23. Senjata makan tuan

3K 395 5
                                    

Yok Voment yang banyak, nanti aku balas deh, btw kalau kalian mau lihat atau nonton vidio-vidio tentang Transmigrasi ini, bakal tersedia di SW WA aku. Tiap genap, misal ini mau otw 6K jadi kalau udah 6K bakal aku SW in vidionya. Yuk SV no WA aku chek di BIO Wattpad aku.


Tempat yang paling menyenangkan di kediaman itu adalah di tempat permandian tepatnya di kolam permandian. Air hangat yang menyentuh kulit tubuh membawa sensasi memyengarkan. Udara di luar terasa dingin, ingin lama merendam tubuh di dalam air hangat, tapi itu mustahil karena gadis yang bernama Leola, yang nyatanya dayang setianya mendesak ia untuk keluar dari dalam dan bersiap menghadari sarapan bersama.

"Menyebalkan, aku masih mau merendam. Biarkan mereka makan duluan." Alana menggerutu ia mengarut kepalanya dengan kesal, rambutnya yang sudah rapi di sisir oleh Leola kembali berantakan karena ulahnya.

"Tolong tenang putri, rambutmu sudah berantakan. Kau harus mengikuti sarapan itu, nanti Yang Mulia marah." Leola kembali menyisir rambut Alana.

"Yah-yah, biarkan Lelaki itu marah, emang kalau marah ia akan membunuhku? Oh ayolah Leola mana ada seorang ayah yang membunuh..." Alana memukul kepalanya. Pasti adalah yang melakukan tindakan bodoh itu hanya saja jarang di temui.

"Yah putri?"

"Tidak ada, lupakan." Alana mengambil liptin yang ia buat sendiri dan memoles tipis di bibirnya.

"Benda apa itu putri?" Leola mengambil dan mengamati liptin itu.

"Itu pengwarna bibir. Ayo kita pergi." Alana bangkit dan berjalam mendului Leola. Leola menyimpan liptin tersebut di dalam laci rias, ia berlari menyusul Alana.

*****

Di depan pintu perjamuan tak sengaja Alana bertemu dengan Sooa yang pastinya gadis itu juga mengikuti sarapan itu. Alana mendapat acuh dan malas Sooa. Sooa tersenyum manis dan ia sok akrab menggandeng lengan tangan Alana. Alana menatap bingung ke arah gadis itu, tak biasanya. Apakah ada setan atau roh baik yang memasuki tubuh gadis itu. Alana yang risih menyingkirkan tangan itu, tapi Sooa menekan dan seakan tidak mau melepaskan gandengan lenganya dengan Alana. Alana menghembuskan nafasnya pasrah "Kesambet kali nih anak." batin Alana.

Pintu di buka lebar oleh dua dayang yang berdiri di samping pintu. Alana dan Sooa berjalan bersama dan jangan lupakan gandengan itu masih ada. Seona mengangguk saat melihat tatapan dari Sooa. Anggukan yang memiliki maksud. Ayah mereka tersenyum melihat ke akraban antara kedua putrinya. Wang Ja menatap aneh kelakuan dua gadis yang tiap hari berantam itu. Biasanya mereka selalu berantam tapi apa ini? Mereka sudah baikan seperti adik kakak biasanya.

Alana menarik tanganya dan duduk di sebelah Wang Ja kakaknya. Begitu juga dengan Sooa, gadis itu duduk di sebalahnya. Seona menatap intes ke arah Alana. Alana menatap tajam balik Seona. Seona beralih menatap Sooa karena ketahuan menatap Alana. Alana mengedikan bahunya acuh. Tampaknya ibu dan anak itu di rasukin setan atau sejenisnya.

Tak lama beberapa dayang memasuki ruangan dan membawa makanan. Alana menatap eneg ke arah sop dan juga ikan bakar. Alana berbatuk saat melihat abuh bakar yang melengket di ikan bakar itu. Semua orang sudah mulai makan tidak bagi Alana. Gadis itu meniup abuh yang ada di ikan lalu mencicipi rasa sop itu. Kurang garam tidak ada rasanya, sayurnya terlalu matang dan ada bauh gosongnya. Alana mendorong semua makanan yang ada di hadapanya. Ia mengambil buah yang ada di piring. Lebih baik ia memakan buah dari pada memakan makanan yang tidak memiliki rasa.

"Kau tak makan Jina?"

"Ah, tidak ayah. Aku sudah terbiasa memakan buah pengganti sarapanku."

"Oh baiklah. Makan banyak buahnya." Alana mengangguk dan ia beralih menatap Dijin yang ada di hadapanya.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang