11. Ancaman

4.6K 612 9
                                    

Budayakan kasih VOMENT teman.

Setiba di kediamanya, Alana tidak diizinkan keluar kediam selama dua hari. Lusa ada hari perayaan dan pengangkatanya menjadi seorang Putri Mahkota. Gadis itu menatap kesal dari jendela kebawah, banyak orang yang berlalu lalang untuk menyiapkan pesta penyambutanya. Tak ada ekspresi yang terbit dari wajahnya. Datar, sedatar tembok, ingin berbaring tapi tak ia tak bisa tertidur. Leola juga tak ada, gadis itu juga sibuk menyiapkan pesta. Alana bergegas mencari jalan keluar untuk bebas dari kamarnya ini, tapi nihil tak ada selain jendela yang langsung menembus halaman istana dan kediamanya itu ada dilantai tiga.

Brak...

Alana langsung menoleh ke arah pintu yang dibuka dengan kasar. Munculah Sooa, gadis itu berjalan mendekatinya dan tanpa persetujuan Alana gadis itu dudul di bangku yang kosong disebelahnya. Alana menatap penuh selidik dengan gadis itu, sedikit merasa seenaknya gadis itu menduduki kursi disebelah nya, Alana berdehem dan menatap tajam kepada Sooa.

"Maaf, apakah aku mengizinkanmu duduk dikursiku?" Alana menaikan sebelah alis matanya.

"Ouh, kukira kau baik dan membiarkan begitu saja, tapi kau juga pembawa masalah."

"Kau seperti pencuri datang dan menuduh sembarangan."

"Pencuri? Aku tidak pernah mencuri barangmu." Sooa.

"Yah, tapi kau masuk tak memberi salam dan asal menuduh saja, itu adalah pencuri."

"Kau... Dasar perempuan jalang. Kau perebut kebahagianku." Sooa mencekik Alana.

Alana melotot tak percaya tapi sedetik kemudian tubuh Sooa terhantuk ke siku meja karena tendangan dari Alana. Gadis itu menendang perut Sooa. Alana mengusap lehernya yang barusan dicekik Sooa. Ia meregangkan kepalanya kekanan dan kekiri sembari mendekat ke arah Sooa yang tersipu dilantai sambil memegangi kepalanya yang terasa nyeri. Alana langsung mencengkram dagu Sooa dan menatap tajam Sooa dan dibibir pinknya terukir seringaian yang menyeramkan.

"Sooa, kau terluka?" ucapnya dengan nada suara yang cukup mengerikan didengar oleh Sooa.

"Kau membuatku ganas Sooa. Apakah kau mau melihatku buas?" Alana masih setia mencengkram dagu itu. Sooa membalas tatapan itu tak kalah tajam dan menantang. Tak lama Alana langsung melepaskan cengkramanya itu dengan kasar.

"Aah, kau masih terlalu bodoh dan lemah menjadi lawanku."

"Kau bilang aku lemah?" ucap Sooa dengan menekan kata lemah.

"Yah. Kau keberatan?" Alana meniup-niup kukunya dan menatap Sooa.

"Pergilah kau jalang, kau bukan putri dari kerajaan ini, hanya aku putri dari kerajaan ini." bentak Sooa.

"Yah kau putri dari seorang selir bukan? Tidak dari seorang permaisuri." ejek Alana.

"Yah, dan ibuku akan diangkat menjadi permaisuri karena ibumu sudah mati." Sooa.

"Oh yah? Ck ck, tapi sayang nya itu hanya ada didalam mimpimu adik manis." Alana.

"Dan aku akan mencari siapa yang membunuh Ibuku dan kau tau?... Aku akan melenyapkanya langsung." bisik Alana disamping telinga Sooa. Sooa yang mendengar itu bergidik ngeri.

"Oh ayolah Sooa aku hanya akan bermain dan bersenang-senang sebentar di Istana menikmati pangkat dan jabatanku."

"Dan kau harus hormat kepadaku." Alana mengangkat dagu Sooa dengan jari telunjuknya, tapi Sooa langsung menepisnya.

"Aku senang ibumu mati Jina dan sebentar lagi kau akan mendengar kabar baik lagi. Jika ibu tua pengasuhmu itu sudah mati. Hahaha..." Sooa langsung bangkit dan berjalan keluar dari kediaman Alana tanpa malu dan sedikit menyenggol bahu Alana. Alana terdiam dan ia langsung menggelengkan kepalanya, itu tidak akan ia biarkan. Jika siapa yang membuat ibunya mati, yang membunuh itu juga harus mati, nyawah harus dibayar dengan nyawah. Alana menatap tajam keluar jendela dan ia langsung menekan gucci yang ada diatas mejanya dan membiarkanya pecah ditanganya. Tak ada rasa sakit maupun nyeri, seakan mati rasa, buku yang ada diatas meja dan dirak buku ia lempari ke arah foto keluarga kerajaan yang menampakan foto Sooa dan juga Seona yang tersenyum seakan mengejeknya.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang