19. Calon menantu

3.6K 441 2
                                    

Happy Reading All 🤗

Saat ini di kediaman Alana menjadi ramai dan juga ribut. Banyak tabib dan dayang yang datang penasaran, jika di dunia modren bisa di katakan dengan kata kepo. Memang Putra Mahkota yang sedang berbaring lemah itu sungguh merepotkan Alana. Gadis itu kepalanya menjadi pusing mendengar bisikan dan obrolan yang tidak jelas ia dengar. Alana mendengarnya seperti suara ribuan lebah. Alana menutup pintu kediaman nya dengan kasar. Di dalam kediaman nya hanya tersisa dirinya, Ahnli, seorang tabib, dan pria yang sedang berbaring itu, Chuna.

"Kak, maaf merepotkanmu." ucap Ahnli merasa bersalah.

Alana yang mengetahui perasaan Ahnli, gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tak apa, biarkan kakakmu istirahat, ayo kita keluar keliling Istana." ajak Alana dengan senyuman lebar.

"Ayo, tapi kak. Kak Chuna bagaimana?" tanya Ahnli sedikit ragu dengan ajakan Alana. Gadis itu mengkhawatirkan kondisi kakaknya.

"Dia akan di jaga pengawalku Ahnli, itu ada Jisang." ucap Alana.

Ahnli mengangguk ia kembali menatap kakaknya, menghela nafas dan bangkit berdiri dan berjalan bersama keluar dari kediaman. Samping pintu kediaman Jisang dan empat orang prajurit yang biasa bertugas menjaga kediaman Alana menunduk dan memberi salam kepada kudua putri itu. Alana dan Ahnli memgangguk dan sedikit tersenyum tipis.

"Ah... Jisang, tolong kau jaga Pangeran Chuna yah!" kata Alana menepuk bahu Jisang, pria itu mengangguk patuh.

Alana dan Ahnli melanjutkan langkahnya. Mereka akan pergi ke taman dan mengambil beberapa buah-buahan yang segar. Alana dan Ahnli sudah menjadi kebiasan kedua gadis itu memakan buah langsung yang baru di petik.

"Putri tunggu!" teriak seseorang dari arah belakang. Kedua gadis yang sedang berjalan santai itu terpaksa berbalik, suara helaan nafas terdengar.

"Kau kapan datang adik ipar?" tanya gadis itu tersenyum lebar.

"Adik ipar?" gumam gadis yang bernama Ahnli.

"Cih... Tidak tau malu." ucap Alana seperti sebuah gumaman tapi bisa di dengar Sooa.

"Kau diamlah jalang." ucap Sooa menatap tajam Alana.

Alana yang sudah kebal di katakan jalang hanya diam dan menilai penampilan adik tirinya itu. Tapi setelah itu pandangan gadis teralih kepada gadis yang di sampingnya itu tertawa. Alana tidak ikut tertawa, ia sibuk membersihkan kukinya yang kotor akibat tanah.

"Bhahahah... Kau bilang aku adik iparmu? Hey nenek lampir, aku tak sudi punya kakak ipar sepertimu." ucap Sooa pedas. Bagai seratus pisau belati menikam jantungnya. Tapi Sooa terpaksa tersenyum lebar dan saat ini ia sedang menahan amarah yang sebentar lagi akan pecah. Ia tidak boleh terpancing emosi karena ucapan jalang kecil yang nyatanya adik dari pria yang ia cintai.

"Sepertinya kau belum bisa menerimaku menjadi kakak iparmu, adik ipar." ucap Sooa kembali tersenyum.

Ahnli menghentikan tawanya. Gadis itu menarik dagu Sooa dengan jari telunjuknya dan menatap menyalang ke arah Sooa. "Hey, dengar yah. Sampai matipun aku tak sudi punya kakak ipar sepertimu. Meski hanya kau perempuan yang tersisa di bumi, aku tak mau kakakku menikahi gadis ular sepertimu, cam kan itu." tekan Ahnli, lalu gadis itu meniup-niup jari telunjuknya.

"Permisi gadis ular." ucap Ahnli.

Alana melirik Sooa, gadis itu menggepal tanganya dan menatap tajam ke arah Ahnli. Tak butuh waktu beberapa detik, Sooa berlari dari belakang mereka, maksud ingin menjambak Ahnli, tapi Alana menghalanginya dan menahan tangan Sooa. Sooa, gadis itu menatap tajam dan penuh dendam ke arah Alana yang telah membatalkan aksinya. Sedangkan Ahnli, ia memegang dadanya yang terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari Sooa.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang