44.Takdir yang tertukar

3.1K 311 1
                                    

Hallo apa kabar guys, semoga baik.
Yuk kepoin part ini.
Kasih vote plus komen yang banyak.
Okay.
Let's go....

"Yah pangeran. Ada apa memanggilku kesini?" Jisang memberi hormat kepada Chuna..

Chuna menatap dingin kepada Jisang. "Kau, pasti menyembunyikan sesuatu hal dariku. Katakan, kau pasti tau mengenai hal aneh yang terjadi kepada istriku."

"Maaf sebelumnya pangeran, maaf jika lancang, aku akan memberitahukan semuanya. Tapi mohon pangeran jangan salah paham." ucap Jisang takut.

"Yah jelaskan!" pintah Chuna.

"Sebenarnya putri Jina memiliki dua jiwa."

"Dua jiwa? Jangan mengada-ada kamu yah."

"Tidak pangeran. Jina yang pangeran nikahi adalah bernama Alana, jiwa yang berasal dari masa depan. Dan Jina bertukar jiwa menempati tubuh Alana di masa depan." jelas Jisang panjang lebar.

"Baiklah aku mengerti sekarang. Pantas saja ia pernah melarangku menyebutkan nama Jina." ucap Chuna.

"Iya pangeran. Dan tadi jiwa putri Jina datang membangkitkan raga aslinya dan membantu Alana untuk tetap menempati raganya. Itu adalah satu-satu solusinya. Dan jika pangeran mau lebih jelas, pangeran bisa mengoleskan darah tubuh putri Jina ke kelopak mata pangeran dan semua akan jelas."

"Baiklah. Dan sekarang di mana mereka?"

"Maaf pangeran, putri Jina bersama Alana pergi menyelasaikan masalah pembunuhan kepada putri Sooa dan Selir Seona."

"Apa maksudmu? Jina mau membunuh ibu selir dan adiknya itu?"

"Iya pangeran. Sebenarnya Selir Seona mempunyai suami gelap, yaitu ayah kandung dari putri Sooa dan ayahnya bernama Baral yang menyerang kerajaan lampau hari lalu itu sudah membunuh ibu kandung dan pengasuh dari Jina."

"Apa? Kurang ajar mereka, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri." Chuna meraih pedangnya dan ingin pergi tapi langkahnya terhenti di kalah sebuah suara mengentikanya.

"Mereka sudah ku lenyapkan pangeran." ucap Jina.

Chuna melotot dan berlari mendekati Jina, melihat hanbok yang di kenakan penuh dengan darah. Jina kembali mengingit jari telunjuknya dan mengusapkanya di kelopak mata Chuna. Chuna beralih menatap seorang wanita cantik yang sama seperti Jina mengenakan hanbok yang berlumuran darah.

"Ka-kau siapa?"

"Dasar pangeran bodoh." ejek Alana.

"Dia Alana pangeran istrimu yang sebenarnya. Aku adalah Jina dan bukan jiwaku yang menempati tubuh ini selama ini." jelas Jina.

"Dan bukan aku yang melenyapkan melainkan Alana sendiri."

Chuna menelan susah salivanya. "Sejak kapan kalian tukaran jiwa, maksudku apakah kau sudah lama menempati ragamu kembali?" tanya Chuna.

"Tidak, aku baru saja mengambil alih tubuhku dan sekarang aku akan pergi."

"Apa maksudmu Jina?" tanya Alana.

"Iya Alana aku akan pergi selamanya dan kau akan menempati tubuhku selamanya." ucap Jina dengan senyuman kecil.

"Maksudmu, aku tak bisa kembali lagi ke duniaku?" bentak Alana tak terima. Jina memberi anggukan lemah.

"Tidak, Jina aku merindukan keluargaku disana." Alana memeluk Jina.

Jina mengusap punggung Alana dengan sayang. Chuna menatap haru kepada kedua jiwa yang saling berpelukan itu, jujur ia sudah paham dengan kejadian ini semua. Ia pernah membaca buku kakeknya tentang pertukaran jiwa dan takdir. Ia mencintai Alana bukan Jina. Ia nyaman dengan tingkah laku Alana, tidak terbiasa dengan tingkah laku Jina.

"Maaf Jina, aku tak mau. Tetap tempati tubuhmu ini, aku akan pulang dan kembali keduniaku."

"Tidak Alana." sergah Chuna.

Alana menoleh kearah Chuna, gadis itu tersenyum lebar mereka saling menukar pandang. Jina menjamah bahu Alana dan menunjukan telapak tanganya. Terdapat sebuah lingkaran yang di lukis dari darah di sana. Alana mendongkak dan menatap wajah Jina. "Apa maksudnya ini?" tanya Alana.

"Ini adalah waktu. Waktuku hanya tersisah 23 jam lagi berada di zaman ini. Kau sudah di takdirkan di dunia ini. Dan takdir kita sudah bertukar sedari tadi, kau sendiri yang melanggar itu Alana."

"Aku?"

"Iya, kau sudah lalai menjaga tubuhku dan aku terpaksa membangkitkanmu dengam cara menempati tubuhmu dan waktunya sudah lewat, jika aku tidak menempati tubuh ini. Kau akan menghilang selamanya. Menghilang dengan jiwa begitupun dengan raga." jelas Jina. Gadis itu sudah menangis, begitu juga dengam Alana.

Alana menggelengkan kepalanya kuat. Ia tak mau kehilangan keluarga terbaik lagi, iya Jina adalah keluarga. Keluarga yang selalu membantunya jika dia dalam keadaan susah dan kesepian. "Bagaimana dengan keluargaku disana?" tanya Alana dengam terisak.

"Ayah, ibu dan kakakmu aku berjanji akan menjaga mereka dengam baik. Akan berusaha tidak mengecewakan mereka dan akam membanggakan mereka." ucap Jina sambil mengusap pipi sebab Alana.

Jisang mengulurkan sebuah botol kepada Jina. Jina menatap tajam kepada Jisang. Jisang yang di tatap seperti itu menciut. "Yahk...Lo mau usir gue cepat-cepat dari zaman ini hah?" bentak Jina.

"Fungsi botol itu apa?" tanya Chuna kikuk.

"Ini adalah botol ajaib milik kakek, ini adalah benda yang mempermudahkan Jina untuk kembali ke masa depan." terang Jisang.

"Putri!!!" teriak Leola berlari lalu menabrak Jina. Jina tersenyum lebar dan Alana, ia menatap Leola masam. Jina tertawa kikuk dan kembali ia mengigit jari tanganya dan mengusapkanya di kelopak mata Leola.

"Yah ampun putri, kok di gigit. Kan jadi ber-da-rah." ucapan Leola perlahan melemah di saat ia melihat Alana.

"Hantu!!!" teriak Leola.

Jisang menoyor kepala Leola. Leola membalas toyoran kepala ke Jisung. "Ini Alana jiwa di masa depan." ucap Jisang.

"Eh, kok kembar?" tanya Leola bingung.

"Leola, apa yang kau katakan?" bentak Alana dingin.

"Nah ini baru putri Ji-na."

"Eh aku gak ngerti."

"Hay Leola kau pasti tak mengenalku, aku adalah jiwa Jina yang sebenarnya dan dia adalah Alama jiwa masa depan yang bertukaran denganku." jelas Jina.

"Ouh gitu. Jadi ini adalah jiwa junjunganku selama ini kan?" Leola mendekat kepada Alana. Alana memeluk Leola dengan manja.

"Aduh putri, ini bajunya kenapa banyak darah habis dari mana?"

"Habis ngebunuh Leola." jawab Alana santai.

"Ih putri gak pernah bosan yah ngebunuh orang." Leola.

******

Bayangan Alana memasuki kediamanya. Chuna mengikuti Alana dari belakang. Alana memasuki permandian, sebelumnya ia mengancam supaya tidak ada yang memasuki permandian selama ia ada di dalam. Alana butuh waktu menyendiri untuk menenangkan dirinya.

Soal Seona, wanita itu sudah di bereskan oleh dayang setia selir itu. Dan hukuman tersiksa batin masih berjalan. Sooa sudah mati hangus di makan nyala api. Alana sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Semua tikus yang memakan padinya sudah ia basmi dengan tanganya. Nyawa di bayar dengan lipatan nyawa.

Perempuan cantik itu benar-benar iblis yang nyata. Alana jug tidak berpikir jika ia akan berubah seganas itu. Memang waktu di dunia modren ia adalah salah satu siswi yang hebat dalam taekwondo, tidak mengenal apa itu cinta atau dengan kata lain tidak tertarik. Ia lebih senang jika sendiri, banyak hal yang bermanfaat untuk  menggantikan waktu berpacaran. Salah satunya seperti Alana, perempuan cantik itu biasanya menyibukan diri dengan belajar dan berolahraga.




Kalau aku jauh beda dengan Alana, aku mah sering mager, rebahan, truss ngemil nomor satu.

Hihihi....

Yuk votenya.

Lofyu All.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang