisang membuat Chuna dan Wang Ja menatap aneh kepadanya.

"Maaf pangeran." kata Jisang dengan wajah kikuk.

"Ingat Jisang bantu aku membujuk Alana yah." ulang Jina kembali.

Jisang mengangguk pasrah. Tak lama tubuh Alana menjadi gelisah, seiring pengantian posisi jiwa diantara mereka berdua. Jiwa Alana berubah menjadi bayangan yang dulu selalu Jina gunakan untuk datang membantu dirinya. Alana menatap lesuh kepada tubuh Jina yang berbaring di ranjang. Tak lama seseorang menjamah lenganya. Alana kaget saat ia mendapati jika tangan itu adalah milik Jisang. Jisang bisa melihatnya?

"Jisang?"

Jisang memberi hormat kepada bayangan Alama dan senyuman manis. Alana terharu, rupanya pengawalnya bisa melihat ia. Dan sebenarnya selama ini, Jisang itu menyembunyikan kemampuanya melihat mahkluk halus.

Tak lama tubuh lemah yang mengalami kritis itu membuka kelopak matanya. Chuna tersenyum lebar saat ia tahu jika istrinya sudah sadar. Tapi semenit kemudian, perempuan itu menatap dalam ke arah Jisang. Kenapa harus Jisang, ia suaminya kenapa harus kepada pengawalnya. Bayangan Alana memberi anggukan kepada Jina. Jina berjalan keluar dari ruangan tabib di ikuti oleh bayangan Alana dan Jisung serta Chuna dan Wang Ja.

Sungguh keajaiban yang luar biasa perempuan itu bisa sadar. Chuna mencengkal tangan Jina. Jina sementara menoleh ke arah bayangan Alana. Alana mengedikan bahunya. Jina memberikan senyuman misterius.

"Suamiku. Aku sudah sehat kembali. Jadi aku harus mengurus suatu hal yang menbuat hatiku ganjal." ucap Jina dengan suara centilnya, Alana memberi pelototan kepada Jina. Jina membalasnya dengan senyuman mengejek, sesekali ia mengerjai jiwa masa depanya kam, tidak masalah.

Chuna tersenyum lebar di kalah Jina menyapanya dengan lembut.
"Jisang, ingat tugasmu." ulang Jina kesekian kalinya.

"Baik putri." ucap Jisang.

Chuna kembali keeksperesi sebelumnya, tampak masam dan tidak suka jika istrinya itu berdekatan dengan pria lain.
"Kakak, tolong jangan biarkan seorang pun yang keluar Istana malam ini." pintah Jina.

"Kenapa? Ada masalah kah?" tanya Wang Ja khawatir.

"Tidak. Lakukan saja." ucap Jina. Gadis itu berjalan meninggalkan mereka yang masih bingung dengan perintah dari Jina.

******

Jina berjalan dengan langkah besarnya menuju sebuah kediaman. Di depan gadis itu tampak bayangan Alana yang memberi arah jalan. Alana berhenti di depan sebuah pintu. Para prajurit yang bertugas menjaga pintu itu melarang Jina untuk masuk ke dalam. Alana yang sebal melihat itu, bayangan gadis itu terbang ke atas dua prajurit yang menghalangi langkah mereka dan menjatuhkan kayu penghadang pintu ke kepala prajurit itu. Dua prajurit terkapar di lantai, pingsan. Jina mengangkat jari tangan jempol ke arah Alana.

Jina dan Alana berjalan memasuki kediaman yang tampak sunyi bersih. Bayangan Alana menyingung senyuman miring, Jina berdehem sejenak untuk menyadarkan wanita yang sedang melamun. Seona wanita itu terjatuh kebelakang melihat Jina sudah berada di belakangnya. Jina menatap dingin ke arah Seona. Ia sudah tau siapa yang membunuh ibu kandungnya dan ibu yang sudah merawatnya dari bayi.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang