25. Pernikahan

3.2K 392 9
                                    

Hay semuanya apa kabar?

Bayangan putih yaitu Jina mentertawakan Alana. Gadis yang sudah 3 hari terkunci di dalam kediamaanya itu menguap dan ranjangnya sudah berantakan. Leola tadi sudah merapikan tempat tidurnya ke tiga kalinya tapi tetap di hancrkan oleh gadis berhanbok putih itu. Ia di hukum oleh ayah dan juga kakaknya sendiri karena ketahuan keluar diam-diam dari Istana tanpa meminta izin.

Park Chuna, pria itu menolongnya sementara dan langsung mengantarkan nya ke jurang ke bosanan. Rupanya pria itu mengikuti dirinya saat pergi ke pasar. Alana bertanya saat ia di antarkan ke kediamanya. Pria itu mengaku jika ia mengikuti Alana. Ingin sekali Alana mencakar pria itu. Dengan tampang watadosnya ia memberitahu jika dirinya berkelahi saat di pasar. Alana yang langsung mendapat tatapan yang mengerikan dari ayah dan juga kakaknya.

Dan sudah tiga hari ia di dalam kediamanya. Tidak di izinkan keluar entah itu ke taman entah ke kolam tidak sama sekali. Bosan, itu yang Alana rasakan. Gadis itu meraih bantalnya dan ia kembali tidur tengkurap. Jina semakin tertawa melihat ke sengsaraan Alana.

"Lo yah Jina. Gak bisa diam hah?" Alana tak menatap Jina. Ia menggarut punggungnya karena gatal.

"Gue? Aduh maaf yah. Lo kasihan banget deh." Jina kembali mengejeknya.

"Kalau lo datang ke sini mau ngejek gue dan tertawain gue, lo pulang aja gih. Gara-gara lo gue kayak gini."

"Iya-iya maaf deh. Btw lo gak lupakan?" Jina duduk di tepi ranjang.

"Apa?"

"Nikahan lo goblok. Lo mau nikah besok." Jina memutar bola matanya malas.

"APA?"

"Gila yah lo. Besok lo nikah tapi gak ingat."

"Serius gue nikah besok?" Alana mengerjap.

"Is...Kok jadi orang gobloknya di pelihara sih. Gak guna. Tadi gue lihat banyak yang buat hiasan dekorasi mulai dari gerbang Istana. Ciee yang mau nikah." goda Jina.

"Tai lo. Seharusnya lo yang nikah kok malah gue sih." Alana menggarut kepalanya dengan kuat tidak peduli jika kulit kepalanya terkelups.

"Jalanin aja." ucap Jina cuek.

"Enak banget bilang jalanin. Lo kira nikah itu mainan?" ucap Alana dengan galak.

"Yah gak gitu juga. Lo yah gak klepek-klepek apa lihat pangeran Chuna? Ganteng banget malah lo anggurin."

"Gak, gak sama sekali." tegas Alana.

"Sekarang lo bilang gitu. Dal lah gue pergi dulu, oh ya satu lagi. Tikus kecil kita, lo harus hati-hati sama spesis itu." Jina berjalan ke arah jendela dan melompat kemudian menghilang.

*****

Beberepa tandu mewah khas kerajaan dan beberapa kuda gagah memasuki kerajaan. Seorang pria dengan paras rupawan dan juga tatapan dinginya menatap lurus ke depan. Pakaian hanbok yang berwarnah kehitaman dengan sulaman emas melekat di hanboknya. Pria itu melompat dari atas kudanya dan berjalan dengan gagah mendekati pintu utama Istana.

Sementara di lain tempat. Alana, gadis itu tak henti mengoceh dan mengomentari hiasan dan juga hanbok yang ia kenakan. Sudah kelima kalinya Leola memukul pelan tangan nakal Alana yang merusak hiasan rambut. Beberapa dayanga yang di tugaskan untuk merias pusing karena tindakan bar-bar dari Alana.

"Putri mohon tenang. Nanti riasanya hancur lagi." ucap Leola geram dan kalimat itu sudah berapa kali di katakan Leola.

"Aduh ini kok riasanya ribet banget. Hey ini seperti tanduk saja. Kalian kira aku ini kerbau hah?" Alana menamai riasanya seperti tanduk kerbau. Benda besar yang melekat di atas kepalanya memang itu adat khas kerajaan jika menikah. Dan itu di wajibkan bagi para bangsawan.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang