33. Sebuah godaan.

2.2K 303 1
                                    

Hallo semuanya apa kabar?
Semoga baik yah.
Aku update lagi, cuss langsung kasih vote+komen.

Cahaya matahari masuk dari sela jendela dan gorden. Gadis cantik itu mengeliat kecil di atas ranjang itu. Senyuman cerah terbit di sudut bibirnya. Gadis itu menoleh saat merasakan tanganya menyentuh sesuatu benda basah.

Suara teriakan langsung terdengar dari kediaman itu. Sooa memeluk tubuhnya dan menatap takut kepada sebuah kepala yang berada di sampingnya. Kepala penuh darah itu kenapa bisa berada di sebelahnya dan tepat di samping ia tidur tadi. Sooa melompat turun dan seketika ia terpeleset saat menginjak benda basah dan licin.

Kedua kalinya Sooa berteriak histeris saat melihat usus yang menjijikan ada di bawa ranjangnya. Beberapa prajurit dan dayang memasuki kediaman itu dengan panik. Dayang dan prajurit yang masuk ke dalam kediaman itu tampak syok. Segera salah satu prajurit memberanikan diri untuk memeriksa mayat yang ada di sekitar ranjang. Terakhir pria itu memeriksa kepala itu dan pria itu menatap takut ke arah Sooa.

Sooa yang di tatap seperti itu merasa risih. "Ada apa? Mengapa menatapku seperti itu?" tanya Sooa bingung.

"Pu-putri." Jawabnya gugup.

"Apa? Kau mengenal mayat itu?"

"Dia dayangmu putri, dayang yang hilang beberapa hari ini." jawab prajurit yang memang mengenal Riun.

"Ri-Riun?" Sooa berjalan mendekati prajurit itu dan Sooa langsung terkejut melihat kepala dari Riun, dayang setianya. Iya Sooa memiliki dua dayang, yang pertama bernama Riun dan kedua bernama Jissi, keduanya masih gadis.

"A-aku tidak tau. Kenapa ia bisa seperti ini?" tanya Sooa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kami tidak tau putri." jawab prajurit itu.

"Bawa ke lapangan dan periksa semua kediamanku dan bersihkan, cari tau siapa yang telah meletakan mayat Riun dan juga siapa yang telah membunuh Riun!" pintah Sooa.

*****

Chuna tersenyum kecil saat melihat Alana yang masih nyaman tidur di sebelahnya. Gadis itu seperti seorang bayi yang harus di jaga dan di rawat. Dengan bibir tipis pink, bulu mata lentik dan hidup mancung kecil yang membuat pria itu menatap teduh ciptaan tuhan yang sempurna khas manusia biasa. Tangan kekar itu memperbaiki letak rambut Alana yang menghalangi wajah cantik gadis itu. Tidak tahan dengan bibir kecil itu Chuna menyentuh pelan dan ia bisa merasakan betapa kenyalnya bibir itu.

Chuna yang sadar akan tindakan fatalnya ia mengingit jari tangan yang berani menyentuh bibir itu. Sudah hampir 10 menit pria itu memandangi wajah cantik Alana, segera ia bangkit dari ranjang untuk bersiap pulang kembali ke kerajaanya. Ia akan pulang bersama Alana, sudah dua hari dua malam ia berada di Istana ini, waktunya untuk pulang dan mengurus beberapa hal terkait kemajuan dan perkembangan kerajaan.

Tapi sebuah tangan menahanya. Alana, gadis itu menahan tangan Chuna. Alana tersenyum tipis saar melihat Chuna menatapnya bingung, tumben sekali itu pikir Chuna. Alana mengambil posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang. Alana menatap genit kepada Chuna, tangan nakal gadis itu menusuk-nusuk dada pria itu dengan jari telunjuknya.

"Kau ini kenapa hah?" tanya Chuna dengan tatapan sinisnya. Sejujurnya ia gugup di perlakukan Alana seperti itu.

"Hey hey ku tau kau ini menatapku sedari tadi. Dan ini." Alana memajukan tubuhnya sambil menjamah bibirnya dengan gaya mengoda kepada Chuna. Pria itu mengerjap dan menoyor kepala Alana, saat gadis itu mengikis jarak diantara mereka. Alana memajukan bibirnya dan membuat beberapa adegan aegyo. Chuna yang tak mau salah bertindak, ia langsung meninggalkan Alana. Gadis itu selalu berubah-ubah. Kadang menyebalkan, kadang mengerikan, kadang baik dan kadang menggemaskan.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang